Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penari

18 April 2024   14:10 Diperbarui: 18 April 2024   17:28 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku ngayah...Aku ngayah... Carikan bunga cempaka putih 3 buah. Aku mau minum air suci. Aku ngayah..."

Lelaki yang sebaya dengan penari itu meminta orang tua, mencari kembang cempaka dan mengambil air suci yang sudah tersedia.

Lelaki itupun seperti berucap dan memohon sesuatu, lalu dia memercikkan air suci kepada penari. Tidak lama penari sudah lemas tidak bertenaga. Ia duduk dengan tenang, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Bli, aku gimana?" Dia bertanya pada lelaki yang ada di sampingnya.

"Tidak apa Luh, hanya Luh tidak sadar sebentar."

"Tapi aku takut Bli. Aku tidak mau."

"Yaa.., tenang dulu. Besok setelah mepamit, kita akan bicarakan. Sekarang mari kita siap-siap pulang.

Luh SUkesti masih termangu. Dia dipapah oleh lelaki itu. Ternyata dia Wayan Purwa, pemimpin sekha atau grup kesenian yang pentas. Wayan Purwa disamping penari juga penekun spritual.

Keesokan harinya, Wayan Purwa pergi ke rumah Luh Sukesti. Ia ingin tahu apa yang terjadi kemarin malam.

"Selamat pagi Bli Mangku. Luh Sukesti ada?"

"Yee, Wayan Purwa. Ayo duduk. Baru san Luh Sukesti habis sembahyang. Ada apa tumben?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun