Perjalanan kali ini saya tempuh dengan motor, yang memberikan kebebasan mobilitas dan memungkinkan saya pulang lebih cepat.
Tiba di Salatiga, saya merasa lega meskipun kelelahan setelah perjalanan dan perasaan yang penuh emosional sepanjang hari. Ini adalah salah satu contoh betapa pentingnya dukungan keluarga dan bagaimana tanggung jawab dalam merawat orang terkasih bisa sangat mempengaruhi keseharian kita.
Belum lama setelah saya beristirahat di Salatiga, sebuah telepon mendadak datang yang mengabarkan berita duka. Informasi tersebut membuat hati saya terkejut dan penuh duka, karena bapak telah dipanggil oleh Bapa di Sorga.Â
Kabar ini membawa dampak emosional yang mendalam, dan saya tahu segera bertindak untuk kembali ke desa guna menghadapi situasi yang mendesak ini.
Dengan cepat, saya berpamitan kepada istri dan anak-anak. Momen perpisahan ini tidak mudah, tetapi saya tahu mereka memahami pentingnya keberadaan saya di sisi keluarga di desa pada saat-saat seperti ini. Setelah memastikan mereka baik-baik saja dan memberikan beberapa arahan untuk sementara waktu, saya memulai perjalanan kembali ke desa Gunungkidul.
Saya memilih untuk mengendarai motor untuk menuju Klaten. Dalam perjalanan ini, berbagai perasaan berkecamuk dalam benak saya, dari kesedihan mendalam hingga keinginan untuk segera berada di dekat keluarga dan melakukan apa yang bisa saya lakukan untuk mendukung mereka. Setelah tiba di Klaten, saya mencari kerabat untuk meminta bantuan.Â
Mereka dengan cepat menawarkan diri untuk mengantar saya pulang ke desa dengan mobil tua mereka, yang meskipun tidak terlalu nyaman, cukup untuk membawa saya ke tujuan.
Perjalanan malam dengan mobil tua itu terasa panjang dan melelahkan. Jalanan yang gelap dan keadaan emosional saya menambah berat perjalanan tersebut. Sekitar pukul satu dini hari, mobil tua akhirnya tiba di desa.Â
Meskipun tubuh saya kelelahan, hati saya dipenuhi oleh rasa syukur karena dapat kembali ke desa dan bergabung dengan keluarga dalam waktu yang sangat dibutuhkan.
Sesampainya di desa, suasana duka sudah menyelimuti rumah. Saya bergabung dengan keluarga dan kerabat lain yang sudah berkumpul, siap untuk melakukan segala sesuatu yang diperlukan dalam menghadapi kehilangan ini.
Sesampainya di rumah, suasana hati saya sangat mendalam dan penuh kesedihan. Saat memasuki rumah, pemandangan pertama yang saya temui adalah bapak sudah terbujur kaku di atas meja jenazah, mengenakan baju putih yang bersih dan celana panjang hitam yang rapi.Â