Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Kekerasan Verbal yang Sering Dilakukan Orang Tua

27 Juli 2024   12:58 Diperbarui: 28 Juli 2024   10:37 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: orangtua bertengkar. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)

Kekerasan verbal adalah bentuk kekerasan yang melibatkan penggunaan kata-kata atau ucapan yang dapat menyakiti, merendahkan, atau menyinggung orang lain. 

Ini termasuk penghinaan, ancaman, kritik yang merendahkan, atau kata-kata yang mengejek. Kekerasan verbal bisa terjadi dalam berbagai konteks, termasuk dalam hubungan pribadi, di tempat kerja, atau dalam interaksi sosial. 

Sering kali, bentuk kekerasan verbal ini dilakukan dalam keluarga oleh orang tua kepada anak-anak mereka atau kepada orang yang dianggap memiliki kekuasaan lebih. 

Beberapa bentuk kekerasan verbal yang sering dilakukan oleh orang tua:

Pelabelan Negatif dan Penghinaan

Menyebut seseorang dengan nama-nama buruk atau menganggap mereka tidak berharga adalah bentuk kekerasan verbal yang merendahkan harga diri dan martabat seseorang. 

Dalam lingkungan pergaulan bahkan keluarga, penggunaan nama buruk atau dalam bahasa Jawa dikenal sebagai "parapan" sering kali terjadi. 

Ini termasuk menggunakan istilah atau julukan yang bersifat merendahkan, seperti "bodoh" atau "tak berguna," serta memberikan label negatif yang merusak citra diri seseorang. Perlakuan seperti ini sering kali tidak hanya mengabaikan kontribusi dan usaha seseorang, tetapi juga menghancurkan rasa percaya diri mereka.

Dampak dari kekerasan verbal ini bisa sangat merusak, menyebabkan penurunan harga diri, kecemasan, dan bahkan depresi. Korban kekerasan verbal sering mengalami stres emosional yang mendalam dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat. 

Ancaman

Di lingkungan keluarga atau pergaulan, ancaman verbal dari orang tua atau anggota keluarga dapat menjadi bentuk kekerasan yang sangat merusak. 

Ancaman ini sering kali melibatkan perkataan yang menakutkan atau intimidasi, seperti ancaman akan melakukan kekerasan fisik, memutuskan hubungan, atau menghancurkan masa depan seseorang. Misalnya, orang tua mungkin mengancam akan mengusir anak mereka dari rumah atau tidak mendukung mereka jika mereka tidak memenuhi harapan tertentu. 

Ancaman semacam ini dapat menciptakan lingkungan yang penuh ketakutan dan stres, yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional individu.

Dampak dari ancaman verbal ini dapat sangat berat, menyebabkan kecemasan, ketidakpastian, dan gangguan pada perkembangan psikologis seseorang. 

Ancaman dari orang tua atau keluarga sering kali membuat individu merasa tertekan dan tidak berdaya, yang dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain serta kepercayaan diri mereka. 

Cemoohan atau Ejekan

Cemoohan atau ejekan adalah bentuk kekerasan verbal yang melibatkan menertawakan atau merendahkan seseorang dengan cara yang menyakitkan. 

Dalam banyak kasus, ini bisa berupa komentar yang mengejek, mempermalukan, atau membuat seseorang merasa tidak berharga. Cemoohan ini sering kali ditujukan untuk memalukan individu di depan orang lain atau merendahkan mereka secara publik, yang bisa sangat merusak harga diri dan kesejahteraan emosional korban.

Di keluarga dan dalam budaya Indonesia, kebiasaan cemoohan dan ejekan sering terjadi, terutama ketika seorang anak melakukan kesalahan atau tidak memenuhi harapan. 

Misalnya, anak-anak mungkin sering menjadi sasaran ejekan dari anggota keluarga atau teman-teman mereka jika mereka melakukan kesalahan, yang mengakibatkan rasa malu dan penurunan kepercayaan diri. 

Kritik yang Merendahkan

Kritik yang tidak konstruktif dilakukan orang tua dengan maksud merendahkan atau menghancurkan kepercayaan diri seseorang merupakan bentuk kekerasan verbal yang sangat merusak. 

Kritik semacam ini tidak bertujuan untuk membangun atau memperbaiki, tetapi lebih fokus pada merendahkan harga diri dan kemampuan individu. 

Contohnya termasuk memberikan komentar yang meremehkan, seperti "Kamu selalu gagal" atau "Kamu tidak pernah bisa melakukan apapun dengan benar," yang dapat membuat anak merasa tidak berharga dan tidak mampu. 

Seringkali, kritik seperti ini dilakukan tanpa sadar, sebagai cara orang tua untuk mempertahankan kekuasaan atau memaksa anak untuk menghormati mereka.

Dampak dari kritik yang merendahkan ini sangat serius, seringkali menyebabkan penurunan kepercayaan diri, kecemasan, dan bahkan depresi pada anak. 

Anak-anak yang sering menerima kritik negatif semacam ini mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan rasa percaya diri dan merasa tertekan dalam upaya untuk memenuhi harapan orang tua. 

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan mendukung, serta menciptakan lingkungan yang positif agar anak dapat berkembang dengan baik secara emosional dan psikologis.

Pengabaian

Pengabaian adalah bentuk kekerasan verbal yang melibatkan mengabaikan atau tidak menghargai pendapat, perasaan, atau kontribusi seseorang. 

Dalam situasi ini, seseorang mungkin merasa diabaikan atau tidak dianggap penting dalam interaksi atau keputusan. Misalnya, ketika pendapat atau perasaan seseorang secara konsisten diabaikan dalam diskusi keluarga atau di tempat kerja, atau ketika kontribusi mereka tidak dihargai dan tidak diakui, mereka bisa merasa tidak diperhatikan dan kurang dihargai.

Dampak dari pengabaian ini bisa sangat merusak, menyebabkan korban merasa tertekan, terisolasi, dan tidak berharga. 

Pengabaian yang berkelanjutan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan gangguan emosional, serta memengaruhi kualitas hubungan interpersonal dan kemampuan seseorang untuk berpartisipasi secara aktif dalam komunitas atau lingkungan sosial mereka. 

Manipulasi Emosi

Manipulasi Emosional adalah bentuk kekerasan verbal di mana kata-kata atau ucapan digunakan untuk memanipulasi perasaan seseorang, sering kali dengan tujuan membuat mereka merasa bersalah, tidak berdaya, atau tertekan untuk mencapai tujuan tertentu. 

Misalnya, seseorang mungkin menggunakan pernyataan seperti "Jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu akan melakukan ini untukku" untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau membuat mereka merasa bersalah karena tidak memenuhi harapan yang tidak realistis.

Manipulasi emosional dapat merusak kesejahteraan emosional korban dengan menciptakan rasa ketergantungan, kebingungan, dan tekanan.

Korban sering kali merasa terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan atau merasa tidak bisa mengambil keputusan yang bebas dan mandiri. Dampaknya bisa meliputi penurunan kepercayaan diri, kecemasan, dan stres yang berkepanjangan. 

Kekerasan verbal adalah bentuk kekerasan yang melibatkan penggunaan kata-kata atau ucapan yang dapat menyakiti, merendahkan, atau menyinggung orang lain, dan bisa terjadi dalam berbagai konteks seperti hubungan pribadi, tempat kerja, atau interaksi sosial. 

Bentuk-bentuk kekerasan verbal termasuk penghinaan, ancaman, cemoohan, kritik yang merendahkan, pengabaian, dan manipulasi emosional. 

Dalam keluarga, misalnya, orang tua sering kali tanpa sadar menggunakan kritik yang merendahkan atau ancaman untuk mempertahankan kekuasaan atau memaksa anak-anak mereka untuk menghormati mereka, yang dapat menyebabkan dampak emosional yang serius seperti penurunan harga diri, kecemasan, dan depresi. 

Mengatasi kekerasan verbal memerlukan kesadaran untuk menghargai dan menghormati orang lain serta upaya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan sehat bagi semua anggota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun