Di tengah situasi ekonomi yang penuh tantangan, kita sering dihadapkan pada pilihan untuk berhenti atau terus maju.
Banyak yang memilih untuk terus bergerak meskipun kesulitan menghadang, seperti yang dilakukan oleh pedagang sayur dengan sepeda motornya.
Dalam menghadapi berbagai rintangan, mereka menunjukkan semangat dan ketahanan yang patut dicontoh.
Di pagi buta, pedagang sayur ini memulai harinya dengan penuh semangat. Mereka bergegas melaju cepat di jalanan menuju pasar pagi Salatiga.
Di pasar, mereka membeli berbagai jenis sayuran, ikan, daging, dan bumbu dapur. Aktivitas ini adalah bagian dari rutinitas mereka untuk memastikan pasokan barang dagangan yang segar dan berkualitas.
Setelah membeli kebutuhan, para pedagang sayur ini tidak langsung pulang. Mereka masih harus menyiapkan barang dagangan mereka agar siap untuk dijual.
Sebut saja kang Sulis yang sudah lebih 4 tahun berjualan sayur keliling. Ia berasal dari luar Salatiga.
Setelah bebelanja beberapa kebutuhan, ia dengan hati-hati menata di gerobak motornya. Ia mengatur sayuran dan bahan makanan lainnya di gerobak atau rombong mereka.
Menggunakan motor tua, Kang Sulis mengangkut gerobak atau rombong yang telah terisi penuh. Meskipun motor mereka mungkin sudah tua, tetapi kendaraan tersebut adalah alat utama untuk menjalankan usahanya.
Kesulitan ini menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari yang harus mereka hadapi dengan penuh ketekunan.
Setelah mempersiapkan barang dagangan, ia berhenti sejenak di sudut jalan untuk beristirahat. Di sinilah ia dan beberapa teman membeli minuman teh hangat dan sepiring nasi sayur.
Momen ini adalah kesempatan untuk mengisi energi sebelum melanjutkan perjalanan. Sarapan pagi ini memberikan semangat baru untuk menjalani sisa hari.
Sambil menikmati sarapan, waktu masih menunjukkan jam setengah enam pagi. Ini adalah waktu yang cukup awal, namun bagi pedagang sayur, setiap menit sangat berharga.
Mereka memanfaatkan waktu dengan bijaksana untuk memastikan semua persiapan selesai sebelum mulai berkeliling menjual barang dagangannya.
Dia kemudian melanjutkan perjalanan menuju kampung di pinggiran kota Salatiga. Di sana, ia mulai menjajakan dagangannya dengan berkeliling.
Ketika berhenti di salah satu titik, Kang Sulis membunyikan klakson motornya keras-keras. Lalu tampak sekelompok ibu-ibu mengerumuninya. Mereka sudah berlangganan sayur Kang Sulis setiap harinya. Â
Saat waktu menjelang siang dan dagangan telah habis, kang sayur pulang dengan wajah sumringah. Kembali ke rumah, ia merasa puas karena istri dan anak-anaknya juga merasakan manfaat dari hasil usahanya.
Penghasilan hari itu memberikan kepastian bahwa mereka bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Rutinitas ini mencerminkan pilihan yang diambil demi mencukupi ekonomi keluarga.Â
Tidak ada yang mudah dalam hidup ini; semua harus segera memilih demi bersaing dengan waktu dan tantangan yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H