2.Keterbatasan Infrastruktur
     Tidak semua wilayah memiliki jumlah sekolah yang memadai untuk menampung siswa. Hal ini terutama dirasakan di daerah pedesaan atau terpencil, di mana jarak antar sekolah cukup jauh. Akibatnya, penerapan zonasi justru menyulitkan sebagian siswa untuk mendapatkan akses pendidikan.
3.Ketidakpuasan Orang Tua
     Banyak orang tua merasa keberatan dengan sistem zonasi karena merasa anak mereka tidak bisa masuk ke sekolah favorit meskipun memiliki nilai akademik tinggi. Hal ini memunculkan persepsi bahwa zonasi mengorbankan prestasi siswa demi pemerataan.
4.Penyalahgunaan Alamat
     Dalam praktiknya, ditemukan kasus-kasus di mana orang tua "mengakali" sistem zonasi dengan memanipulasi alamat tempat tinggal agar anak mereka bisa diterima di sekolah tertentu. Fenomena ini menunjukkan bahwa implementasi sistem belum sepenuhnya berjalan efektif.
Rekomendasi untuk PerbaikanÂ
meningkatan Sarana dan Prasarana :pemerintah perlu memastikan distribusi anggaran pendidikan yang merata untuk meningkatkan fasilitas dan kualitas pengajaran di semua sekolah.
Pelatihan Guru: Program pelatihan berkelanjutan untuk guru dapat membantu meningkatkan kompetensi pengajaran, terutama di sekolah-sekolah pinggiran.
Pemetaan Zonasi yang Lebih Akurat: Teknologi berbasis Geographic Information System (GIS) dapat digunakan untuk menentukan zonasi yang lebih efektif dan efisien.
Partisipasi Publik: Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan evaluasi kebijakan dapat meningkatkan akuntabilitas serta mengurangi resistensi terhadap sistem ini.