Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dothy, Perempuan Tangguh yang Menakhodai Terminal Teluk Lamong Surabaya

15 Januari 2018   11:15 Diperbarui: 15 Januari 2018   11:24 2767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Dothy dan para putri Indonesia Jatim

Untuk menyeimbangkan karir dan keluarga, apa tips yang bisa Ibu berikan?

Yang jelas, dalam keluarga, yang kami tekankan adalah agama. Saya bilang ke anak-anak, "Mama-papa tidak bisa mengawasi kamu setiap saat, karena kami juga punya aktivitas masing-masing. Tapi camkan, bahwa Allah, Tuhan semesta alam, senantiasa mengawasi kita kapanpun di manapun. Nah, dengan berbekal keyakinan bahwa "Allah mengawasi aku setiap saat" niscaya bisa menjauhkan anak-anak dari keinginan dan kemungkinan untuk berbuat hal yang buruk.

Jajaran manajemen dan karyawan Terminal Teluk Lamong rutin bike to work
Jajaran manajemen dan karyawan Terminal Teluk Lamong rutin bike to work
Teorinya Rhenald Kasali juga saya praktikkan sebagai panduan menjadi Ibu. Delegate it, Do it, or Dump it. Banyak hal dalam hidup ini, kita harus bijak dan melakukan skala prioritas. Ada hal-hal yang bisa kita kerjakan (do it), ada yang bisa didelegasikan (delegate it), atau justru hal-hal tidak berfaedah yang harus kita ignore (dump it)

Misalnya, kita jarang bisa mendampingi anak belajar, berarti harus cari guru les, delegate it.

Saya juga berupaya melibatkan anak-anak untuk tahu apa aktivitas mamanya setiap hari. Kalau mereka lagi libur sekolah, kadang saya ajak untuk berkunjung ke TTL. Gimana, mau lihat alat-alat? Saya ajak mereka untuk lihat crane dan alat berat lainnya.

Yang saya tularkan ke anak-anak adalah karakter pekerja keras dan harus passionate dalam setiap karir yang kita pilih. Harus serius dan sungguh-sungguh. Saya enginer, papanya dokter. Nah, anak-anak zaman now ini punya passion yang berbeda dengan orang tuanya. Tidak masalah, saya justru appreciate dengan cita-cita yang beragam. Yang penting mereka bertanggung jawab dengan apa yang sudah dipilih.

Bloggers Goes to Teluk Lamong
Bloggers Goes to Teluk Lamong
Anak pertama saya passion-nya lebih ke desain, atau keindahan. Sementara anak kedua suka bidang IT (Information Technology). Kami sering ngobrol soal banyak hal yang kekinian. Saya juga harus paham karakter anak, agar ngobrolnya nyambung dan bisa memahami apa yang ada di pikiran mereka. Anak nomor 2 nih, dia tuh adrenaline junkie. Sukanya main di wahana yang challenging, yang bikin dag dig dug, tapi dia malah hepi. Kalau wisata ke Jogja misalnya, dia paling suka yang model tour pakai jeep ke kawasan Merapi. Dia suka dengan hal-hal yang menantang, tapi ingin bekerja di bidang yang lebih fleksibel. Hal-hal semacam ini yang saya apresiasi.

Mas Reka (helm biru) Manager Humas Teluk Lamong
Mas Reka (helm biru) Manager Humas Teluk Lamong
Alhamdulillah, anak-anak sekolah di SD Islam. Jadi dasar keislamannya sudah lumayan kuat. Tapi sekarang mereka kan sekolah menengah di negeri... harus extra untuk memberikan tambahan pemahaman agama, karena memang sifat pergaulannya yang plural. Kadang saya pancing untuk ngobrol isu-isu yang lagi happening di anak muda. Yap, orang tua harus mau mengikuti perbincangan anak-anak zaman now. Misalnya, ada selebgram (selebritis di Instagram) yang suka memamerkan gaya hidup hedon, saya pancing, "Kamu suka sama si A?"

Anak saya menjawab, "Ya elah Maa, masak yang kayak begituan jadi idola?"

Kita harus bisa menjalin kedekatan dengan anak. Ini sekaligus sebagai upaya agar anak kita bisa menilai mana yang bagus dan bisa jadi idola, juga mana yang tidak patut dicontoh. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun