"Orang sakit kanker sekarang udah kayak sakit flu. Saking banyaknya. Hampir tiap hari ada aja pasien baru," kata mbak A.Â
***
Tatkala Ibu saya opname kurang lebih 2 bulan, banyak sahabat, kerabat, tetangga yang datang membesuk. Ibu saya tipikal NELI alias Nenek Lincah. Sahabatnya banyak. Ia tergabung dalam beragam komunitas, dan selalu jadi pihak yang aktif dan penuh kontribusi. Energinya seolah nggak pernah habis. Dalam sehari, dia bisa ikutan ta'lim di Sidoarjo, lalu membina para pemulung di kawasan makam Rangkah, dan mengajar ngaji Ibu-ibu di rumah kami. Saya bangga sekaligus sebal dengan jiwa energik ibuku. Soalnya, orang-orang pasti membandingkan ya... Ih, mbak Nurul kok nggak kayak Ibunya, hahahaha. Di bagian itu saya sebalnya. Padahal, komentar orang ngapain dimasukkan kuping apalagi hati?Â
Kebayang kan sehatnya beliau?
Kebayang kan energiknya beliau?
Dalam setiap kegiatan yang diikuti, Ibu saya TAMPIL. Entah itu kasih testimoni, atau jadi bendahara atau jadi koordinator event atau koordinator konsumsi. Pokoknya beliau tuh nggak bisa diam.Â
Nah. Â Ini yang mau saya garisbawahi. JANGAN MENGANGGAP BAHWA ORANG YANG TAMPAK SELALU GEMBIRA ITU SEBAGAI MANUSIA YANG SELALU SEHAT BAIK-BAIK SAJA.Â
Justru, orang yang super-duper-gembira dan bersemangat kayak Ibu saya (dan suami mbak A) biasanya gemar menyimpan stres-yang-menumpuk-dan-lama-lama-tumbuh-jadi-depresi dan mereka tidak tahu bagaimana menyalurkan secara tepat.Â
Saya anaknya. Saya tahu, di balik jiwa gembira syalala yang senantiasa dipertunjukkan Ibu... beliau punya beban hidup yang amat sangaaat tidak enteng. Somehow, terkadang Ibu 'denial' dengan itu. Menganggap semua baik-baik saja. Tapi di lubuk hati terdalam, beliau stres.Â