Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memiliki Pendidikan Tinggi Tidak Selalu Linear dengan Pendapatan Tinggi

30 Juli 2024   20:44 Diperbarui: 2 Agustus 2024   05:48 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian orang mungkin memiliki anggapan bahwa memiliki pendidikan tinggi sering kali berhubungan langsung dengan pendapatan yang lebih tinggi. 

Di beberapa institusi mungkin dengan gelar akademis dapat meningkatkan daya saing di pasar kerja dengan memperkuat keterampilan teknis dan analitis yang dicari oleh banyak pemberi kerja.

Seseorang yang berpendidikan tinggi sering kali memiliki jaringan profesional, meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. 

Namun demikian harus disadari itu semua tidak menjamin pendapatan tinggi secara otomatis. 

Pendidikan tinggi biasanya menawarkan fondasi yang kuat untuk mencapai tingkat pendapatan yang lebih besar dalam jangka panjang.

Namun ada bebera faktor mengapa Pendidikan tinggi tidak linear dengan pendapatan yang tinggi, diantaranya:

Permintaan Pasar

Permintaan pasar mengacu pada jumlah kebutuhan tenaga kerja dalam bidang tertentu yang tersedia di pasar tenaga kerja. 

Ketika ada kelebihan tenaga kerja di suatu bidang, jumlah orang yang mencari pekerjaan lebih banyak daripada jumlah pekerjaan yang tersedia, menyebabkan upah tetap rendah meskipun para pekerja memiliki pendidikan tinggi.

Sebaliknya, dalam bidang yang kurang memiliki tenaga kerja terampil, permintaan akan pekerja dengan keterampilan khusus lebih tinggi daripada jumlah pekerja yang tersedia.

Sehingga perusahaan bersedia membayar lebih tinggi untuk menarik dan mempertahankan pekerja yang memiliki keterampilan tersebut.

Sebagai contoh, di bidang teknologi informasi atau teknik, di mana ada kekurangan tenaga kerja terampil. 

Pekerja dengan pendidikan formal yang tidak begitu tinggi tetapi memiliki keterampilan praktis yang relevan bisa mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi karena keahlian mereka.

Keterampilan Praktis vs. Pendidikan Formal

Keterampilan praktis dan pengalaman kerja sering kali lebih dihargai di pasar kerja dibandingkan pendidikan formal. Menurut laporan dari Burning Glass Technologies, 61% dari semua pekerjaan memerlukan keterampilan praktis yang spesifik.

Selain itu, studi dari Harvard Business School menunjukkan bahwa 37% pengusaha menganggap pengalaman kerja lebih penting daripada gelar sarjana saat merekrut karyawan. 

Di sektor teknologi, misalnya, banyak perusahaan besar seperti Google dan Apple tidak lagi mengharuskan pelamar memiliki gelar sarjana, tetapi lebih fokus pada keterampilan dan pengalaman nyata. 

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan praktis dan pengalaman langsung dapat memberikan keunggulan yang signifikan dalam mencari pekerjaan.

Perubahan Teknologi dan Industri

Sebuah laporan McKinsey pada 2017 memperkirakan bahwa hampir setengah pekerjaan di dunia dapat diotomatisasi dengan teknologi saat ini. 

Otomatisasi dan AI memang mengancam beberapa pekerjaan yang memerlukan gelar sarjana, tetapi pendidikan tinggi tetap penting.

Pendidikan tinggi mempersiapkan seseorang dengan keterampilan lanjutan dan soft skills seperti kreativitas dan kepemimpinan yang sulit diotomatisasi. 

Selain itu, pendidikan tinggi mendukung pengembangan pribadi dan pembelajaran seumur hidup untuk menyesuaikan dengan pasar kerja yang terus berubah.

Kualitas Pendidikan

Jika Anda ingin cepat masuk ke dunia kerja dengan keterampilan praktis (jalur vokasi) yang langsung bisa digunakan, LPK mungkin lebih bermanfaat. 

Sebaliknya, jika Anda mencari pendidikan yang lebih luas dengan peluang untuk pengembangan karier jangka panjang dan peran kepemimpinan, pendidikan formal mungkin lebih sesuai.

Pendidikan tidak semuanya sama

Pendidikan dari institusi ternama atau program yang berfokus pada keterampilan yang sangat dibutuhkan di pasar kerja bisa lebih menguntungkan daripada pendidikan dari institusi yang kurang dikenal. 

Lulusan universitas ternama dengan program yang disesuaikan dengan kebutuhan industri biasanya lebih diminati oleh perusahaan daripada lulusan dari institusi yang kurang dikenal.

Program yang menawarkan keterampilan praktis, magang, dan pengalaman langsung juga memiliki nilai lebih di mata pemberi kerja.

Jaringan Profesional Dan Koneksi 

Jaringan dapat memainkan peran besar dalam mendapatkan pekerjaan dan gaji yang baik. 

Orang dengan jaringan yang kuat di industri tertentu mungkin lebih mudah mendapatkan posisi yang menguntungkan dibandingkan dengan mereka yang hanya mengandalkan pendidikan formal.

Memiliki hubungan dengan para profesional, alumni, atau mentor dalam bidang tertentu bisa membuka peluang kerja yang tidak tersedia untuk umum, memberikan rekomendasi yang kuat, dan menawarkan wawasan berharga tentang industri tersebut.

Jaringan yang luas sering kali membantu seseorang dalam menemukan pasar kerja dengan lebih efektif, menemukan peluang karir, dan negosiasi gaji yang lebih baik.

Faktor Geografis

Faktor geografis mempengaruhi pendapatan secara signifikan, terutama di daerah kurang berkembang seperti kota kecil atau pedesaan. 

Di wilayah-wilayah ini, biaya hidup yang lebih rendah dan pasar kerja yang terbatas berarti perusahaan tidak perlu menawarkan gaji tinggi.

Sehingga pekerjaan dengan pendidikan tinggi mungkin tidak memberikan imbalan finansial yang signifikan.

Selain itu, kurangnya peluang kerja dan persaingan yang rendah di daerah tersebut menyebabkan perusahaan tidak perlu membayar gaji tinggi. 

Hal ini berbeda dengan kawasan urban di mana permintaan dan penawaran tenaga kerja yang dinamis mendorong gaji lebih tinggi.

Dilema

Dilema berpendidikan tinggi dan prestise di mata masyarakat, tetapi pendapatan rendah dan menganggur, mencerminkan ketidaksesuaian antara nilai pendidikan dan kenyataan pasar kerja. 

Banyak lulusan dengan gelar akademis dari institusi ternama atau program prestisius. Namun, kenyataan di lapangan bisa berbeda: mereka mungkin menghadapi pendapatan rendah atau bahkan menganggur karena beberapa alasan.

Gelar akademis yang prestisius tidak selalu menjamin keterampilan praktis yang dibutuhkan di pasar kerja yang terus berkembang. 

Pendidikan formal yang tinggi sering kali fokus pada teori, sementara keterampilan teknis dan pengalaman praktis mungkin lebih dihargai di beberapa industri.

Pasar kerja yang jenuh atau tidak sesuai dengan bidang studi dapat menyebabkan kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka. 

Akibatnya, meskipun memiliki latar belakang pendidikan tinggi, mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang memadai atau memperoleh gaji yang sesuai dengan harapan.

Ketrampilan Praktis 

Penting untuk diingat bahwa lulusan SMA atau SMK tidak perlu merasa gengsi terhadap pekerjaan mereka selama pendapatan yang diperoleh mencukupi. 

Pendapatan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tetapi juga oleh keterampilan praktis yang dimiliki, kondisi pasar kerja, dan relevansi program studi yang diambil.

Misalnya, seseorang dengan pendidikan tinggi mungkin menghadapi kendala jika berada di daerah dengan kesempatan kerja yang terbatas atau dalam sektor yang berkembang pesat. 

Sedangkan seseorang dengan keterampilan praktis yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan jaringan profesional yang baik dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi meskipun tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi.

Selain itu, kualitas pendidikan dan relevansi program studi sangat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan tuntutan industri yang berubah. 

Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan mempengaruhi peluang pendapatan secara signifikan, menunjukkan bahwa pendidikan formal bukan satu-satunya penentu pendapatan.

Keterampilan praktis dan konteks pasar kerja juga memainkan peran penting dalam menentukan kesuksesan finansial seseorang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun