Stasiun 3
 7,5Â
Pembahasan
Dari penelitian berdasarkan parameter  kimia yaitu pH, di stasiun I, II, III dan IV  masih berada di kisaran angka 8,93. Menurut Permenkes RI Nomor  416/MENKES/PER/IX/1990, pH 6,5-9,0  masih memenuhi  standart  kualitas  air  bersih. Pada  stasiun  I,  II, dan III  masih  ditemui  biota-biota  air  yang  mampu  bertahan  hidup,  namun  menunjukkan  jumlah  dan  jenis  biota  yang berbeda. Menurut Wisnu Arya Wardhana  (2004: 75) yang menyatakan bahwa Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu  kehidupan mempunyai pH berkisar 6,5-7,5.
Parameter  pendukung  selain  parameter  kimia  adalah  parameter  fisik  meliputi  suhu dan  kekeruhan.  Berdasarkan  hasil pengamatan  di lapangan,  suhu  di stasiun  I  37,9 C,  stasiun  II  37,9 C, dan stasiun  III  39,0 C. Dari hasil pengukuran  tersebut,  suhu masih memenuhi standart  kualitas air bersih menurut Permenkes RI  Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu  berkisar antara 200-260C. Suhu tertinggi  berada  di  stasiun  III.  Suhu  berhubungan  erat  dengan  kadar  DO  (Dissolved  Oxygen)  dalam  air.  Hal  ini  didukung  oleh  pernyataan  yang  menyebutkan bahwa hubungan antara suhu air  dan oksigen biasanya berkorelasi negatif, yaitu  kenaikan  suhu  di  dalam  air  akan  menurunkan  tingkat solubilitas oksigen dan, dengan  demikian, menurunkan kemampuan organisme akuatis dalam memanfaatkan oksigen yang  tersedia  untuk  berlangsungnya  proses-proses  biologi di dalam air.
Parameter fisik terakhir yaitu  kekeruhan.  Kekeruhan  stasiun  I  yaitu  501 ppm,  stasiun  II 505 ppm,  stasiun  III 509 ppm. Kekeruhan pada  stasiun  I  II paling  tinggi  karena  pada stasiun  tersebut sungainya berlumpur.
Biomonitoring dilakukan dengan biondikator sebagai parameter utama dengan didukung parameter fisik dan kimia. Metode Family Biotic Index (FBI) merupakan metode perhitungan tingkat pencemaran suatu perairan dengan menggunakan indikator berupa keberadaan makroinvertebrata (invertebrata berukuran besar). Total makroinvertebrata yang ditemukan di aliran Waduk Jatibarang sebanyak 4 Famili, yaitu, Hydrobiidae, Decapoda, Nepidae, Coenagrionidae. Famili makroinvertebrata paling banyak secara berturut-turut mulai dari stasiun III, I dan II.
Berdasarkan hasil perhitungan FBI, stasiun I dengan nilai 6,2, yang berarti termasuk kategori kualitas air agak buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi banyak. Makroinvertebrata dari famili Nepidae ditemukan dengan jumlah yang paling banyak dibandingkan famili lain yang ditemukan di stasiun I, karena hewan famili ini memiliki nilai toleransi 8 artinya sangat tahan terhadap pencemaran. Pada stasiun II memiliki nilai FBI sebesar 7, berarti termasuk dalam kategori buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi sangat banyak. Makroinvertebrata dari famili Coenagrionidae dan Decapoda memiliki jumlah yang banyak pada stasiun ini dibandingkan famili lainnya. Stasiun III memiliki nilai FBI sebesar 7,5 berarti termasuk dalam kategori buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi sangat banyak. Makroinvertebrata dari famili Coenagrionidae memiliki jumlah yang paling banyak dibandingkan 12 famili lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dengan bioindikator berupa makroinvertebrata,  masing-masing  stasiun  memiliki  jenis  famili  masing-masing  yang  toleran  dengan  kondisi  perairan yang ada. Famili Coenagrionidae memiliki toleransi yang baik  dengan kondisi perairan mulai dari yang  tercemar  ringan  sampai  berat. Famili Hydrobiidae ditemui di semua  stasiun  dan  mendominasi, karena  famili ini termasuk makroinvertebrata yang tahan  terhadap pencemaran. Hal ini didukung  dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  Rotua  Lelawati  S.  et  al  (Tanpa  Tahun)  menyatakan  bahwa makroinvertebrata yang lebih tahan  terhadap pencemaran seperti Hydrobiidae, Chironomidae  merah  (Diptera)  dan  satu  kerang-kekerangan,  yaitu Thiaridae (Mesogastropoda) muncul  pada seluruh stasiun.
Metode FBI mampu menilai tingkat  pencemaran Waduk Jati Barang yang dibagi  menjadi tiga stasiun penelitian. Berdasarkan  nilai  FBI  tersebut  nilai  FBI  tertinggi  adalah  pada stasiun III. Menurut  Stevi  Mardiani  M.  M.,  (2012: 11) menyatakan bahwa apabila terdapat  bahan  pencemar  dalam  perairan,  maka  biota  yang  sangat  peka  akan  hilang  karena  tidak  mampu bertahan hidup. Sebaliknya biota yang  sangat  toleran,  akan  tetap  dapat  hidup  pada  kualitas air yang buruk. Setiap stasiun  memiliki makroinvertebrata yang  mendominasi keberadaannya, sehingga terlihat  biota  yang  toleran  terhadap  kualitas  air  yang  buruk atau tidak.