Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kancut Mendakwa Hujan

13 September 2021   17:54 Diperbarui: 13 September 2021   17:59 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kancut?" Tanya Pak Hakim lagi coba meyakinkan.

Kancut hanya mengangguk pelan.

Ruang sidang kembali riuh oleh tawaan para hadirin. Yang semula ruang sidang itu diisi oleh isak tangis keluarga Nek Ipah bercampur kebencian Keluarga Diman yang menuntut buah cokelatnya yang dicuri itu berubah menjadi hura-hura yang mengasyikkan. Sampai-sampai salah seorang keluarga Nek Ipah sampai sujud syukur akibat kedatangan Kancut bak malaikat penyelamat bagi neneknya dari ruang sidang yang menyeramkan.

Mendengar jawaban Kancut, Pak Hakim kembali tertawa bersama hadirin, kemudian muncul lagi pertanyaan di kepala Pak Hakim, "Kancut, ya? Apa sebab namamu Kancut?"

"Haruskah kujelaskan?" Tanya Kancut kebingungan.

"Oh iya harus, karena agak aneh terdengar nama itu, dan orang tua mana yang memberi nama anaknya Kancut," jawab Pak Hakim dengan terkekeh-kekeh.

"Baiklah Pak Hakim dan para hadirin, jika memang Yang Mulia memaksa, maka akan sedikit saya ceritakan dari mana nama Kancut itu muncul," Kancut mulai bercerita, "Dulu ketika umur saya baru satu tahun, rumah kami kebakaran, sedang orang tua saya tengah pergi ke surau beribadah sholat isya. Ditinggalnya saya seorang diri di rumah. Tiba-tiba tersulut api dari batang rokok bapak saya yang tak padam sempurna di asbak, mengenai salah satu colokan listrik yang berdekatan. Seketika api menyambar dahsyat, dilahapnya dinding-dinding ruang tamu dengan ganas, sedang aku dititipnya di kamar. Tatkala api mulai menjalar ke dalam kamar, orang tua saya pulang. Mengucaplah mereka ketika disaksikannya api sudah sampai genteng, bapak dengan paniknya segera mencampakkan sajadahnya ke tanah, lalu menerobos masuk ke kamar melalui jendela. Dipecahkannya kaca jendela itu, lalu kemudian mendapati saya tengah merengek-rengek kepanasan. Dilihatnya sekeliling kamar, tak ada benda yang basah untuk menyelimuti saya. Kemudian ia menengok ke kamar mandi, ternyata ada tumpukan kancut di dalam ember yang tengah direndam. Ide yang terbilang bodoh, tetapi efektif pun muncul di kepala Bapak, entah kenapa bisa muncul ide seperti itu. Diselimutinyalah saya oleh kancut-kancut yang basah itu kemudian diselamatkannya saya keluar. Ketika sampai di luar, Ibu yang kepanikan; yang sedari tadi terus mengucap-ngucap tanpa membantu pun akhirnya berucap syukur tatkala aku berhasil selamat oleh bantuan kancut yang basah, Ibu pun terperanjat seraya berkata, "Woalah kancut-kancutku, untung belum ku jemur. Kalau sudah ku jemur akan jadi apa kancutku, eh anakku maksudnya." Dan  sejak itulah saya dipanggilnya Kancut. Dan saya tidak pernah malu, sebab memang kancut Ibu yang sudah menyelamatkan saya  dari kobaran api itu. Dan saya bersyukur karena itu."

Mendengar cerita Kancut, seisi ruang sidang memberikan tepuk tangan bercampur tawa. Dengan setengah terbahak, Pak Hakim memuji kisah itu dan meminta Kancut mengirimkan salamnya kepada Bapak Kancut. Kancut pun merasa senang dan bangga. Lalu tiba-tiba, Kancut teringat tujuannya ia datang basah-basahan ke ruang sidang tak lain tak bukan adalah untuk mendakwa hujan.

"Pak Hakim, bagaimana dakwaan saya kepada hujan?"

Pak Hakim menepuk jidatnya, "Oh iya hampir saya lupa,"

Lalu setelah itu, Pak Hakim meminta sidang terhadap kasus Nek Ipah ditunda tiga bulan dan tak satupun hadirin yang membantah, bahkan keluarga Diman pun tidak. Agaknya masalah Kancut ini betul-betul menarik perhatian para hadirin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun