Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Akademisi

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Dinasti dan Pertaruhan Masa Depan Demokrasi

14 September 2024   17:39 Diperbarui: 14 September 2024   21:56 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuasaan yang berulang kali jatuh ke tangan keluarga yang sama ini menciptakan ketimpangan politik dan ekonomi, serta mengurangi kesempatan bagi calon pemimpin baru untuk muncul.

Dampak Buruk Politik Dinasti terhadap Demokrasi

Meskipun politik dinasti tampak sebagai cara yang efektif bagi keluarga berpengaruh untuk menjaga stabilitas dan kekuasaan, ada beberapa dampak negatif yang mengancam kesehatan demokrasi, antara lain:

Melemahkan Kompetisi Politik

Salah satu prinsip dasar demokrasi adalah adanya kompetisi yang adil dalam pemilihan umum. 

Politik dinasti sering kali menghalangi kompetisi yang sehat karena keluarga yang sudah berkuasa memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya kampanye, media, dan pengaruh politik. 

Ini menciptakan ketidakadilan dalam proses pemilihan, di mana calon dari politik dinasti mendapatkan keuntungan yang tidak setara dengan kandidat dari keluarga biasa.

Menurunkan Kualitas Kepemimpinan

Politik dinasti tidak selalu menghasilkan pemimpin yang kompeten. Dalam beberapa kasus, anggota keluarga yang menduduki posisi politik mungkin kurang berpengalaman. 

Selain itu atau tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan. 

Mereka dipilih bukan karena kualitas kepemimpinan, tetapi karena hubungan keluarga. Akibatnya, kebijakan publik yang dihasilkan bisa saja kurang efektif.

Nepotisme dan Korupsi

Politik dinasti sering kali terkait erat dengan nepotisme, di mana jabatan-jabatan penting diisi oleh kerabat atau orang-orang dekat tanpa mempertimbangkan meritokrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun