Haji itu ibadah yang berat, karena membutuhkan uang dalam jumlah besar, fisik yang tangguh, serta iman yang senantiasa terhunjam dalam jiwa.
Kenangan ketika wukuf di Arofah. Drama berebut bus Saptco gratisan. Pengalaman diusir asykar (petugas) Masjidil Haram karena ketahuan bawa kamera. Adu strategi simpan kamera poket di dalam kaos kaki, lantaran takut disita asykar di Masjid Nabawi. Macam-macam!
Yang terus melekat di benak tentu saja perkara antre bus Saptco. Wuahahaa, seruu banget dah! Jadi, di tahun 2010 itu, penginapan (maktab) jamaah Indonesia biasanya berlokasi lumayan jauh dari Masjidil Haram.Â
Seperti kelompok kami kudu nginep di maktab (penginapan) di kawasan Syisya yang berjarak sekitar 6 kilo dari Masjidil Haram. Untungnya, gara-gara lokasi yang cukup jauh, saya dapat cash back dari pemerintah RI senilai 700 reyal. Lumayan bangettt kan coy, hehehe.
Dengan jarak yang cukup jauh, nggak mungkin tho kalau kudu jalan kaki saban mau sholat? Alhamdulillah, panitia haji Arab Saudi menyediakan bus Saptco yang bisa diakses secara gratis.Â
Kami kudu naik bus Saptco 2 kali, dengan rute: Syisya-Terminal Mahbaz Jin, lalu ganti bus lagi, dengan jurusan Terminal Mahbaz Jin-Masjidil Haram. Ingat ya, busnya GRATIS. Dan yang gratis-gratis ini biasanya mengundang unsur dramatis!
Maktab saya bernomor 203, maka saya kudu naik bus nomor 2, jurusan Syisya. Nah, di Syisya itu bercokollah ribuan umat manusia yang juga pengin naik bus gratisan dengan destinasi yang sama: Masjidil Haram. Namanya aja bus gratisan, butuh perjuangan ekstra untuk bisa nangkring manis di dalam bus, baik dalam perjalanan dari maktab ke Masjidil Haram, maupun sebaliknya.
Tentu perkara antre jadi problem utama. Kalau mau pulang ke maktab, kita musti baris-berbaris di sekujur line yang disediakan petugas haji di kawasan Bab Ali (pintu Ali) di Masjidil Haram.Â
Antrenya bak ular naga panjangnya bukan kepalang! Dan namanya juga manusia vs bus gratis, udah pasti susah banget diatur ya coyyy. Pernah tuh, saya antre dengan rapi-jali, tiba-tiba seorang manusia slonong boy di sebelah saya, ia dengan cueknya nyerobot! Sabar, sabar ... saya cuman bisa membatin.Â
Eeh beberapa detik setelah itu, muncul segambreng manusia yang nyerobot juga. Terang aja, kami yang udah spaneng saking lamanya antre, langsung muntab. "Woooiii... antre woooiii!", kami pun koor neriakin si tukang serobot.Â