Mohon tunggu...
Nyai Harifah
Nyai Harifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM

Merenungi segala sesuatu di dunia ini Genre favorit K-pop dan lagu galau Indonesia, Suka puisi, Suka sejarah, Suka horor, Suka kamu, eh! NewB dalam menulis, butuh support :)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Stunting dan Air Bersih: Dua sejoli yang Luput dari Perhatian Masyarakat

10 September 2024   00:50 Diperbarui: 11 September 2024   23:42 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun Flores https://images.app.goo.gl/g121JpqWCcqD9QEK6

Stunting merupakan isu kesehatan yang berhasil mendapat perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Tidak hanya sektor kesehatan yang wara-wiri dalam pencegahan stunting loh readers, sektor pertanian dan 7 kementerian lembaga lainnya, serta organisasi non pemerintah pun ikut andil dalam program ini. Presiden Joko Widodo dalam menjalankan periode kedua sebagai Presiden Republik Indonesia memiliki program prioritas pembangunan sumber daya manusia, salah satu cara untuk mencetak generasi emas yang unggul yaitu dengan menekan angka kejadian stunting.

Segawat itukah stunting, sampai-sampai mendapat perhatian besar dari Pak Presiden?

Jawabannya adalah ya, yuk kita simak!

Apa itu stunting?

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badannya berada di bawah standar. Anak tergolong stunting jika tinggi badannya berada di bawah minus dua dari standar deviasi (-2SD) tinggi anak seumurnya. Singkatnya, untuk anak laki-laki berumur 1 tahun memiliki tinggi badan di rentang 67-70 cm bahkan kurang dari itu, dan anak perempuan berumur 1 tahun memiliki tinggi badan berada di rentang 65-68 ataupun kurang dari angka itu.

Bagaimana dampak stunting terhadap negara?

Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023  sebesar 21,5%, turun 0,1% dari tahun 2022 yaitu 21,6% (SSGI 2022).

Stunting dapat menghambat pertumbuhan fisik, meningkatkan kerentanan anak terhadap penyakit, menimbulkan hambatan perkembangan kognitif yang menurunkan kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Stunting juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif di usia dewasa.

Kerugian ekonomi akibat stunting diperkirakan sebesar 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP) setiap tahun. Dilansir dari portal berita Provinsi Jawa Tengah, Konsultan Kesehatan dan Gizi Nasional Prof. Dr. Hamam Hadi memperkirakan kerugian negara akibat stunting sampai di angka 300 triliun per tahunnya. Stunting berdampak pada ekonomi dengan meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada anak. Anak yang sakit tidak dapat belajar dengan baik sehingga kualitas akademiknya menurun. Kualitas akademik anak yang menurun berdampak pada produktivitasnya di masyarakat. Semakin tinggi kejadian stunting, semakin tinggi pula masyarakat yang tidak produktif, dalam jangka panjang hal ini berdampak pada perekonomian negara.

Stunting memang segawat itu!

Apa penyebab stunting?

Penyebab stunting bervariasi, bukan hanya kekurangan asupan gizi anak di 1000 hari pertama yang dihitung sejak anak berada di dalam kandungan ibu. Cara asuh orang tua yang tidak tepat, pemeriksaan kehamilan (Antenatal care) yang tidak teratur, kualitas pelayanan kesehatan, pengetahuan ibu, kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi, ketersediaan air bersih, kebersihan dan sanitasi lingkungan merupakan beberapa hal yang berhubungan dengan terjadinya stunting pada anak.

Loh kok bisa ketersediaan air bersih berkontribusi  dalam kejadian stunting?

Tenang readers, kita bahas pelan-pelan yaa..

Akses terhadap air bersih merupakan hal yang krusial dalam kesehatan masyarakat, sebagaimana yang sudah digaungkan di poin 6.1 Suistanable Development goal's, yang menargetkan tercapainya akses terhadap air minum yang aman dan terjangkau secara universal dan merata di tahun 2030.

Kehidupan manusia sangat bergantung pada air yang ia konsumsi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI  nomor 492/Menkes/Per/IV/2010  air minum adalah air yang melalui proses pengolahan maupun tanpa proses yang memenuhi standar kesehatan dan dapat langsung diminum.  Parameter standar air minum terdiri dari parameter biologi, kimia dan fisika. Parameter biologi yaitu tidak ditemukannya bakteri, virus, maupun parasit di dalam air. Parameter kimia yaitu tidak ditemukannya zat beracun seperti arsenik, sianida, aluminium, besi dan zat beracun lainnya, serta parameter fisik berupa warna, bau, kekeruhan dan rasa pada air. Kalau kamu menemukan tanda-tanda air yang tidak memenuhi syarat di atas, jangan diminum ya dek yaa.

Sayang sekali readers, tidak seluruh masyarakat Indonesia dapat mengakses air minum yang layak. Hasil Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 beberapa provinsi di Indonesia masih belum mendapatkan akses air minum yang layak dengan persentase di bawah  90%  yaitu Provinsi NTT, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan dan Lampung. Beberapa provinsi di atas memiliki prevalensi stunting lebih dari 15% yaitu NTT (26,2%), Sulawesi Barat(22,8%), Papua Tengah (18,6%), dan Papua Barat daya (20,3%) .

Ketersediaan air bersih dan stunting

Akses terhadap air bersih juga berpengaruh pada kebersihan dan sanitasi lingkungan di masyarakat. Air bersih digunakan untuk menunjang kebersihan diri dan lingkungan seperti mencuci tangan, membersihkan alat dan bahan makanan, juga membersihkan area genital setelah buang air besar maupun kecil. Keluarga yang kesulitan mengakses air bersih akan kesulitan pula dalam menerapkan perilaku bersih dan sehat kepada dirinya. Akibatnya apa? Keluarga akan menerapkan perilaku bersih  'sebisanya'.  Sebisanya mencuci tangan, kalau ada air. Sebisanya masak dengan air bersih, kalaupun ada airnya. Sebisanya buang air besar dan kecil di kakus, kalaupun ada air di kakus. Walaupun ada pilihan untuk membeli air bersih, tidak semua keluarga mampu secara ekonomi untuk membeli air bersih.

Akibatnya apa?

Perilaku-perilaku di atas memperbesar kemungkinan keluarga terinfeksi bakteri, virus maupun parasit yang didapat dari konsumsi makanan dan air yang tercemar. Infeksi ini menyebabkan kesakitan seperti diare, korela, hepatitis A hingga polio pada anggota keluarga, terutama balita yang belum memiliki sistem imun yang sempurna. Kejadian infeksi berulang pada balita menyebabkan penyerapan nutrisi untuk tumbuh kembangnya berkurang karena sebagian besar nutrisi digunakan untuk melawan infeksi penyakit. Akibatnya, balita akan kekurangan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan, dan terjadilah stunting pada balita. Balita yang stunting akan mudah terinfeksi penyakit, sehingga kejadian infeksi pun terjadi berulang-ulang.

Bagaimana mengatasi permasalahan air bersih yang berujung pada stunting?

Pemerataan pengadaan sumber air oleh pemerintah harus menjadi prioritas dalam pembangunan nasional. Pengadaan sumber air ini dapat dilakukan dengan dana dari APBN maupun APBD. Selain itu, pengadaan sumber air dapat dilakukan dengan pemanfaatan dana desa yang bekerja sama dengan organisasi non-profit (NGO) dalam pelaksanaan pengadaan sumber air. Penggunaan teknologi filtrasi air sederhana juga dapat dilakukan di daerah dengan ketersediaan air bersih yang tidak layak. Filtrasi air ini dapat menggunakan bahan sederhana seperti sabut kelapa, arang, pasir dan batu yang disusun berlapis sehingga air yang tadinya keruh dan mengandung suspensi padat dapat tersaring dengan baik menjadi air jernih. Edukasi dan pelatihan dapat dilakukan kepada warga, sehingga nantinya warga dapat membuat filtrasi air sendiri. Selain pengelolaan air, edukasi perilaku bersih dan sehat juga harus dilakukan sebagai langkah awal membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan diri dan lingkungan sekitar.

Sumber air Bersama! Cegah stunting Bersama!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun