Travelling adalah hobi yang banyak digemari oleh sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi Indonesia terdiri dari jajaran kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau dengan berbagai macam bentang alam dan keindahan menakjubkan, seperti keindahan gunung api, hamparan pantai, danau, dan kesegaran air terjun. Seolah-olah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan budayanya yang unik, pemandangan yang sangat menakjubkan mata, bahkan memiliki jumlah tak terhingga.
Setelah pemerintah menghapus PPKM pascapandemi Covid-19, jumlah traveller cenderung meningkat baik itu dari wisatawan lokal, maupun wisatawan mancanegara. Mungkin, setelah dua tahun tidak keluar rumah, masyarakat seolah balas dendam atas nama healing untuk melakukan perjalanan mengunjungi wisata alam.
Wisata di kawasan Gunung Bromo adalah salah satu dari sekian banyak tempat wisata yang memiliki keindahan pemandangan alam yang luar biasa.
Gunung yang berdampingan dengan Gunung Batok dan Gunung Widodaren tersebut terletak di Provinsi Jawa Timur dan merupakan gunung berapi aktif yang banyak dikunjungi wisatawan. Keindahan alamnya terkenal hingga mancanegara, seperti pemandangan matahari terbit dari Bukti Penanjakan, lautan pasir, Air Terjun Madakaripura, padang rumput yang hijau di Savana Teletubbies, dan kawah yang aktif.
Sayangnya hobi travelling yang digemari masyarakat Indonesia tidak diimbangi dengan kesadaran yang baik tentang bagaimana menjaga lingkungan. Hal ini karena beberapa faktor, seperti:
1. Kurangnya informasi tentang dampak buruk perjalanan yang tidak bertanggung jawab
2. Tidak memiliki pengetahuan tentang cara melakukan perjalanan berkelanjutan
3. Wawasan yang minim akan pentingnya menjaga lingkungan dan budaya setempat.
Bagaimana cara menyadarkan mereka?
Artikel dengan tema-tema seperti ini yang sebaiknya sering diangkat di berbagai media online untuk memberikan contoh dan mendorong perubahan  paradigma sustainable and responsible travel.Â
Sadar itu tidak bisa sendirian. Harus ada pihak yang membantu meningkatkan kesadaran tentang perjalanan yang bertanggung jawab dengan memperbanyak informasi seputar wawasan tersebut. Bagi yang sudah paham, bisa mempraktikkannya dan memberi contoh, kemudian menuliskan laporan reportase kecil-kecilan untuk berbagi manfaat dengan orang lain sehingga semakin banyak orang paham tentang etika perjalanan yang bertanggung jawab.
Lalu, apakah sustainable dan responsible travel itu?
Adalah suatu konsep perjalanan wisata yang memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi komunitas di kawasan tersebut. Bukan hanya memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat, melainkan juga menjaga kesejahteraan hewan dan lingkungan di sekitar tempat wisata.
Dalam konteks ini, pengunjung diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif perjalanan, seperti polusi, kerusakan lingkungan dan budaya. Selain itu, bagaimana memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat, seperti mendukung industri lokal dan mengurangi kemiskinan.
Intinya adalah responsible travel lebih kepada tanggung jawab sosial dan etika dalam melakukan perjalanan wisata. Menghargai nilai-nilai lokal, menghormati adat dan budaya setempat, serta mematuhi peraturan dan kebijakan yang berlaku.
Lalu, apa saja bentuk perjalanan bertanggung jawab  yang bisa kita implementasikan dalam berwisata?
1. Save Our Earth
Meminimalisasikan penggunaan plastik untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Wisatawan diharapkan bisa membawa botol minuman dan kantong belanja yang dapat digunakan berulang kali.
2. Mengurangi Polusi Karbon
Memilih transportasi yang lebih ramah lingkungan. Jika memang harus menggunakan kendaraan pribadi, cek kelayakan kendaraan agar tidak menimbulkan polusi yang merugikan orang lain.
Di lautan pasir kawasan Gunung Bromo, sebaiknya tidak menggunakan sepeda. Selain berat mengayuh di atas jalan berpasir, pengendara juga bakalan terkena debu dari motor trail pengunjung lain. Di sana, wisatawan dapat memilih berkuda untuk berkeliling karena lebih ramah lingkungan dan dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Sayangnya banyak kuda-kuda di sana yang tidak dipasangi wadah untuk menampung kotoran, sehingga jika kuda-kuda tersebut buang kotoran, hal itu cukup mengganggu pengunjung.
3. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu bentuk perjalanan yang bertanggung jawab, termasuk tidak membuang puntung rokok sembarangan.
4. Tidak Merusak Lingkungan
Menjaga keberadaan flora dan fauna setempat dengan tidak menganggu atau merusak habitat hewan di kawasan tersebut. Tidak mengambil batu-batu dari tempat sesaji di lokasi persembahan. Tidak memetik bunga tanpa izin. Tidak mengambil atau merusak benda-benda yang merupakan peralatan milik pemerintah yang berada di kawasan Gunung Bromo.
Namun, tak jarang malah penduduk lokal yang merusak alam dengan memetik bunga edelweis di sekitar Gunung Bromo dan menghiasnya dengan berbagai warna untuk dijual sebagai cinderamata. Perlu diketahui kegiatan memetik bunga edelweis sangat tidak dianjurkan karena dapat merusak lingkungan alam dan bisa mengancam kelangsungan hidup spesies bunga edelweis itu sendiri. Kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh penduduk lokal, tetapi juga pengunjung.
5. Menjaga Keamanan dan Keselamatan
Mematuhi aturan dan petunjuk dari pihak yang berwenang, misalnya tidak mendekati bibir kawah, apalagi jika gunung berapi di kawasan tersebut berstatus aktif. Menghindari aktivitas berbahaya, misalnya melakukan swafoto di tebing kawah yang rawan longsor, atau bahkan turun ke dasar kawah. Mendekati sumber bualan kawah dan berlama-lama terkena paparan gas vulkanik. Â
6. Menjaga Adat dan Budaya Setempat
Menghormati adat dan kebiasaan masyarakat pada daerah tersebut, misalnya tidak berpakaian yang menampilkan aurat. Tidak merokok di area suci. Tidak menghina persembahan atau kepercayaan yang diyakini masyarakat setempat.
7. Mendukung Perekonomian Lokal
Sebaiknya wisatawan memilih untuk membeli produk-produk lokal dari lapak-lapak dagang yang dikelola oleh  masyarakat setempat agar bisa membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Kisaran harga dari barang yang dijual di sana memang tidak murah, tetapi juga tidak bisa dibilang mahal. Sayangnya banyak produk-produk buatan lokal yang diolah secara asal-asalan sehingga menghasilkan desain dan kualitas yang kurang baik.
Dengan menerapkan sustainable dan responsible travel, kita dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan, budaya, dan keanekaragaman hayati di kawasan Gunung Bromo, serta memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi sekitar. Hal tersebut tidak hanya cukup dengan peran serta pengunjung, tetapi juga perlu peran serta pengelola wisata, petugas berwenang, dan tentu saja masyarakat setempat.
Jika semua pihak dapat bekerja sama dengan baik, keindahan pemandangan alam yang ada di Indonesia tidak hanya akan jadi cerita untuk anak cucu kelak dan akan bisa dinikmati sepanjang masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H