Penari itu sudah selesai berhias. Pakaian bercahaya sangat klasik. Sementara di gelung kepala berhiaskan bunga warna kuning ke emasan.
Satu set barung tetabuhan siap-siap dihadapi oleh penabuh. Mereka berpakaian seragam. Patus pemimpin tabuh memberi aba. Dan byaaaar...suara tabuh berbarengan, lalu saling bersahutan menjadi sangat indah.
Penari bersiap. Ia masih berdiri di balik langse. Tatapannya begitu tajam dan meyakinkan. Mungkin ada rasa berkecamuk antara taksu dan penonton. Setelah mengatupkan tangan tanda berdoa, penari perlahan keluar mengikuti irama gamelan.
Tangan digetarkan, meliak-liuk. Sementara gerakan tubuh lemah gemulai serasi dengan imbangan tanjek kaki.
Sesekali matanya menatap tajam dan senyumnya merekah. Dia malam ini memang cantik dan bersahaja. Sorotan dan kerlip lampu panggung menambah indah suasana. Sementara nyala obor dibeberapa titik membuat suasana terasa magis.
Penari terus menari. Ia itari beberapa kali panggung. Gamelan makin cepat, seiring dengan cepatnya liukan penari.
Sementara sepasang mata menatap dan mengawasi. Lelaki berbadan tegap, berambut agak panjang. Kemungkinan pemuda itu penekun spritual. Matanya nanar terus menatap.
Entah bagaimana ceritanya, penari itu rebah. Tetabuh dihentikan perlahan. Beberapa orang tua mendekati penari. Mereka rata-rata berpakaian putih.
Pemuda yang sedari tadi terus memperhatikan, ada dikerumunan itu. Ia dengan sigap mengambil dengan meletakkan lengannya di bahu. Ternyata perempuan penari mengalami trence.