"E, maaf mbak. Saya salah sebut. Atau Sekalian boleh saya tahu namanya?"
"Aku Lely. Usia ku baru dua puluh tahun."
"Aku juga masih muda Mbak Lely. Namaku Dedi". Dedi mencoba bergurai dengan gadis model di depannya.
"Tapi...kau". Dedi memotong perkataan Lely.
"Kelihatan tua ya. Mungkin aku terlalu konsen melukis. Apalagi melukis wajah sepertimu". Lely melepas senyumnya. Ia merasa bersalah memancing dengan pertanyaan tadi. Sebenarnya Lely hanya ingin bermain-main saja.
 "Seperti apa sih wajahku Mas?" tanya Lely ragu akan jawaban Dedi.
"Cantik". Jawab Dedi singkat. Lely tak bisa menyembunyikan senyumnya. Rupanya lelaki ini tidak seperti yang ia duga sebelumnya. Lelaki serampangan, cuek. Pokoknya menyebalkan. Tapi setelah ia bicara, ternyata dia ramah, sopan. "Pikir Lely."
"O, ya maaf saya bilang Bapak tadi Mas Dedi".
"Tidak apa-apa. Kita tidak saling kenal".
"Sudah ya. Aku pamit. Aku harus balik bersama mamaku." Lely diberikan isyarat oleh mamanya harus  melanjukan perjalanan ke Kuta. Dedi hanya menyempatkan diri meminta nomer telpon. Dedi berjanji dua hari lagi lukisan akan selesai.
"Sampai jumpa Mas Dedi". Lely melambaikan  tangannya dan mobil pun melaju.