Mohon tunggu...
Paulinus Kanisius Ndoa
Paulinus Kanisius Ndoa Mohon Tunggu... Dosen - Sahabat Sejati

Bukan Ahli, hanya ingin berbagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Haruskah Guru Memiliki Kejujuran Profesional?

13 Agustus 2021   16:05 Diperbarui: 13 Agustus 2021   16:10 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kejujuran: Tidak hanya penting tetapi mendasar

Salah satu nilai moral yang harus dijunjung tinggi oleh manusia adalah kejujuran. Tuntutan ini menjadi semakin besar dikenakan kepada para penyandang profesi. Karena, suatu profesi sangat terkait erat dengan tugas dan tanggungjawab yang berdampak pada orang lain. 

Bisa dibayangkan jika penyandang profesi tertentu tidak melakukan tugas dan tanggungjawabnya secara jujur maka bisa merugikan pihak yang dilayaninya.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kejujuran adalah sifat atau keadaan jujur, tulus hati atau kelurusan hati. Lalu bagaimana dihubungkan dengan kejujuran profesional? 

Kejujuran profesional selalu terkait dengan profesi serta mengikat para penyandang profesi. Karena itu, untuk memahami dengan baik konsep tentang kejujuran profesional tentu kita mesti terlebih dahulu memahami apa persis yang dimaksud dengan profesi.

Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari sering kali digunakan untuk menunjukkan tentang pekerjaan seseorang. Sebenarnya tidak sangat tepat menyamakan profesi dengan pekerjaan. Maka perlu adanya pelurusan pemahaman dalam memaknai arti profesi. 

Karena dalam kenyataannya tidak semua pekerjaan yang dilakukan orang atau masyarakat dapat disebut sebagai profesi. Hanya pekerjaan-pekerjaan yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu saja yang dapat dikatakan sebagai profesi.

Profesi merupakan suatu pekerjaan tetap dalam kurun waktu yang lama dengan didasarkan pada keahlian khusus, yang didapatkan dari hasil pendidikan tertentu sesuai dengan profesi yang ditekuni.  

Bertolak dari konsep profesi di atas maka kita bisa dengan mudah memahami konsep tentang kejujuran profesional. Kejujuran profesional yang dimaksud adalah gambaran suatu sikap pribadi dalam menjalankan tugas oleh seorang penyandang profesi. Kejujuran profesional ini adalah sikap dasar yang melandasi tampilan kerja seseorang dalam menjalankan profesinya, baik yang tampak maupun yang abstrak.

Guru mesti memiliki Kejujuran Profesional

Penyelenggaraan pendidikan apapun jenis dan jenjangnya selalu dikaitkan dengan Guru. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan tidak akan terselenggara tanpa Guru. Sebagai unsur sentral dalam pendidikan, Guru perlu memiliki seperangkat kode etik yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Salah satunya adalah terkait dengan kejujuran professional. Guru terikat kewajiban untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab profesinya secara jujur. 

Kejujuran professional penting dimiliki oleh Guru agar dalam menjalankan tugas-tugasnya Guru bertindak dan bersikap professional terhadap peserta didik. Guru mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan subjektif yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur pendidikan.

Singkatnya, Pendidikan akan terselenggara secara berkualitas serta memiliki kepercayaan public jika Guru yang memiliki kejujuran professional dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.

Kejujuran profesional yang mesti diperhatikan guru mencakup banyak aspek, salah satunya terkait dengan keharusannya menyampaikan ilmu yang seseungguhnya dan sejujur-jujurnya. 

Kejujuran dalam memberikan evaluasi pendidikan bagi anak-anak didik juga menjadi perhatian guru. Memberi nilai secara objektif.  Singkatnya, bagi guru, kejujuran profesional itu penting, dan mesti dipahami dengan benar.

 Kejujuran profesional ini menjadi sangat penting karena dengan mengajarkan ilmu yang sesungguhnya, menilai hasil belajar siswa secara objektif serta mengakui kekeliruan maka guru akan menumbuhkan rasa percaya dalam diri siswa dan masyarakat.

Bentuk-bentuk Kejujuran Profesional Guru

1. Menyampaikan ilmu yang sesunguhnya kepada peserta didik

Sebagai pengajar guru bertanggungjawab untuk menyampaiakn ilmu juga ketrampilan kepada peserta didik. Tentu ilmu yang objektif, yang sudah diterima kebenaran secara objektif . Bukan hasil spekulasi guru. Karena itu guru dituntut untuk memiliki kapasitas keilmuan yang memadai yang terkait dengan bidangnya.

Jika guru matematika maka ia harus sungguh memahami ilmu matematika. Dan ia harus mengajarkan ilmu matematika itu secara objektif: 2 + 2 = 4. Tidak boleh ia mengatakan 5 atau 6. Begitu juga dengan bidang keilmuan lainnya. Simpulnyam secara etik guru berkewajiban untuk menjarkan ilmu yang seseungguhnya. 

Apalagi bidang keilmuan yang masuk kategori ilmu pasti. Sedangkan ilmu-ilmu sosial selalu terbuka ruang untuk guru untuk memberikan pandangan-pandangan kritis sejauh tidak bertentangan dengan akal sehat.

2. Objektif dalam memberikan Penilaian atas Hasil Pendidikan Peserta didik

Salah satu tugas dan tanggungjawab Guru sesuai dengan amanat Undang-undang tentang Guru dan Dosen adalah memberikan Evaluasi. Evaluasi dalam konteks pendidikan mencakup banyak hal. Salah satunya adalah memberikan penilaian atas hasil pendidikan peserta didik.

Dalam konteks evaluasi dan penilaian pendidikan, yang mesti dilakukan oleh seorang guru untuk anak didiknya adalah mau membaca secara utuh setiap tugas, ulangan ataupun  ujian peserta didiknya supaya mampu menilai secara objektif.

Dalam memberikan penilaian atas hasil kerja peserta didik, seorang guru mengabaikan unsur-unsur subjektif misalnya kedekatan emosional dengan murid tersebut, pertalian hubungan darah serta keuntungan yang akan diperoleh dari peserta didik.

3. Tidak menghindari tanggungjawab profesi dengan cara memanipulasi fakta

Sebagai seorang penyandang profesi, guru tidak boleh memanipulasi fakta demi menghindari tanggungjawab dalam menjalankan profesinya.  Misalnya, sesuai tuntutan kurikulum guru harus mengajar minimal 80 % dari jadual. Tetapi fakta ia hanya mengajar 70 %. Lalu supaya ia tidak ditegur oleh kepala sekolah maka ia memanipulasi data (presensi) yang seolah-olah ia mengajar 80 %.

Contoh lain misalnya saja seorang guru meminta ijin kepada pimpinan untuk tidak dapat hadir ke sekolah karena alasan sedang sakit dan dirawat, Namun pada kenyataannya adalah ia sedang pergi mengurus hal-hal lain atau kepentingan pribadi. Inilah yang dimaksud dengan memanipulasi fakta atau kenyataan.

3. Mengakui Kekeliruan dan Ketidaktahuan

Kejujuran juga berarti memiliki kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri dan berani mengakuinya bila tidak mampu dalam mengerjakan sesuatu. Dalam konteks pendidikan, kejujuran profesioanl terkait dengan keterbukaan seorang guru dalam mengakui keliruan serta ketidaktauan atas objek pengetahuan tertentu. 

Misalnya, kebetulan ia tidak sangat memahami dengan baik pertanyaan siswa dan agak ragu dengan jawaban yang akan diberikan kepada siswa maka alangkah bijaksana jika guru menunda untuk memberikan jawaban. Ia jujur mengakui dan minta maaf kepada siswa untuk memberi kesempatan kepadanya mencari referensi yang akurat agar bisa menyampaiakn pengetahuan secara benar dan objektif.

Kontribusi Positif kejujuran Profesional bagi dunia Pendidikan

Banyak kajian yang membuktikan bahwa kejujuran profesional berkontribusi positif terhadap dunia pendidikan. Kontribusi positif itu terkait dengan kewibawaan guru dihadapan peserta didik juga kepercayaan masyarakat atas lembaga pendidikan. Beberapa diantaranya bisa disebutkan dibawah ini:

a. Menumbuhkan kepercayaan peserta didik terhadap Guru

Jika guru menjalankan profesinya secara jujur maka akan menumbuhkan kepercayaan peserta didik terhadap dirinya. Keilmuan yang diajarkannya akan mudah diterima peserta didik. Karena, Peserta didik meyakini  bahwa gurunya mengajarkan ilmu yang sesungguhnya, bukan rekayasa dan spekulasi. 

Ini tentu memacu semangat belajar peserta didik. Dalam konteks penilaian hasil belajar juga demikian. Mereka tidak mencurigai kalau gurunya bersikap subjektif dalam memberi penilaian atas hasil belajar mereka.

b. Meningkatkan kewibawaan Guru

c. Meningkatkan kepercayaan orang tua terhadap pihak sekolah. 

Setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang di lingkungan di lingkungan sekolah. Harapan ini hanya akan terwujud jika guru yang mendampingi anak-anak mereka berkualitas. Dalam konteks ini memiliki kejujuran profesional. 

Ketika orang tua mengetahui dan meyakini bahwa guru-guru di sekolah tertentu bermutu maka mereka akan menitipkan anak-anak mereka untuk bersekolah di tempat itu. Mereka meyakini bahwa anak-anak mereka akan menerima ilmu yang benar serta mendapat hasil belajar yang objektif.

Simpulnya, Kode etik tentang kejujuran profesional guru merupakan salah satu instrumen untuk memastikan terselenggaranya proses pendidikan yang berkualitas. Untuk menjamin autentisitas keilmuan yang diajaran kepada peserta didik serta meminimalisir adanya tindakan-tindakan yang merugikan peserta didik. 

Guru harus bertindak profesional, ilmiah dan objektif. Dengan demikian ia sedang menjaga kebenaran ilmu yang ia ajarkan juga kewibawaan dirinya dihadapan peserta didik.

Catatan: beberapa pokok pikiran di atas dikutip dari beberapa referensi:

1.Theo Riyanti, Motivasi Dirimu Gapai Suksesmu

2.Kartono, Menjadi Guru Untuk Muridku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun