orang-orang yang dijadikan tempat curhat atau pendengar bagi orang lain.Â
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpaiOrang ini sering diandalkan karena sikap pedulinya, kesabarannya mendengarkan, atau karena orang lain merasa nyaman berbagi dengannya.Â
Namun, di balik peran tersebut, terdapat risiko besar yang sering kali tidak disadari—terutama bagi kesehatan mental sang pendengar dan cara mereka menangani masalah orang lain.
Beban Emosional Tanpa Bekal yang Cukup
Seseorang yang terus-menerus mendengar masalah orang lain akan mulai menyerap energi dan emosi dari cerita-cerita tersebut. Masalah keluarga, keuangan, atau konflik pribadi yang dihadapi oleh orang lain bisa menjadi beban emosional yang berat.
Tanpa pelatihan atau bekal konseling yang memadai, pendengar ini akan kesulitan mengelola emosi yang diterimanya. Hal ini bisa menyebabkan stres, kecemasan, hingga kelelahan emosional.Â
Fenomena ini dikenal sebagai burnout emosional, ketika seseorang merasa kewalahan akibat menangani terlalu banyak masalah emosional orang lain.
Orang yang tidak memiliki pelatihan konseling mungkin terdorong untuk segera menawarkan solusi atau nasihat, meskipun mereka tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk itu.
Ini berbahaya karena nasihat yang diberikan mungkin tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dan bahkan bisa memperburuk keadaan.
Bahaya dari Sikap yang Tidak Tepat
Selain risiko burnout, mereka yang menjadi tempat curhat tanpa bekal konseling sering kali mengembangkan sikap yang tidak membantu. Beberapa di antaranya adalah:
1. Ingin Segera Masalah Selesai Tanpa Adanya KemandirianÂ
Orang yang tidak terlatih cenderung ingin segera menyelesaikan masalah yang diceritakan kepada mereka. Karena tidak memiliki keterampilan yang cukup, mereka mungkin menawarkan solusi cepat tanpa benar-benar memahami inti permasalahan.
Akibatnya, masalah tersebut mungkin tidak teratasi dengan baik, dan orang yang curhat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemandirian.
2. Memberi Nasihat yang BerlebihanÂ
Karena merasa bertanggung jawab atau ingin membantu, seseorang yang tidak memiliki pelatihan konseling sering kali memberikan nasihat yang terlalu berlebihan.Â
Mereka mungkin mengarahkan atau mendikte langkah-langkah yang harus diambil tanpa mempertimbangkan bahwa setiap individu memiliki kondisi yang berbeda.
Alih-alih memberikan dukungan yang sehat, nasihat yang berlebihan justru dapat mengurangi otonomi dan kemandirian orang yang curhat, serta memperburuk masalah.
3. Tidak Adanya Keseimbangan dalam Mengumpulkan DataÂ
Konselor profesional memahami pentingnya mengumpulkan data secara komprehensif dan mendalam sebelum memberikan nasihat atau solusi. Tanpa bekal ini, seseorang yang dijadikan tempat curhat mungkin tergesa-gesa mengambil kesimpulan hanya dari satu sisi cerita.
Mereka tidak menggali informasi lebih lanjut atau mempertimbangkan konteks yang lebih luas, sehingga saran yang diberikan bisa tidak tepat sasaran atau justru memperumit masalah.
4. Kebiasaan Buruk Menanggung Masalah Orang Lain
Salah satu kebiasaan lain yang buruk yang umum di kalangan pendengar tanpa bekal konseling adalah kecenderungan untuk menanggung masalah orang lain.Â
Mereka mungkin merasa terpaksa untuk memikul beban emosional yang diceritakan kepada mereka, bahkan jika hal itu menyebabkan mereka merasa kewalahan.
Kebiasaan ini bisa berakar dari keinginan untuk membantu atau rasa tanggung jawab yang tinggi, tetapi pada akhirnya, ini dapat mengganggu keseimbangan emosional mereka dan menyebabkan stres berlebihan.
Bahaya Tanpa Keterampilan yang Memadai
Ada alasan mengapa konselor atau terapis profesional dilatih secara khusus untuk menangani masalah psikologis orang lain.Â
Mereka dilengkapi dengan teknik untuk menjaga keseimbangan emosional diri sendiri dan tahu kapan harus merujuk seseorang ke ahli lain jika masalah terlalu kompleks.Â
Sebaliknya, pendengar yang tidak terlatih mungkin merasa harus menanggung masalah orang lain tanpa tahu cara untuk melepaskannya atau menjaga keseimbangan diri.
Misalnya, seorang pengasuh di komunitas anak-anak yang tiba-tiba harus menangani masalah emosional anak-anak tanpa pelatihan konseling bisa menghadapi tantangan besar.
 Anak-anak mungkin mengalami berbagai masalah kompleks, seperti trauma keluarga, perundungan, atau tekanan sosial.
Ketika pengasuh tidak memiliki keterampilan untuk menangani situasi tersebut, bukan hanya pengasuh itu sendiri yang rentan terhadap burnout, tetapi juga anak-anak yang tidak mendapatkan penanganan emosional yang tepat.
Perlunya Kesadaran Akan Batasan
Menjadi pendengar yang baik tidak selalu berarti harus memecahkan masalah orang lain.Â
Menunjukkan empati dan kepedulian itu penting, tetapi mengetahui kapan harus menyarankan seseorang untuk mencari bantuan profesional adalah hal yang lebih bijak.
Selain itu, menjaga kesehatan mental diri sendiri adalah prioritas. Orang yang sering mendengarkan masalah orang lain harus tahu cara melepaskan diri dari beban emosional yang diterima.
Dampaknya
Meskipun menjadi tempat curhat adalah tanda kepercayaan dan kepedulian, tanpa bekal konseling, peran ini bisa menjadi sangat berbahaya bagi kesehatan mental sang pendengar.Â
Pendengar yang tidak memiliki keterampilan konseling sering mengalami burnout emosional akibat beban masalah orang lain yang terus-menerus mereka tangani. Hal ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan penurunan kualitas kesehatan pribadi.Â
Selain itu, mereka mungkin merasa kewalahan dan frustrasi ketika tidak dapat memberikan nasihat yang efektif, dan ini bisa mengganggu kesejahteraan mental mereka.
Pengabaian terhadap kesehatan pribadi juga bisa terjadi karena terlalu fokus pada masalah orang lain.
Oleh karena itu, sangat penting bagi pendengar curhatan untuk menyadari batasan mereka, untuk menjaga keseimbangan diri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H