Kita kan punya medsos, seperti Facebook dan Instagram. Jangan terbiasa menge-share tulisan orang lain, tetapi cobalah kita buat tulisan yang isinya hasil pemikiran sendiri. Medsos itu adalah tempat yang cocok untuk berlatih menulis setiap hari.
Dengan berlatih, kita terbiasa menyusun kata menjadi kalimat. Kalimat menjadi paragraf. Paragraf menjadi satu naskah utuh yang menarik untuk dibaca. Kalau terbiasa mengutip, berarti enggak ada latihan.
Lalu bolehkah melakukan parafrasa atau mengutip secara tidak langsung?
Jawabannya adalah: boleh.
Namun, parafrasa juga ada etikanya. Ada batasan-batasan yang enggak boleh dilanggar oleh penulis. Jika penulis sedikit saja melanggar etika tersebut, jangan heran jika dikatakan penulis tersebut melakukan praktik plagiat karya. Ingat, ya! Parafrasa tidak dilakukan dengan hanya membolak-balikkan kata menjadi kalimat.
Menurut KBBI, parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi tuturan yang lain tanpa mengubah pengertian.
Definisi lain (masih menurut KBBI) menyebutkan bahwa parafrasa adalah penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain denan maksud menjelaskan makna yang tersebunyi.
Kesimpulan saya, parafrasa adalah menuliskan kembali suatu karya, ide atau gagasan pokok orang lain dengan gaya bahasa sendiri tanpa mengubah makna tulisan atau ide tersebut. Meskipun menuliskannya dengan gaya bahasa sendiri, kita tetap harus mencantumkan sumbernya. Kenapa? Karena ide atau gagasan tersebut miliki orang lain.
Loh, bukannya ide itu enggak ada yang ori?Â
Ribuan orang punya kemungkinan memiliki ide yang sama.
Betul. Sah-sah saja jika setiap orang memiliki ide yang sama.