Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kasih Allah Sebagai Sumber Sukacita Abadi

8 Agustus 2024   17:22 Diperbarui: 9 Agustus 2024   17:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang Berdoa (sumber: https://www.vecteezy.com)

Di zaman ini, kemajuan teknologi telah menjadi salah satu ciri khas utama dari era modern. Perkembangan pesat dalam bidang teknologi telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan manusia, dari cara kita berkomunikasi hingga bagaimana kita bekerja dan berinteraksi satu sama lain.

Teknologi digital, seperti internet, perangkat pintar, dan aplikasi berbasis cloud, telah merevolusi cara kita menjalani kehidupan sehari-hari dan berhubungan dengan dunia luar.

Salah satu contoh nyata dari kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan kita adalah munculnya media sosial.

Platform seperti Facebook, Instagram, dan Twitter memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia dalam waktu nyata.

Media sosial telah mempermudah komunikasi, memungkinkan berbagi informasi, dan menciptakan komunitas virtual yang luas.

Contoh lain dari kemajuan teknologi adalah perkembangan dalam kecerdasan buatan (AI).

AI kini digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari asisten virtual seperti Siri dan Google Assistant, hingga sistem rekomendasi di platform streaming seperti Netflix.

Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kenyamanan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap pekerjaan dan keamanan data pribadi.

Teknologi, termasuk Artificial intelligence berkembang bisa berkembang secara luar biasa pesatnya. Pertanyaanya sekarang adalah afeksi kita, kasih kita juga berkembang melampaui kecerdasan dan kemajuan tekonologi?

Kehidupan iman Kristen kita bukanlah hasil dari perangkat elektronik atau mesin, melainkan merupakan pengalaman yang mendalam dan pribadi yang melibatkan hubungan langsung dengan Tuhan. 

Berbeda dari robot yang hanya mengikuti perintah buatan manusia, iman Kristen memerlukan kesadaran, keputusan, dan komitmen yang tulus dari hati setiap individu. 

Ini adalah perjalanan spiritual yang melibatkan pertumbuhan, refleksi, dan interaksi yang konsisten dengan Tuhan, bukan sekadar menjalankan perintah tanpa pemahaman atau kesadaran.

Prinsip Kasih Sejati

Yohanes 15:9, "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku mengasihi kamu. Tinggallah dalam kasih-Ku."

 Ayat ini menekankan bahwa kasih Yesus kepada murid-murid-Nya adalah cerminan dari kasih yang telah ditunjukkan Bapa kepada-Nya. Kasih ini memiliki kedalaman dan kualitas yang sama, yaitu kasih yang mendalam, penuh pengorbanan, dan tanpa syarat. 

Yesus ingin agar murid-murid-Nya memahami betapa besar kasih yang Ia miliki, yang tidak berbeda dari kasih Bapa, yang merupakan kasih sejati dan ilahi.

Frase "Aku mengasihi kamu" menunjukkan kasih yang kuat dan abadi yang Yesus tunjukkan kepada murid-murid-Nya. Kasih ini bukan hanya sekedar perasaan, tetapi juga sebuah komitmen yang penuh dengan pengorbanan dan kesetiaan. 

Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk tinggal dalam kasih-Nya, yang berarti hidup dalam hubungan yang intim dan terus-menerus dengan Dia, menjaga kasih itu agar tetap hidup dalam kehidupan mereka sehari-hari. 

Dengan tinggal dalam kasih-Nya, mereka dapat merasakan dan mengalami kedalaman kasih yang Yesus berikan, sama seperti kasih yang telah Ia terima dari Bapa-Nya.

Kasih yang Yesus tunjukkan kepada murid-murid-Nya adalah kasih yang mendalam dan tanpa syarat, sering kali disebut sebagai kasih ilahi atau agape. Kasih ini bukan sekadar perasaan, melainkan sebuah komitmen yang kuat dan abadi.

Yesus menunjukkan bentuk kasih ini kepada murid-murid-Nya dengan cara yang tulus, menekankan bahwa kasih tersebut adalah esensi dari hubungan mereka dengan-Nya.

Dalam bahasa Latin, kasih ini diterjemahkan sebagai "Dilig vs," yang berarti "Aku mengasihi kamu." Terjemahan ini menekankan kasih Yesus yang tulus dan tanpa syarat, serta menunjukkan komitmen dan kedekatan dalam hubungan-Nya dengan para pengikut-Nya. 

Kasih Yesus yang penuh pengorbanan dan setia ini merupakan dasar dari hubungan yang intim dan mendalam antara Yesus dan mereka yang mengikuti-Nya.

Tinggal Dalam Tuhan

Kata "bertahan" atau "tetap tinggal" menggambarkan pentingnya untuk terus-menerus berada dalam suatu keadaan atau tempat, khususnya dalam konteks kasih Yesus. 

Ini menunjukkan perlunya menjaga hubungan yang konsisten dan stabil dengan-Nya, tanpa tergoyahkan oleh keadaan atau tantangan yang mungkin dihadapi. 

Kasih Yesus menuntut sebuah komitmen untuk tetap berada dalam kasih itu, yang berarti hidup dalam kepatuhan dan keintiman yang terus-menerus.

Konsep "tetap tinggal" juga menekankan keberadaan yang tidak berubah dan terus-menerus. Ini mencerminkan pentingnya mempertahankan kedekatan dengan Yesus dan mengikuti perintah-Nya dengan keteguhan hati. 

Hubungan yang langgeng dan berkelanjutan dengan Yesus adalah kunci untuk tinggal dalam kasih-Nya, menunjukkan bahwa kasih sejati memerlukan dedikasi dan kesetiaan yang terus-menerus.

 

Apliasi bagi hamba Tuhan

Bagi seorang hamba Tuhan yang sedang dididik di sekolah tinggi teologi, konsep men dalam Yohanes 15:9 memiliki relevansi yang mendalam.

Men menggambarkan kedekatan dan konsistensi dalam hubungan dengan Tuhan, yang berarti mereka harus secara aktif memelihara hubungan spiritual yang intim dan berkelanjutan.

Ini melibatkan tidak hanya studi doktrin dan teologi secara mendalam, tetapi juga penerapan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan pelayanan mereka.

Contoh:

Dalam Matius 14:23, Yesus menunjukkan teladan penting tentang kehidupan spiritual dengan berdoa di bukit setelah menyuruh murid-murid-Nya berangkat dan mengirim orang banyak pulang.

Ayat ini menggambarkan betapa Yesus mencari kesendirian di tempat yang tenang untuk berkomunikasi dengan Bapa-Nya, meskipun Ia sibuk dengan pelayanan dan pekerjaan.

Ini menekankan pentingnya menjadwalkan waktu khusus untuk berdoa dan bersekutu dengan Tuhan, serta menunjukkan bahwa bahkan dalam kesibukan, kedekatan dengan Tuhan harus tetap menjadi prioritas utama dalam kehidupan seorang pengikut Kristus.

 Terjemahan baru Yohanes 15:10 dalam Alkitab sering berbunyi seperti berikut:

Versi Terjemahan Baru (TB): "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal dalam kasih-Ku, sama seperti Aku telah menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal dalam kasih-Nya."

Kata yang diterjemahkan sebagai "menuruti" memiliki makna utama seperti memelihara atau menjaga sesuatu dengan penuh perhatian, serta mengamati atau mengikuti perintah atau hukum dengan setia. Dalam konteks perintah ilahi, kata ini mengindikasikan pelaksanaan yang konsisten dan hati-hati terhadap instruksi yang diberikan.

Dalam Yohanes 15:10, penggunaan kata ini menunjukkan pentingnya tidak hanya mendengar, tetapi juga melaksanakan perintah Yesus dengan penuh komitmen. 

Ini berarti bahwa ketaatan terhadap perintah-Nya adalah kunci untuk tetap berada dalam kasih-Nya, sama seperti Yesus sendiri mengikuti perintah Bapa-Nya. Dengan kata lain, kata ini menggambarkan tindakan yang melibatkan perhatian dan kesetiaan dalam menjalani ajaran dan perintah.

Ketaatan Abaraham

Contoh: Abraham (Kejadian 22:18) - Abraham menunjukkan ketaatan penuh terhadap perintah Tuhan untuk mengorbankan anaknya, Ishak. Meskipun perintah ini sangat menantang, Abraham mematuhi instruksi Tuhan dengan setia, yang mencerminkan konsep menjaga dan mengikuti perintah dalam tindakan nyata.

Frasa "takut akan Tuhan" dalam konteks Abraham sering diterjemahkan sebagai rasa takut atau memiliki rasa hormat yang mendalam terhadap Tuhan.

Dalam Kejadian 22:12, ketika Tuhan memanggil Abraham untuk mengorbankan Ishak, Tuhan mengatakan, "Sebab sekarang Aku tahu bahwa engkau takut akan Allah."

Dalam hal ini, yr mencerminkan sikap Abraham yang tidak hanya merasa takut dalam arti ketidakberdayaan, tetapi lebih pada rasa hormat dan kepatuhan yang mendalam terhadap Tuhan.

Dalam Ibrani kuno, rasa takut ini lebih berkaitan dengan menghormati dan menghargai kekuatan serta otoritas Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Abraham memiliki kesadaran yang mendalam akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan, yang mengarah pada ketaatan tanpa syarat.

Jadi, dalam bahasa Ibrani, "takut akan Tuhan" menggambarkan hubungan Abraham yang penuh rasa hormat dan iman yang mendalam, di mana rasa takutnya adalah bentuk penghormatan dan kesetiaan yang total kepada Tuhan.

Yohanes 15:11

"Semua ini Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacita kamu menjadi penuh."

Dalam Yohanes 15:11, kata "sukacita" dalam bahasa Yunani adalah "chara," kata ini berarti "sukacita" atau "kegembiraan". 

Dalam konteks ayat ini, "chara" merujuk pada perasaan sukacita yang mendalam dan penuh yang dihasilkan dari tinggal dalam kasih Yesus dan mengikuti perintah-Nya. Ini adalah sukacita yang berakar dalam hubungan yang intim dan penuh kasih dengan Tuhan.

Contoh Tokoh

Jim Elliott adalah seorang misionaris Amerika yang dikenal karena komitmennya yang mendalam untuk menyebarkan Injil kepada suku-suku yang belum terjangkau di Ekuador. Pada tahun 1956, ia bersama dengan empat rekan misionaris, termasuk Ed McCully, Pete Fleming, Nate Saint, dan Roger Youderian, mencoba menjangkau suku Huaorani (juga dikenal sebagai Auca). 

Misi mereka berfokus pada penginjilan dan membawa pesan kasih Kristus kepada suku yang dikenal karena kekerasan dan isolasi mereka.

Tragisnya, semua lima misionaris dibunuh oleh anggota suku Huaorani, sebuah kejadian yang mengguncang dunia Kristen dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang pengorbanan dalam misi.

Meskipun kematian Jim Elliott dan teman-temannya adalah tragedi besar, dedikasi dan ketulusan mereka dalam menyebarkan Injil telah menginspirasi banyak orang. 

Kisah hidup mereka dan surat-surat yang ditulis oleh Jim Elliott diterbitkan dalam buku Through Gates of Splendor," yang ditulis oleh istri Jim, Elizabeth Elliott. 

Buku ini menceritakan perjuangan, iman, dan keberanian para misionaris tersebut, serta dampak yang mereka tinggalkan pada pelayanan misi dan dunia Kristen. Karya ini tidak hanya mengenang dedikasi mereka tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk terus melayani dan berdedikasi dalam misi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun