Mohon tunggu...
Nurul Afifah
Nurul Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

UIN WALISONGO SEMARANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Keanekaragaman Makroinvertebrata

18 Desember 2021   07:00 Diperbarui: 18 Desember 2021   07:03 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stasiun 3

 7,5 

Dokpri
Dokpri

Pembahasan

Dari penelitian berdasarkan parameter  kimia yaitu pH, di stasiun I, II, III dan IV   masih berada di kisaran angka 8,93. Menurut Permenkes RI Nomor   416/MENKES/PER/IX/1990, pH 6,5-9,0   masih memenuhi  standart  kualitas  air  bersih. Pada  stasiun  I,  II, dan III   masih  ditemui   biota-biota  air  yang  mampu  bertahan  hidup,   namun  menunjukkan  jumlah  dan  jenis  biota   yang berbeda. Menurut Wisnu Arya Wardhana   (2004: 75) yang menyatakan bahwa Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu   kehidupan mempunyai pH berkisar 6,5-7,5.

Parameter  pendukung  selain  parameter  kimia  adalah  parameter  fisik  meliputi  suhu dan  kekeruhan.  Berdasarkan   hasil pengamatan  di lapangan,  suhu  di stasiun   I  37,9 C,  stasiun  II  37,9 C, dan stasiun  III  39,0 C. Dari hasil pengukuran  tersebut,  suhu masih memenuhi standart   kualitas air bersih menurut Permenkes RI   Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu   berkisar antara 200-260C. Suhu tertinggi  berada  di  stasiun  III.  Suhu  berhubungan  erat   dengan  kadar  DO  (Dissolved  Oxygen)  dalam  air.  Hal  ini  didukung  oleh  pernyataan  yang   menyebutkan bahwa hubungan antara suhu air   dan oksigen biasanya berkorelasi negatif, yaitu   kenaikan  suhu  di  dalam  air  akan  menurunkan   tingkat solubilitas oksigen dan, dengan   demikian, menurunkan kemampuan organisme akuatis dalam memanfaatkan oksigen yang   tersedia  untuk  berlangsungnya  proses-proses   biologi di dalam air.

Parameter fisik terakhir yaitu  kekeruhan.  Kekeruhan  stasiun  I  yaitu  501 ppm,  stasiun  II 505 ppm,  stasiun  III 509 ppm. Kekeruhan pada   stasiun  I  II paling  tinggi  karena  pada stasiun   tersebut sungainya berlumpur.

Biomonitoring dilakukan dengan biondikator sebagai parameter utama dengan didukung parameter fisik dan kimia. Metode Family Biotic Index (FBI) merupakan metode perhitungan tingkat pencemaran suatu perairan dengan menggunakan indikator berupa keberadaan makroinvertebrata (invertebrata berukuran besar). Total makroinvertebrata yang ditemukan di aliran Waduk Jatibarang sebanyak 4 Famili, yaitu, Hydrobiidae, Decapoda, Nepidae, Coenagrionidae. Famili makroinvertebrata paling banyak secara berturut-turut mulai dari stasiun III, I dan II.

Berdasarkan hasil perhitungan FBI, stasiun I dengan nilai 6,2, yang berarti termasuk kategori kualitas air agak buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi banyak. Makroinvertebrata dari famili Nepidae ditemukan dengan jumlah yang paling banyak dibandingkan famili lain yang ditemukan di stasiun I, karena hewan famili ini memiliki nilai toleransi 8 artinya sangat tahan terhadap pencemaran. Pada stasiun II memiliki nilai FBI sebesar 7, berarti termasuk dalam kategori buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi sangat banyak. Makroinvertebrata dari famili Coenagrionidae dan Decapoda memiliki jumlah yang banyak pada stasiun ini dibandingkan famili lainnya. Stasiun III memiliki nilai FBI sebesar 7,5 berarti termasuk dalam kategori buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi sangat banyak. Makroinvertebrata dari famili Coenagrionidae memiliki jumlah yang paling banyak dibandingkan 12 famili lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian dengan bioindikator berupa makroinvertebrata,   masing-masing  stasiun  memiliki  jenis  famili   masing-masing  yang  toleran  dengan  kondisi   perairan yang ada. Famili Coenagrionidae memiliki toleransi yang baik   dengan kondisi perairan mulai dari yang   tercemar  ringan  sampai  berat. Famili Hydrobiidae ditemui di semua  stasiun  dan  mendominasi, karena  famili ini termasuk makroinvertebrata yang tahan   terhadap pencemaran. Hal ini didukung   dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  Rotua   Lelawati  S.  et  al  (Tanpa  Tahun)  menyatakan  bahwa makroinvertebrata yang lebih tahan   terhadap pencemaran seperti Hydrobiidae, Chironomidae   merah  (Diptera)  dan  satu  kerang-kekerangan,   yaitu Thiaridae (Mesogastropoda) muncul   pada seluruh stasiun.

Metode FBI mampu menilai tingkat  pencemaran Waduk Jati Barang yang dibagi   menjadi tiga stasiun penelitian. Berdasarkan   nilai  FBI  tersebut  nilai  FBI  tertinggi  adalah   pada stasiun III. Menurut  Stevi  Mardiani  M.  M.,   (2012: 11) menyatakan bahwa apabila terdapat   bahan  pencemar  dalam  perairan,  maka  biota   yang  sangat  peka  akan  hilang  karena  tidak   mampu bertahan hidup. Sebaliknya biota yang   sangat  toleran,  akan  tetap  dapat  hidup  pada   kualitas air yang buruk. Setiap stasiun   memiliki makroinvertebrata yang   mendominasi keberadaannya, sehingga terlihat   biota  yang  toleran  terhadap  kualitas  air  yang   buruk atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun