Mohon tunggu...
gahpraja
gahpraja Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis muda cerpen dan karya sastra lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Barman Salah Bantal

30 Juni 2024   14:16 Diperbarui: 30 Juni 2024   14:26 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sialnya lagi, trotoar pula macet total. Pemicunya gara-gara ada yang berdemo. Barman kaget. Dilihatnya para pendemo-pendemo itu, lehernya aneh-aneh. Ada yang bengkok ke kanan, mengsol ke kiri, mencuat ke depan dan belakang, pun juga yang berbentuk zigzag. Samanya dengan Barman, mereka salah bantal.

            Rakyat tampaknya sudah tahu hal ini. Maka, diyakinkannya dalam hati, Barman bisa jadi pejabat negara. Dengan mengungkap tindakan kotor pejabat-pejabat negara yang sedang bersidang, barangkali Barman telah menyelamatkan negara. Telah menyelamatkan rakyat. Lalu, dengan segala hormat, Barman diangkat jadi pejabat negara. Dan diagung-agungkan, didewa-dewakan.

            Barman lari. Sampai di depan gedung pemerintahan, Barman tetap lari. Dia menyelinap di antara kerumunan demo yang semakin menggila itu. Barman kemudian naik tangga. Berusaha masuk ke dalam persidangan.

            Berkali-kali dia mencoba, polisi-polisi itu tidak mengizinkan Barman. Beberapa di antaranya memaki Barman, hingga memukul lehernya yang sudah retak-retak. Barman jatuh pingsan. Namun, tak lama kemudian dia sadar kembali, jatuh pingsan hanya akan membuatnya dibuang ke sungai dan disantap buaya. Barman pun beranjak, sedikit mengintip jendela persidangan, dan melihat di sana: banyak yang tidak hadir.

            Kursi-kursinya kosong. Sebagian besar dari mereka absen. Izin tidur siang.

            Leher Barman seketika berbisik, dia punya ide lain. Siasatnya, Barman bakal masuk ke salah satu kamar pejabat negara yang kebetulan sedang singgah dan menginap di apartemen yang sama. Barman putar balik. Dan layaknya perampok, Barman menerobos lewat atap. Atapnya bolong. Pejabat negara itu agaknya tengah mandi, berkemas-kemas buat istirahat. Sigap, dia memanfaatkan peluang tersebut.

            Lalu, Barman yang sudah pongah dan seolah-olah menjadi pejabat negara itu memilih tidur dengan bantal barunya. Ketika demo sedang gencar-gencarnya di luar, kemelut ada dimana-mana, Barman mengorok. Dia tidak peduli.***

Tentang cerpenis: Gagah Pranaja Sirat, penulis muda yang kini bersekolah di SMA Boash, ig: gahpraja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun