Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan di Ubud

15 Juni 2024   21:21 Diperbarui: 15 Juni 2024   21:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar lukisan Wayan Wiguna Negara

"Ya, begitu. Agak geser ke timur. Ada melirik kesini. Ya...ya...pas. Tapi rambut disingkap dikit".

"Ah, gimana sih yang pas Bapak?" Perempuan putih dan berparas cantik itu agak ketus. Mungkin perempuan ini pertamakali melakukan lukis diri. Ia kelihatan tidak kerasan. Dikiranya posisi duduk sekali lukisan itu sudah cukup.
Dedi dengan sabar melayani tamunya. Ia sudah biasa sesekali dikonflin oleh model yang diambil.

"Boleh aku pegang sebentar rambutmu?" Perempuan dengan wajah lumayan manis itu sesaat memandangi Dedi. Sorot matannya, yang tajam seperti menghujam dada Dedi. Tumben kali ini ia bertemu dengan gadis model seperti ini. Sesaat perempuan itu  mengangguk.

Sesungguhnya Dedi merasa tidak enak bersentuhan dengan setiap model yang akan dilukisnya. Dia selalu berusaha menjaga prifatisasi seseorang. Apalagi dia seorang gadis. Dedi dua tiga kali memberi perintah gadis yang sedang dilukis.

Sketsa lukisan mulai tampak. Dia melihat gadis itu gelisah. Dedipun menghentikan sejenak agar gadis yang dilukisnya dapat beristirahat.
Benar saja. Ia menoleh ibunya dan berucap, "Ma, aku capek".
Mamanya mendekat, kemudian berusaha merayu putrinya. Tapi rupanya ia sepertinya ngambek, hingga  kemudian mamanya bertanya kepada Dedi.
"Adakah jalan memotret anak saya untuk kemudian dilukis?"

Dedi menghirup rokoknya terus berucap. "Boleh aja bu. Tapi saya biasanya lebih suka dari pemodelan langsung, karena tidak terpengaruh situasi buatan. Baik saya potret aja". Dedi mengambil kamera hp, lalu memotret gadis itu beberapa kali.

"Sudah, silahkan. Pengambilan poto sudah selesai selesai".
Gadis itu kelihatan lega. Ia kemudian melangkah mendekati mama nya. Diambilnya botol minuman, sambil duduk di atas batu. Dedi diam-diam memperhatikan perempuan langsing yang baru saja dia ambil dalam beberapa adengan.

"Lumayan cantik," pikirnya. Perempuan itu sangat menikmati suasana terkesan klasik di studio ini. Pandangannya tertuju pada lukisan-lukisan yang dipajang di berbagai sudut. lalu dia mendekati sketsa lukisan yang masih dikerjakan.

Alisnya kelihatan sedikit dikerut. Rupanya gadis itu menyimpan sesuatu pada sketsa wajahnya. Lalu ia berucap. "Pak, kok senyumku kecut banget sih?"

"Kan belum selesai. Nanti akan dipadukan dengan poto tadi Buk". Gadis itu menoleh kepada Dedi. Lalu dia berkata.

"Jangan bilang ibu lah. Aku masih muda kok".
Dedi terkejut karena merasa keceplosan bilang ibuk. Dipandanginya gadis tersebut. Dia melihat sebuah senyum yang manis dilepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun