Eka sedikit mengerem motornya. Saat bersamaan tangan Vini memeluk erat pinggangnya.
"Kaka, pelan-pelan. Jangan ngerem mendadak. Hampir saja aku jatuh." Jawab Vini.
"Tapi? Jemarimu masih memeluk pinggangku?"
Vini baru sadar dan buru-buru mau melepasnya. Dengan cekatan Eka memegang jemari itu. Vivin tak mampu berbuat lain, kecuali menyerah karena itu jua yang ingin dia harap dari kekasihnya.
"Semoga ini tidak menjadi pelukan pertama dan terakhir ya Vin" kata Eka sambil melambatkan laju motornya.
"Benar Kaka. Aku mencintaimu. Hampir dibatas akhir sekolah kita, kesempatan ini datang."
Eka menghentikan motornya. Mereka turun karena tepat disebelah timur terlihat rumah Vini. Eka lalu membalikan badannya. Sebuah kecupan jatuh di kening Vini. Pelukan yang mesra mesti mereka akhiri. Vini tersenyum haru, sebelum akhirnya mereka berpisah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H