Mohon tunggu...
gahpraja
gahpraja Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis muda cerpen dan karya sastra lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biografi Lilin

16 Oktober 2023   07:37 Diperbarui: 16 Oktober 2023   08:28 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esoknya, Gunawan mengetahui adanya kerusuhan di sekitar Yogya Plaza saat ia pulang sekolah lalu segera Gunawan memberitahu pada ibunya yang khawatir salon miliknya yang berada di kompleks pusat perbelanjaan itu akan dijarah orang. Ibunya lantas bergegas menuju Yogya Plaza yang tak jauh dari kediamannya di Kampung Jati. Diikuti anaknya dan Ruminah yang memaksa pergi bersamanya.

Sesampainya di Yogya Plaza, salon milik ibunya berantakan dan banyak barang yang hilang. Dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah. Namun saat itu pusat perbelanjaan sudah dipenuhi banyak orang yang membuatnya sulit untuk keluar. Gunawan bersama Ruminah melihat sebatang lilin yang tergeletak, ketika listrik tiba-tiba padam. Mereka menyalakannya, saling bermain bayang-bayang ketika ibu Gunawan lupa meninggalkan anaknya di dalam gedung.

Sontak ibu Gunawan lari menerobos lautan manusia, ia mencari-cari anaknya di seluk beluk salon miliknya yang hampir luluh lantak. Menarik Gunawan dan membawanya sejauh mungkin dari orang-orang yang menyelamatkan diri. Bau asap mulai tercium. Bagian belakang salonnya sudah terbakar. Gunawan berteriak membuat ibunya menoleh terkejut: "Ruminah!"

Ibu Gunawan membuat kesalahan besar, ia lupa bahwa yang ia bawa bukan hanya anak kandungnya seorang.

Tak lama setelah mereka keluar dari komplek pusat perbelanjaan, Gunawan mendengar suara ledakan dari dalam gedung.

***

Siraman air dari ember-ember milik warga yang berduyun-duyun memadamkan api yang semakin membesar. Pemadam kebakaran tak kunjung datang. Pemilik warung mengais-ngais tanah pasrah, warungnya habis dilalap. Ia menangis kencang.

Nampak salah seorang warga seketika tergelincir lantaran menginjak sebuah benda yang menggelinding di telapak kakinya mendarat. Tubuhnya basah tertumpahkan air yang dibawanya untuk memadamkan api.

"Sialan!" umpatnya kesal, "Siapa yang naro lilin di tanah kayak begini?" orang-orang pun  memperhatikannya sejenak.

Pemilik warung bergeming, ia bangkit menuju tiga lilin yang mencar. Lantas menoleh kebelakang, "Gunawan!"

Ah, pada hari itu seorang perempuan sama sekali tidak melihatnya yang sedang membawakan lilin untuknya spesial. Kue ulang tahun. Tepat pada tanggal 14 Mei dan kado-kado gembira lainnya, mereka lalu bermain bayang-bayang di dinding yang tak berujung seperti dulu. Lautan bergelombang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun