Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doom Spending: Tren Baru yang Beresiko di Kalangan Milenial dan Gen -Z

29 September 2024   09:35 Diperbarui: 29 September 2024   12:54 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Belanja/ https://pixabay.com

Dalam beberapa waktu terakhir, fenomena "doom spending" mulai mencuri perhatian, terutama di kalangan milenial dan Gen-Z di Indonesia. 

Istilah ini merujuk pada perilaku belanja impulsif yang dilakukan sebagai bentuk pelarian dari stres dan ketidakpastian ekonomi. 

Dengan kondisi perekonomian yang tidak menentu, banyak generasi muda merasa terjebak dalam siklus pesimisme mengenai masa depan mereka.

Respons Terhadap Tekanan Hidup

Doom spending muncul sebagai respons terhadap tekanan hidup yang meningkat. Ketika banyak orang merasa tidak memiliki kendali atas keadaan ekonomi, mereka beralih ke belanja sebagai cara untuk meredakan stres. 

Tindakan ini sering kali tidak diiringi dengan pertimbangan matang, sehingga bisa berujung pada pemborosan dan masalah keuangan jangka panjang.

Faktor Penyebab Doom Spending

Beberapa faktor berkontribusi terhadap tren ini. Pertama, ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh pandemi dan konflik internasional menyebabkan banyak orang merasa cemas. 

Situasi ini memperburuk rasa tidak aman yang sudah ada, sehingga memicu perilaku konsumtif yang berlebihan.

Pengaruh Media Sosial

Pengaruh media sosial juga memainkan peran penting dalam fenomena ini. Gaya hidup konsumtif sering dipamerkan di platform-platform populer, di mana banyak orang merasa terdorong untuk mengikuti tren tersebut. 

Hal ini menciptakan tekanan sosial yang membuat individu merasa perlu untuk berbelanja agar dianggap berhasil.

Cara Berbelanja di Kalangan Milenial dan Gen-Z

Dalam praktiknya, cara milenial dan Gen-Z berbelanja saat mengalami doom spending bervariasi. Banyak yang beralih ke platform e-commerce, yang menawarkan kemudahan akses dan berbagai promo menarik. 

Belanja online menjadi sangat populer, karena memungkinkan mereka untuk berbelanja tanpa harus meninggalkan rumah.

Tak jarang, mereka juga menggunakan aplikasi mobile untuk berbelanja, di mana notifikasi diskon atau flash sale dapat dengan mudah menarik perhatian. 

Ketika merasa tertekan, keinginan untuk mendapatkan barang-barang baru bisa mengalahkan pertimbangan rasional, sehingga keputusan untuk membeli menjadi impulsif.

Pengaruh Iklan dan Rekomendasi

Selain itu, banyak yang terpengaruh oleh iklan yang dipersonalisasi dan rekomendasi dari teman di media sosial. 

Contohnya, ketika melihat teman mengunggah foto produk tertentu, mereka merasa tertarik dan langsung melakukan pembelian. Ini menunjukkan bagaimana lingkungan digital memengaruhi keputusan konsumsi mereka.

Dampak Jangka Panjang

Namun, meski belanja bisa memberikan kepuasan sementara, dampak jangka panjangnya bisa merugikan. 

Banyak orang yang terjebak dalam utang atau kesulitan memenuhi kebutuhan dasar akibat perilaku ini. Kesehatan finansial jangka panjang sering kali terabaikan, digantikan oleh keinginan sesaat.

Generasi muda perlu menyadari konsekuensi dari doom spending. Menciptakan kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan pribadi harus menjadi prioritas. 

Tanpa pemahaman yang baik, risiko terjerat dalam siklus utang dan stres finansial semakin besar.

Membangun Kesadaran Finansial

Untuk itu, penting bagi individu untuk membangun kesadaran finansial. Mengelola anggaran dengan baik dan memahami prioritas pengeluaran dapat membantu mengurangi dampak negatif dari perilaku belanja impulsif. 

Selain itu, mencari kegiatan alternatif yang lebih positif, seperti berolahraga atau berkumpul dengan teman, bisa menjadi cara yang lebih sehat untuk mengatasi stres.

Cermin Tantangan Generasi Muda


Doom spending
bisa menjadi cermin dari tantangan yang dihadapi oleh milenial dan Gen-Z di Indonesia. Meskipun belanja bisa menjadi pelarian sementara, memahami dan mengelola emosi serta keuangan adalah langkah penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. 

Kesadaran akan perilaku konsumtif ini dapat mendorong perubahan positif dalam cara pandang terhadap keuangan.

Mencari Alternatif yang Lebih Sehat

Akhirnya, penting bagi setiap individu untuk mengingat bahwa belanja tidak harus menjadi solusi untuk stres. 

Dengan menggali cara-cara alternatif dalam mengatasi tekanan, mereka bisa menemukan kebahagiaan yang lebih berkelanjutan, tanpa harus terjebak dalam siklus doom spending yang merugikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun