Tahun ini lumayan berat buat keluarga kami. Salah satu tantangan yang nggak bisa dianggap enteng adalah: Memilihkan SMP buat anak baru gede bernama Sidqi. Sebenarnya sebagai ortu (yang agak berciri) konvensional, saya lebih suka kalo Sidqi bersekolah dekat rumah kami saja. Ada SMPN 35 yang berada di kawasan Rungkut. Jaraknya sekitar 1 km sajalah, bisa ditempuh dengan naik sepeda.Â
Akan tetapiii, my kiddo punya opini berbeda. Ia merasa, sudah saatnya, #WisWahaye ia bersekolah di luar "zona dekat".Â
Ia bilang begini, "Aku ingin pergaulan baru, Buk. Suasana baru, teman-teman baru, tantangan baru. Dan itu bisa aku dapatkan kalo aku bersekolah tidak di dekat-dekat sini."Â
Hadehhh. Tepok jidat. Piye sih, kan maksud Ibu sekolah dekat2 itu biar ongkosnya muraaaaahhh :D Kalo sekolahnya jauh, otomatis akan muncul cost transportasi dalam jumlah yang lumayan bikin lu manyun kan?Â
Apabila sekolah di SMPN 35, Sidqi cukup naik sepeda, jadi cost-nya 0 (biaya SPP juga 0). Emak pingin ngirit jaya :P
Tahun ini lumayan berat buat keluarga kami. Salah satu tantangan yang nggak bisa dianggap enteng adalah: Memilihkan SMP buat anak baru gede bernama Sidqi. Sebenarnya sebagai ortu (yang agak berciri) konvensional, saya lebih suka kalo Sidqi bersekolah dekat rumah kami saja. Ada SMPN 35 yang berada di kawasan Rungkut. Jaraknya sekitar 1 km sajalah, bisa ditempuh dengan naik sepeda.
Akan tetapiii, my kiddo punya opini berbeda. Ia merasa, sudah saatnya, #WisWahaye ia bersekolah di luar "zona dekat".
Ia bilang begini, "Aku ingin pergaulan baru, Buk. Suasana baru, teman-teman baru, tantangan baru. Dan itu bisa aku dapatkan kalo aku bersekolah tidak di dekat-dekat sini."
Hadehhh. Tepok jidat. Piye sih, kan maksud Ibu sekolah dekat2 itu biar ongkosnya muraaaaahhh :D Kalo sekolahnya jauh, otomatis akan muncul cost transportasi dalam jumlah yang lumayan bikin lu manyun kan?
Apabila sekolah di SMPN 35, Sidqi cukup naik sepeda, jadi cost-nya 0 (biaya SPP juga 0). Emak pingin ngirit jaya :P
Perdebatan kami ini tak kunjung menemukan titik temu, sehingga.... Muncullah aturan zonasi itu :D
***
"Tuh kan. Pak Menterinya setuju ama Ibuk, kalau anak-anak sebaiknya sekolah yang deket-deket aja."
Sidqi masih keukeuh. Ia bilang, mau daftar jalur zonasi Kawasan, yang mana artinya ia punya DUA pilihan sekolah tujuan.
Piihan pertama, tadinya ia mau ke SMPN 1, tapi kubilang kalo level kompetisi masuk ke situ amatlah ketat, maka kami sepakat menjadikan SMPN 12 jadi pilihan pertama.
Lalu, pilihan kedua adalah SMPN 35.
Untuk bisa ikutan zonasi Kawasan, artinya Sidqi harus menghadapi Tes Potensi AKademik. Karena penilaian zonasi Kawasan ini komposisinya 40% nilai UN dan 60% nilai TPA.
Alhamdulillah.... Di hari pengumuman, anakku diterima di Pilihan pertama, yaitu SMPN 12 :D *sujud syukur*
Teman-teman Sidqi ada beberapa yang tidak diterima di SMP idaman mereka, lagi-lagi karena jarak rumah yang "relative" jauh dari sekolah. Â Beberapa wali murid di Surabaya berdemo. Ada yang ke Grahadi (untuk level SMA/SMK), ada yang ke Dinas Pendidikan kota Surabaya, sampai menutup jalan di Jagir wonokromo.
Syukurlah, demo ini berbuah hasil mak nyus. Ada beberapa tambahan kuota siswa (dengan penilaian berdasarkan skor UN. Bukan berdasarkan jarak rumah ke sekolah).
***
Saya sudah daftar ulang.
Sudah pesan antar jemput untuk Sidqi sekolah.
Sudah siapkan anggaran beli seragam dan printhilan-printhilannya.
https://twitter.com/nurulrahma/status/1143715497667469315Â
Sekarang.... Euphoria masuk sekolah negeri itu pelan tapi pasti akan sirna. Yang jadi challenge berikutnya adalah.... Siapkan anak kita untuk bersungguh-sungguh meraih ilmu, bergaul, bersosialisasi, menjadi a better person dari hari ke hari dengan konsep Pendidikan yang mumpuni?
Selain itu... siapkah para orang tua untuk melanjutkan semangat "patriotik" Â mendampingi buah hati menjalani hari, dan mengenyahkan ambisi pribadi? Terus terang, saya sebagai mama millennial :D masih punya segabruk cita-cita untuk diri sendiri. Sepertinya, mulai HARI INI, saya harus melepaskan satu sayap ambisi. Dan siap menggantinya dengan passion mendampingi Sidqi, agar ia meraup banyak prestasi. BISMILLAH.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H