Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sikap Rendah Hati Yang Ekstrem

3 Agustus 2024   15:01 Diperbarui: 4 Agustus 2024   10:55 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Kerendahan hati yang keliru terjadi ketika seseorang merendahkan diri sendiri secara berlebihan. Mereka mungkin menghindari pujian atau penghargaan atas prestasi mereka. Sikap ini bisa muncul dari rasa tidak percaya diri. 

Norma budaya tertentu juga dapat mendorong sikap ini. Akibatnya, mereka sering menghindari tanggung jawab atau peluang penting.

Kerendahan hati yang terlalu ekstrem dapat memengaruhi cara seseorang mengambil keputusan dan berdampak buruk pada efektivitas kepemimpinan. 

Inilah 5 Sikap Rendah hati secara keliru:

1. Meremehkan Pencapaian Pribadi

Sikap seperti ini tidak hanya mengabaikan kontribusi pribadi, tetapi juga dapat menghambat pengakuan yang adil terhadap pencapaian dan mengurangi motivasi untuk terus berkembang.

Misalnya, seseorang mungkin mengatakan, "Saya hanya beruntung, semua ini tidak akan mungkin terjadi tanpa bantuan orang lain," padahal pencapaian tersebut merupakan hasil dari kerja keras dan kemampuan pribadi mereka.

2. Menghindari Tanggungjawab

Menghindari tanggung jawab dengan alasan kerendahan hati sering kali terjadi ketika seseorang merasa tidak layak atau tidak pantas untuk memegang peran penting atau membuat keputusan besar. 

Misalnya, seseorang yang mengatakan, "Saya tidak bisa memimpin proyek ini karena ada orang lain yang lebih berpengalaman dan lebih baik. Saya hanya akan membuat masalah jika saya mengambil peran itu." 

Contoh lain adalah ketika seseorang menyatakan, "Saya lebih suka bekerja di belakang layar daripada menjadi bagian pengurus yang dilihat. Saya khawatir jika saya terlalu terlihat, orang akan berpikir saya ingin mencari perhatian." 

Meskipun niat awalnya mungkin baik, hal ini dapat menghambat kemajuan pribadi dan sikap profesional serta mempengaruhi efektivitas tim secara keseluruhan.

3. Terlalu banyak meminta persetujuan

Ketergantungan berlebihan pada pendapat orang lain dapat menyebabkan seseorang merasa terjebak dalam proses persetujuan yang berlarut-larut, daripada mengandalkan penilaian dan keputusannya sendiri.

Hal ini juga bentuk kerendahan hati yang tidak sehat, di mana seseorang bergantung pada konfirmasi atau persetujuan dari orang lain untuk mendapat validasi

Misalnya, seorang individu yang berkata, "Saya merasa saya tidak bisa melanjutkan proyek ini tanpa mendapat persetujuan dari setiap anggota tim terlebih dahulu. Saya khawatir jika saya membuat keputusan tanpa persetujuan mereka, hasilnya mungkin tidak diterima dengan baik."

Obama dikenal karena keterbukaannya dan kemampuannya untuk mendengarkan berbagai pandangan, dalam beberapa kasus, ketergantungan pada umpan balik dan persetujuan bisa menghambat pengambilan keputusan yang cepat dan tegas. 

4. Ketidakmampuan untuk menyatakan kebutuhan

Ketika seseorang merasa tidak pantas atau enggan untuk meminta dukungan atau bantuan dari orang lain. Mereka mungkin berpikir bahwa mengungkapkan kebutuhan mereka adalah bentuk ketergantungan yang tidak diinginkan. Mereka berusaha menyelesaikan segala sesuatu sendiri tanpa mengganggu orang lain.

Sebagai contoh, Sindy berkata, "Saya tidak ingin merepotkan orang lain dengan masalah saya. Saya akan mencoba menyelesaikan ini sendiri, meskipun saya kesulitan."

Kalimat ini menunjukkan sikap yang terlalu rendah hati dan ketidakmampuan untuk menyatakan kebutuhan secara terbuka. 

Padahal, meminta bantuan atau dukungan bisa mempercepat penyelesaian masalah dan membuka peluang untuk solusi yang lebih efektif.

Steve Jobs, meskipun dikenal dengan kepemimpinan yang kuat dan visi inovatif, kadang-kadang juga menunjukkan ketidakmampuan untuk menyatakan kebutuhan atau meminta dukungan secara terbuka.

 5. Tidak Mengakui Keberhasilan Tim

Sikap ini dapat muncul karena keinginan untuk terlihat rendah hati atau karena ketidakmampuan untuk memahami pentingnya kontribusi orang lain. 

Akibatnya, hal ini bisa mengarah pada kesalahan dalam penilaian dan penghargaan terhadap kerja keras orang lain, serta dapat merusak semangat tim dan kolaborasi.

Ryan adalah seorang manajer disebuah perusahaan, ia berkata, "Kesuksesan proyek ini adalah hasil kerja keras saya dalam mengatur semua aspek, tetapi tim saya juga berusaha membantu," 

Mengabaikan kontribusi tim dapat menyebabkan rasa frustrasi dan demotivasi di antara anggota tim, yang pada akhirnya dapat menghambat kinerja tim secara keseluruhan.

Jangan Tersesat dengan istilah Kerendahan Hati

Kerendahan hati secara benar berarti memiliki sikap yang seimbang dan tulus terhadap diri sendiri dan orang lain. Ini mencakup pengakuan terhadap kekuatan dan kelemahan pribadi, tanpa merasa terlalu superior atau inferior.

Kerendahan hati juga berarti menghargai kontribusi dan nilai orang lain, serta bersedia menerima kritik dan pembelajaran dari pengalaman.

Dengan kerendahan hati, seseorang tidak hanya menghindari kesombongan dan kebanggaan berlebihan, tetapi juga membangun hubungan yang lebih sehat dan kolaboratif dengan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun