Untuk menyeimbangkan karir dan keluarga, apa tips yang bisa Ibu berikan?
Yang jelas, dalam keluarga, yang kami tekankan adalah agama. Saya bilang ke anak-anak, "Mama-papa tidak bisa mengawasi kamu setiap saat, karena kami juga punya aktivitas masing-masing. Tapi camkan, bahwa Allah, Tuhan semesta alam, senantiasa mengawasi kita kapanpun di manapun. Nah, dengan berbekal keyakinan bahwa "Allah mengawasi aku setiap saat" niscaya bisa menjauhkan anak-anak dari keinginan dan kemungkinan untuk berbuat hal yang buruk.
Misalnya, kita jarang bisa mendampingi anak belajar, berarti harus cari guru les, delegate it.
Saya juga berupaya melibatkan anak-anak untuk tahu apa aktivitas mamanya setiap hari. Kalau mereka lagi libur sekolah, kadang saya ajak untuk berkunjung ke TTL. Gimana, mau lihat alat-alat? Saya ajak mereka untuk lihat crane dan alat berat lainnya.
Yang saya tularkan ke anak-anak adalah karakter pekerja keras dan harus passionate dalam setiap karir yang kita pilih. Harus serius dan sungguh-sungguh. Saya enginer, papanya dokter. Nah, anak-anak zaman now ini punya passion yang berbeda dengan orang tuanya. Tidak masalah, saya justru appreciate dengan cita-cita yang beragam. Yang penting mereka bertanggung jawab dengan apa yang sudah dipilih.
Anak saya menjawab, "Ya elah Maa, masak yang kayak begituan jadi idola?"
Kita harus bisa menjalin kedekatan dengan anak. Ini sekaligus sebagai upaya agar anak kita bisa menilai mana yang bagus dan bisa jadi idola, juga mana yang tidak patut dicontoh. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H