Mohon tunggu...
Obed Mangunsong
Obed Mangunsong Mohon Tunggu... Arsitek - Pelajar

Menggambar / karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Bayang-Bayang di Hutan Belantara

2 Oktober 2024   23:16 Diperbarui: 3 Oktober 2024   00:36 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Bayang-Bayang di Hutan Belantara

Hujan deras mengguyur jalanan, membuat Raka merasakan ketegangan di dalam mobil. Bersama sebelas orang lainnya, ia dalam perjalanan menuju sebuah resor di tengah hutan untuk merayakan liburan akhir pekan. 

Sebuah percakapan hangat berlangsung di antara mereka, tetapi Raka merasa terasing. Meski di sekelilingnya ada banyak orang, hatinya seolah terkurung dalam kenangan kelam yang tak bisa ia ungkapkan.

Tiba-tiba, sebuah suara keras menggema. Mobil tergelincir, dan dalam sekejap, semuanya menjadi gelap.

Ketika Raka terbangun, ia mendapati dirinya tergeletak di tanah basah. Suara gemerisik daun dan desahan angin membangunkan kesadarannya. Di sekelilingnya, teman-temannya pun terbangun, bingung dan panik. Mereka semua terjebak di hutan belantara, jauh dari jalan raya dan bantuan.

Alya, seorang dokter muda yang selalu penuh semangat, segera mengecek keadaan Raka dan yang lainnya. "Kita harus mencari jalan keluar," katanya dengan nada tegas. Dimas, pengusaha karismatik, menyetujui. "Ada baiknya kita mencari tempat yang lebih aman dulu."

Raka mengangguk, tetapi rasa cemas terus menghantuinya.

Malam mulai merayap ketika mereka menemukan sebuah clearing yang cukup aman. Namun, rasa nyaman itu tidak bertahan lama. Saat Raka dan Alya menjaga api unggun, Joko, mantan tentara, pergi untuk mencari sinyal telepon. Ketika malam merambat lebih dalam, Raka mulai merasa gelisah.

Tiba-tiba, teriakan menggema dari arah hutan. Mereka semua berlari menuju suara tersebut, hanya untuk menemukan Joko tergeletak, tubuhnya terkulai dengan mata terbelalak. Kematian yang brutal, darah menggenang di tanah.

Rasa panik mulai melanda. "Siapa yang melakukan ini?" teriak Nina, influencer media sosial yang selalu ceria. Dalam kebingungan, Raka merasakan ketegangan di antara mereka. Semua orang mencurigai satu sama lain, dan Raka merasa bahwa kegelapan hutan ini juga merayapi hati mereka.

Setiap malam, satu per satu dari mereka mulai menghilang. Pertama Joko, lalu Dimas, yang terjatuh ke dalam perangkap di tepi jurang saat mencoba melindungi Alya. Kejadian ini membuat Raka semakin tertekan, terutama karena Alya terus mencari cara untuk menjaga mereka tetap bersatu.

Nina, yang sebelumnya selalu ceria, kini kehilangan semangat. Raka merasakan beratnya beban yang harus mereka pikul. "Kita harus tetap bersatu," ujarnya, berusaha memberi semangat. Tetapi di dalam hatinya, ia meragukan dirinya sendiri.

Toni, mekanik humoris, mencoba mencairkan suasana, tetapi setelah kematian Nina, suasana menjadi semakin mencekam. Ketika Sari, mahasiswa psikologi, berusaha menganalisis perilaku mereka, semua orang mulai saling curiga.

"Aku rasa kita harus mencari tahu siapa yang bisa dipercaya," kata Sari, sambil memandang ke arah Raka. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Raka berusaha menyembunyikan ketakutannya. Dia dekat dengan Alya, yang tetap optimis. Raka berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi Alya, apapun yang terjadi.

Malam yang penuh teror membawa Raka ke dalam ketakutan yang lebih dalam. Ketika dia terbangun mendengar suara di luar tenda, Raka merangkak keluar dan melihat bayangan seseorang bersembunyi di balik pohon. Instingnya memicu panik, dan ia berlari kembali ke tenda untuk memperingatkan yang lainnya.

Namun, saat ia berlari, Raka tidak menyadari bahwa dia menginjak sesuatu. Suara jeritan kembali memecah keheningan malam. Ketika semua orang berlari keluar, mereka menemukan Sari tergeletak di tanah, tanpa nyawa.

Dengan semakin sedikitnya anggota kelompok, Raka dan Alya merasa terdesak. Raka mulai mencurigai dirinya sendiri, merasa seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Alya berusaha menghiburnya, tetapi Raka merasa ada sesuatu yang gelap di dalam dirinya.

Sari yang terakhir menyoroti petunjuk dari kematian temannya. "Kita harus mencari siapa yang terakhir melihat Joko dan Nina," ujarnya. Raka merasa ketakutan dan berusaha bersembunyi di balik senyuman Alya, tetapi dia tahu waktu semakin menipis.

Akhirnya, hanya tersisa Raka dan Alya. Dalam suasana tegang, Raka mengajak Alya untuk menemukan jalan keluar. Di tengah pencarian, Raka teringat akan kegelapan dalam hidupnya, masa lalu yang dipenuhi dengan kekerasan dan pelecehan yang membuatnya terjebak dalam ketidakpastian.

Alya merasakan ada sesuatu yang salah. "Raka, apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya penuh kekhawatiran. Raka menggeleng, berusaha untuk tetap tenang.

Namun, saat mereka berhadapan dengan bayangan yang tampak menjauh, Raka merasakan ketakutan dan kebingungan menyelimuti pikirannya. Dalam sekejap, ingatan masa lalunya muncul: kekerasan yang dialaminya, suara teriakan, dan bayangan gelap yang menelannya.

Saat berhadapan, Raka tidak bisa lagi menahan ingatan-ingaanya. Dia teringat momen-momen mengerikan ketika ia menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Trauma yang menimpanya membuatnya kehilangan kendali atas diri sendiri. Raka menyadari bahwa sosok yang dia cari, pembunuh itu, bukanlah orang lain---melainkan dirinya sendiri.

Dalam kebingungan, ia berusaha menjelaskan kepada Alya, tetapi ia sudah terjebak dalam bayang-bayang ketakutan. Saat Raka berusaha meraih Alya, insting yang terpendam muncul. Dalam kekacauan, ia menyerang, tidak menyadari apa yang dia lakukan.

Alya berusaha melawan, tetapi semuanya terjadi begitu cepat. Keduanya terjatuh ke dalam jurang yang sama seperti yang dialami Nina dan Dimas. Dalam kesakitan dan penyesalan, Raka menyadari bahwa ia adalah pembunuh dalam permainan ini.

Di tengah kegelapan, Raka terbangun di rumah sakit, dikelilingi oleh para dokter. Ia mendengar bisikan tentang kematian teman-temannya, dan merasakan kehampaan yang mendalam. Mengapa semua ini terjadi?

Ketika ia menatap ke arah jendela, sebuah bunga diletakkan di samping tempat tidurnya---bunga yang ia lukis dalam mimpinya, simbol harapan meskipun gelap. Raka menyadari bahwa meski bayang-bayang masa lalunya terus menghantui, masih ada peluang untuk bangkit dan menemukan jalan kembali.

Raka terbangun di rumah sakit, kepalanya berdenyut. Suara bip mesin-mesin medis terdengar monoton di latar belakang, tetapi pikirannya kosong. Di sekelilingnya, para dokter membahas kondisinya, tetapi dia tidak bisa menangkap satu pun kata. Rasa bingung dan penyesalan memenuhi batinnya.

Ketika Raka berusaha mengingat, wajah Alya dan teman-temannya muncul dalam bayang-bayang. Kematian mereka, rasa bersalah yang mendalam, dan kenangan akan hutan belantara menghantui pikirannya. Dia merasakan bayangan gelap mengintai, seolah menunggu saat yang tepat untuk merangkulnya.

Setelah beberapa hari di rumah sakit, Raka mulai merasakan keanehan dalam dirinya. Setiap kali dia memejamkan mata, suara lembut namun berbahaya memanggilnya. "Kamu bisa melupakan semuanya, Raka. Kembali ke tempat di mana kamu benar-benar bisa bebas."

Sisi gelapnya perlahan-lahan mulai menyusup ke dalam pikirannya. Suara itu membisikkan janji-janji: kebebasan dari rasa sakit, pembalasan untuk semua yang telah menyakitinya. Dalam kesepian yang melingkupi dirinya, Raka merasakan bahwa dia tidak ingin melupakan, tetapi ingin menguasai---menguasai ketakutan dan kekacauan yang pernah mengendap di dalam jiwanya.

Suatu malam, saat kesunyian menyelimuti, Raka mendapati dirinya di tepi hutan yang sama. Dalam gelap, ia merasakan panggilan dari dalam, dan langkahnya terasa dipandu oleh sesuatu yang tak terlihat. Hutan itu seolah berbicara padanya, mengingatkan akan semua rasa sakit dan ketidakadilan yang pernah dia alami.

"Bebaskan dirimu," suara itu berkata. "Dunia ini tidak pantas untukmu."

Raka merasakan dorongan kuat untuk melanjutkan, kembali ke tempat di mana semuanya dimulai. Setiap langkah membuatnya merasa lebih kuat, lebih berani---seolah sisi buruknya sedang menguasai dirinya sepenuhnya.

Saat Raka melangkah lebih dalam ke hutan, dia menemukan jejak-jejak darah yang tertinggal. Ingatan akan kematian teman-temannya muncul kembali, tetapi kali ini, alih-alih rasa bersalah, ada rasa kekuatan yang menjerat jiwanya. Raka tertawa, menghirup udara malam yang dingin. Dia merasa hidup, dan semua beban yang selama ini menghambatnya terasa menghilang.

Dalam kegelapan, Raka menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang. Dia tahu bahwa di luar sana, tidak ada yang mengerti dirinya, tidak ada yang peduli. Namun, di dalam hutan ini, dia merasa menjadi diri sendiri---bebas dari segala ikatan dan rasa sakit.

Di Tingha malam yang pekat, Raka menemukan jalan menuju tempat di mana semuanya berakhir. Dia melihat bayangan di depan---sebuah sosok yang tampak familiar. Alya? Tidak, itu adalah gambaran dari semua yang pernah dia cintai.

"Kamu bisa mengakhiri semua ini," bisikan itu kembali datang, kali ini lebih kuat. "Kamu bisa menjadi pemburu, bukan lagi korban."

Raka tersenyum. Semua ingatan akan kebencian dan kekecewaan terakumulasi menjadi satu. Dalam dirinya, gelombang kekuatan dan kebencian bangkit. Dengan langkah pasti, Raka merangkul sisi gelapnya. Tanpa ragu, dia mengambil keputusan: ia akan menjadi yang mengendalikan, bukan yang dikendalikan.

Sejak saat itu, Raka menghilang dari dunia. Tak ada yang bisa menemukan jejaknya, hanya kisah yang tersisa tentang sekelompok orang yang hilang di hutan belantara. Raka telah sepenuhnya diambil alih oleh sisi buruknya, dan kini ia menjadi bagian dari bayang-bayang hutan---seorang pemburu dalam kegelapan, tidak lagi seorang korban.

Hutan itu menjadi saksi bisu dari perubahan yang terjadi, mengingatkan setiap makhluk yang melintas bahwa di balik setiap wajah yang tersenyum, bisa ada kegelapan yang menunggu untuk bangkit. Raka, dalam kegelapan, menemukan kebebasan, tetapi dengan harga yang sangat mahal: dia kehilangan diri yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun