Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Oportunis Politik Penyebab Erosi Demokrasi

25 Agustus 2024   21:09 Diperbarui: 27 Agustus 2024   20:49 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Mencari kandidat calon pemimpin. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)

Politik Uang

Tindakan yang sering kita temui dalam momen pemilu adalah maraknya politik uang.  Politik uang menjadi strategi umum di Indonesia yang digunakan oleh oportunis politik untuk membeli dukungan dan mempengaruhi pemilih. 

Mereka memberikan sumbangan atau bantuan langsung kepada pemilih atau kelompok tertentu untuk mendapatkan suara. Tanpa kita sadari hal ini dapat menciptakan ketidakadilan dalam pemilihan dan merusak integritas proses demokrasi.

Dampak Ketidakstabilan Politik

Tindakan para oportunis politik juga sering menyebabkan ketidakstabilan dalam pemerintahan. Perubahan aliansi dan kebijakan yang tidak konsisten dapat mengganggu kontinuitas pemerintahan dan menyebabkan ketidakpastian bagi masyarakat serta pelaku bisnis. 

Ketidakstabilan ini dapat mempengaruhi implementasi kebijakan dan pengambilan keputusan yang efektif.

Kebijakan yang Tidak Konsisten

Oportunis politik sering membuat perubahan kebijakan yang mendasar sesuai kepentingan mereka. Kebijakan yang sering berubah dapat mengakibatkan ketidakpastian, sehingga masyarakat merasa dikhianati.

Hal inilah yang dapat menimbulkan kondisi tidak stabil dan mempersulit perencanaan jangka panjang.

Kerusakan Kepercayaan Publik

Hal yang juga memprihatinkan adalah timbulnya manipulasi politik. Tentu saja manipulasi politik dan ketidakjujuran yang dilakukan oleh opportunis politik dapat merusak kepercayaan publik terhadap institusi politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun