Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan di Ubud

15 Juni 2024   21:21 Diperbarui: 15 Juni 2024   21:57 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar lukisan Wayan Wiguna Negara

"E, maaf mbak. Saya salah sebut. Atau Sekalian boleh saya tahu namanya?"

"Aku Lely. Usia ku baru dua puluh tahun."

"Aku juga masih muda Mbak Lely. Namaku Dedi". Dedi mencoba bergurai dengan gadis model di depannya.

"Tapi...kau". Dedi memotong perkataan Lely.

"Kelihatan tua ya. Mungkin aku terlalu konsen melukis. Apalagi melukis wajah sepertimu". Lely melepas senyumnya. Ia merasa bersalah memancing dengan pertanyaan tadi. Sebenarnya Lely hanya ingin bermain-main saja.

 "Seperti apa sih wajahku Mas?" tanya Lely ragu akan jawaban Dedi.

"Cantik". Jawab Dedi singkat. Lely tak bisa menyembunyikan senyumnya. Rupanya lelaki ini tidak seperti yang ia duga sebelumnya. Lelaki serampangan, cuek. Pokoknya menyebalkan. Tapi setelah ia bicara, ternyata dia ramah, sopan. "Pikir Lely."

"O, ya maaf saya bilang Bapak tadi Mas Dedi".

"Tidak apa-apa. Kita tidak saling kenal".

"Sudah ya. Aku pamit. Aku harus balik bersama mamaku." Lely diberikan isyarat oleh mamanya harus  melanjukan perjalanan ke Kuta. Dedi hanya menyempatkan diri meminta nomer telpon. Dedi berjanji dua hari lagi lukisan akan selesai.

"Sampai jumpa Mas Dedi". Lely melambaikan  tangannya dan mobil pun melaju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun