Mohon tunggu...
gahpraja
gahpraja Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis muda cerpen dan karya sastra lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Barman Salah Bantal

30 Juni 2024   14:16 Diperbarui: 30 Juni 2024   14:26 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Christy Peterson-Williams

            Amirah sontak menutup mulutnya, takut suaranya terdengar oleh tetangga sekitar. Mereka memutuskan untuk berpisah, berpura-pura seakan-akan teman lama yang tidak sengaja berpapasan. Tinggal dari belakang, Amirah memberi isyarat: jangan pernah beritahu orang lain!

           Tepat setelah itu, Pak RT datang dengan kondisi bergoyang ria sambil menggandeng lengan putrinya. Pipi Pak RT kesemsem merah muda. Dia memandang putrinya dan tertawa-tawa girang. Amirah lalu senyum basa-basi, sorotan matanya tetap menghalau Barman untuk segera pergi.

          "Liburan kamu mau kemana rencananya? Korea? Mau ke korea? Korea utara? Atau kutub? Kutub antartika? Tenang, Bapak bisa bawa kamu kemana-mana!"

          "Kapan, Pak?"

          "Kapan saja!" kata Pak RT semangat. "Yang penting habis Bapak tidur siang dulu, ya!"

          "Tapi, bukannya Bapak ada rapat desa..." Lantas sambil berjoget, Pak RT mendahului putrinya. Dia menjauh. Terus menjauh. Dan seperti topeng monyet, di ujung jalan Pak RT berlenggak-lenggok, berjingkrak-jingkrak.

***

Gegas, Barman mendaftar suatu rencana. Rencana besar.

            Bedanya, ini bukan rencana besar untuk berdestinasi ke korea utara dan menemui Yang Mulia Kim Jong-un, lalu bersama-sama mendeklarasikan perang dunia ketiga, ataupun ke selat Antartika hanya untuk membeku dan menjadi es batu yang biasanya dibuat minuman dingin dalam kulkas warung Mak Inem. Ini lain cerita. Barman akan bergegas-gegas, bersiap-siap keluar dari zona nyamannya. Dia mau jadi pejabat negara.

            Dengar-dengar dari tukang pel apartemen, besok telah dijadwalkan persidangan kedua sebagai evaluasi atas keputusan putaran pertama pemilu kemarin, setelah merunut banyaknya penolakan dan isu-isu kecurangan. Namun, persidangan itu dilakukan secara tertutup. Barman tahu ada yang aneh. Mungkin, akan ada semacam negoisasi gelap atau drama-drama teatrikal politik seperti pada umumnya. Dan Barman harus mengungkap itu.

            Persidangan dilaksanakan tak jauh dari apartemennya. Barman beruntung. Segera, jam setengah sepuluh, Barman naik taksi. Sialnya, jalanan sedang macet. Macet total. Kendaraan-kendaraan seperti ular yang kekenyangan, kehabisan tenaga buat merayap. Tapi, dia tidak cepat menyerah. Barman lalu buka pintu, membayar sopirnya, dan pilih jalan kaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun