Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pengalaman Berhaji di Umur 29 Tahun

24 Mei 2024   05:16 Diperbarui: 26 Mei 2024   14:03 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi haji.(Shutterstock/Iskandar Cita via Kompas.com)

Labbaik Allahumma Labbaik

Labbaika laa syarika laka labbaik. 

Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk. 

Laa syarika lak

Dear Kompasianer, adakah yang berangkat ibadah Haji di tahun 2024 ini?

Saya mengucapkan, Selamat Menunaikan Ibadah yang Super Duper Challenging ini ya. Semoga Allah mudahkan, senantiasa beri petunjuk dan keberkahan dalam setiap derap langkah menuju Baitullah. Tentu saja, saya ikut mendoakan agar Kompasianer mendapatkan predikat Haji Mabrur, aamiin aamiin ya robbal alamiin.

Sabda Rasulullah berikut patut kita jadikan pedoman, "Haji mabrur itu tidak ada balasan lain, kecuali surga." (HR Nasai dari Abu Hurairah).

Alhamdulillah, bersyukur banget karena Gusti Allah sudah mengundang saya berhaji di tahun 2010. Usia saya masih 29 tahun tatkala pergi ke Baitullah, usia yang terbilang cukup muda, di mana energi masih berlimpah dan bisa banget dimanfaatkan untuk membantu jamaah lain yang berusia sepuh/lansia. 

Saat itu, saya berangkat bersama ibu dan kakak kandung. Yang namanya perjalanan ke Baitullah tentu saja bukan traveling biasa ya. Nawaitu utamanya pastilah untuk ibadah. Ya kalo pada akhirnya kudu shopping di Bin Dawood dan ngeborong aneka gamis, perhiasan kurma, dll anggap aja itu sebagai side effect belaka

Berangkat haji di usia muda bareng keluarga (sumber: bukanbocahbiasa.com) 
Berangkat haji di usia muda bareng keluarga (sumber: bukanbocahbiasa.com) 

Bagaimana pengalaman Haji yang kami lakoni waktu itu? Rasanya SUPERB! Apalagi, kami berada di bawah tanggung jawab biro travel KBIH Nurul Hayat, dengan service super excellent. (hey, ini testimoni jujur yaa, no endorse club).

Yang jelas, mumpung lagi Musim Haji, saya mau sedikit mengenang gimana seru dan nano-nanonya perjalanan ibadah haji. Cekidooot!

Seolah tidak ada habisnya kalau harus mengulik memori ketika berhaji. Adaaaa saja yang mau diceritakan. Kebersamaan yang begitu indah, sejak dari Asrama Haji di Surabaya hingga momen beribadah di Makkah dan Madinah. 

Haji itu ibadah yang berat, karena membutuhkan uang dalam jumlah besar, fisik yang tangguh, serta iman yang senantiasa terhunjam dalam jiwa.

Kenangan ketika wukuf di Arofah. Drama berebut bus Saptco gratisan. Pengalaman diusir asykar (petugas) Masjidil Haram karena ketahuan bawa kamera. Adu strategi simpan kamera poket di dalam kaos kaki, lantaran takut disita asykar di Masjid Nabawi. Macam-macam!

Sudah berada di Bus Saptco, otw Masjidil Haram (sumber: bukanbocahbiasa.com) 
Sudah berada di Bus Saptco, otw Masjidil Haram (sumber: bukanbocahbiasa.com) 

Yang terus melekat di benak tentu saja perkara antre bus Saptco. Wuahahaa, seruu banget dah! Jadi, di tahun 2010 itu, penginapan (maktab) jamaah Indonesia biasanya berlokasi lumayan jauh dari Masjidil Haram. 

Seperti kelompok kami kudu nginep di maktab (penginapan) di kawasan Syisya yang berjarak sekitar 6 kilo dari Masjidil Haram. Untungnya, gara-gara lokasi yang cukup jauh, saya dapat cash back dari pemerintah RI senilai 700 reyal. Lumayan bangettt kan coy, hehehe.

Dengan jarak yang cukup jauh, nggak mungkin tho kalau kudu jalan kaki saban mau sholat? Alhamdulillah, panitia haji Arab Saudi menyediakan bus Saptco yang bisa diakses secara gratis. 

Kami kudu naik bus Saptco 2 kali, dengan rute: Syisya-Terminal Mahbaz Jin, lalu ganti bus lagi, dengan jurusan Terminal Mahbaz Jin-Masjidil Haram. Ingat ya, busnya GRATIS. Dan yang gratis-gratis ini biasanya mengundang unsur dramatis!

Maktab saya bernomor 203, maka saya kudu naik bus nomor 2, jurusan Syisya. Nah, di Syisya itu bercokollah ribuan umat manusia yang juga pengin naik bus gratisan dengan destinasi yang sama: Masjidil Haram. Namanya aja bus gratisan, butuh perjuangan ekstra untuk bisa nangkring manis di dalam bus, baik dalam perjalanan dari maktab ke Masjidil Haram, maupun sebaliknya.

Tentu perkara antre jadi problem utama. Kalau mau pulang ke maktab, kita musti baris-berbaris di sekujur line yang disediakan petugas haji di kawasan Bab Ali (pintu Ali) di Masjidil Haram. 

Antrenya bak ular naga panjangnya bukan kepalang! Dan namanya juga manusia vs bus gratis, udah pasti susah banget diatur ya coyyy. Pernah tuh, saya antre dengan rapi-jali, tiba-tiba seorang manusia slonong boy di sebelah saya, ia dengan cueknya nyerobot! Sabar, sabar ... saya cuman bisa membatin. 

Eeh beberapa detik setelah itu, muncul segambreng manusia yang nyerobot juga. Terang aja, kami yang udah spaneng saking lamanya antre, langsung muntab. "Woooiii... antre woooiii!", kami pun koor neriakin si tukang serobot. 

Yap, kami selalu pegang nasihat pak Ustadz untuk "Perbanyak sabar di tanah suci", ya tapiii khusus untuk ngadepin ahlul-serobot-antrean, kayaknya nggak boleh ada istilah sabar, hahaha.

Sebuah Kiat Bisa Berhaji di Usia Muda 

Tiap manusia tentu punya prioritas dan goals masing-masing, dan itu berbeda antara satu dengan yang lain. Ada orang yang punya target: Sudah memiliki rumah, mobil, dll di usia sebelum 30 tahun. Ada yang ingin keliling dunia jelang umur 30 tahun. Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah.

Hanya saja, target saya memang cukup spesifik: Ingin berangkat Haji sebelum umur 30 tahun. Karena itulah, tatkala berkarier di salah satu perusahaan multinasional, saya terbilang "hemat mode on". Nyaris nggak pernah beli sepatu, baju, tas, atau makan enak di tempat fancy dengan duit sendiri. Saya selalu mengandalkan baju/kaos dari kantor, karena memang kantor kami bergerak di bidang FMCG (Fast Moving Consumer Goods) dan kerap menggelar banyak event. 

Nah, "baju baru" saya ya kaos-kaos dari event itu. Intinya, semua gaji, remunerasi, reimbursement ketika trip, selalu saya simpan rapat-rapat di tabungan. Setelah ketemu angka 25 juta, saya cuss menuju bank syariah dan membuka rekening Haji.

sumber: bukanbocahbiasa.com
sumber: bukanbocahbiasa.com

Itu saya lakukan secara ajeg. Ogah beli piranti duniawi. Alhamdulillah, Allah anugerahkan kemampuan saya agar tidak FOMO (Fear of Missing Out). Walaupun rekan kerja sibuk gonta-ganti gadget dan aneka aksesoris, saya merasa fine-fine aja, dan tidak kepengen blas! Yang lain hobi hunting skincare atau make up terkini, saat itu saya cuma pakai bedak bayi doang! Hahaha.

Hingga Alhamdulillah, setelah menunggu 3 tahun (karena antrean haji belum sepanjang saat ini), saya pun memenuhi undangan Allah, untuk berangkat ke tanah suci.Tabungan haji juga sudah lunas. MasyaAllah, BarokAllah. 

Jadi, intinya memang kita kudu menentukan financial goal: tujuan lo apa, ketika menabung dan berhemat sedemikian rupa. Kalau memang sudah mantab untuk berhaji, insyaAllah kita akan dimudahkan untuk menuju ke sana. 

Siapa yang bisa menggerakkan hati saya untuk membuka rekening haji? Siapa yang bisa mengarahkan diri agar berhemat dan tidak mudah "gampang pengen" dengan barang-barang yang dibeli kolega? Yang menguasai hati dan jiwa saya adalah Allah ta'ala. 

Maka, terus memohon pada Ia, agar kita dikaruniai hal-hal baik dan memudahkan diri untuk menuju jalan yang Ia ridhoi. Termasuk berangkat haji.

Semangaaaattt buat kita semuaaaa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun