Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Aku Tak Ingin Kehilangan Dirimu (3)

7 Juni 2024   14:59 Diperbarui: 7 Juni 2024   15:29 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar pixabay gratis

#the_end


Aku Tak Ingin Kehilangan Dirimu (3)
DN Sarjana

"Tapi Vini sadar keadaan keluarga yang serba kurang, sehingga Vina tidak pernah bikin masalah." Pikir Pak Jajak ketika naik keangkot.

"Hai Vini, kamu ndak diantar ya?" Tanya Inda saat Vini duduk disampingnya. Vini tersenyum walau hatinya nggak suka di olok-olok begitu.

"Ih, Inda. Sok tahu aja. Aku kan sering bersamamu naik angkot." Jawab Vini ketus.

"Jangan marah bidadari. Aku pingin canda aja." Jawab Inda sambil memegangi jemari Vini. Vini menoleh dan memberi senyumnya yang manis.

Angkot terus melaju. Di depan SMK 3 mobil berhenti menurunkan dua Siswi sekolah tersebut. Tidak seberapa lama, angkot melanjutkan kembali perjalanan. Sekitar sepuluh menit sudah nyampe di depan SMA 2 tempat Vini dan Inda sekolah. Merekapun turun beriringan.

Sambil menuju ruang kelas masing-masing Inda memulai percakapan.
"Vin, kamu kok santer digosipin temen2. Tapi aku takut nyampein kamu. Nanti kamu marah padaku?" Kata Inda sambil menyingkap rambutnya.

"Da, dari kapan sih kamu tahu aku suka marah? Cuman kamunya yang berprasangka. Atau Inda sendiri bersekongkol nyelekin Aku ya?" Jawab Vini memegang tangan Inda.

"Vi, kamu janji kan tidak nyampein kepada siapapun?"

Sambil mengangkat jemarinya Vini menjawab. "Swer, aku pasti janji. Hanya kamu sahabatku yang paling setia."

"Teman-teman bilang kamu cewek matere. Itu lho, cewek mata duitan. Sebulan sama Eka, sebulannya lagi sama Aldo."

"Hmmm, gitu ya. Aku akan cari orang yang ngegosipin seperti itu." Jawab Vini. Terlihat wajah mukanya yang putih bersih agak kemerahan menahan amarah.

"Tapi, jangan bilang Aku nanti Vin!"

Vini mengangguk dan berusaha melepas senyumnya. Merekapun berpisah di gang untuk masing-masing naik kelantai dua menuju kelas.

Memang Vini idolah siswa laki-laki di sekolah itu. Ada Eka, Aldo, Zaka dan banyak lagi berusaha merebut hati Vini. Walau Vini hanya anak petani, tapi dia memang cantik dari situnya. Rambutnya tergerai lebat dan sedikit ikal dibiarkan dibawah bahu. Mata yang terkesan sipi dengan lekuk bulu mata, serta bibir tipis bercirikan senyum manis, pastilah cukup menggoda kaum hawa. Vini tidak banyak bersentuhan dengan make up atau asesoris lainnya. Ia tidak cukup uang untuk itu.

Akhir-akhir ini Vini sedikit bisa memenuhi biaya perawatan tubuhnya karena ibunya bekerja di luar negeri.

Disekolah Vini biasa-biasa saja. Dia tidak mengagungkan kecantikannya. Dia luwes bergaul dengan siapapun, sehingga orang susah menebak siapa kekasih Vini yang sebenarnya.

Cuman menjelang tamat sekolah, Vini sering dekat dengan Eka. Pemuda tampan yang kalem, lumayan pinter dan suka main musik.

Sekali waktu Vini mau dibonceng sama Eka. Itupun karena terpaksa, Vini terlalu lama menunggu angkot.

"Vin, bentar lagi kita berpisah ya?" Pertanyaan Eka sambil melajukan motornya.

"Memang sudah waktunya Kaka. Kita sudah tamat." Vini menjawab sambil membetulkan boncengannya. Vini biasa memanggil Kaka kepada Eka dimana rasa cinta itu Ia tambatkan.

Eka sedikit mengerem motornya. Saat bersamaan tangan Vini memeluk erat pinggangnya.

"Kaka, pelan-pelan. Jangan ngerem mendadak. Hampir saja aku jatuh." Jawab Vini.

"Tapi? Jemarimu masih memeluk pinggangku?"

Vini baru sadar dan buru-buru mau melepasnya. Dengan cekatan Eka memegang jemari itu. Vivin tak mampu berbuat lain, kecuali menyerah karena itu jua yang ingin dia harap dari kekasihnya.

"Semoga ini tidak menjadi pelukan pertama dan terakhir ya Vin" kata Eka sambil melambatkan laju motornya.

"Benar Kaka. Aku mencintaimu. Hampir dibatas akhir sekolah kita, kesempatan ini datang."

Eka menghentikan motornya. Mereka turun karena tepat disebelah timur terlihat rumah Vini. Eka lalu membalikan badannya. Sebuah kecupan jatuh di kening Vini. Pelukan yang mesra mesti mereka akhiri. Vini tersenyum haru, sebelum akhirnya mereka berpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun