Kemarin saya share postingan di Facebook, mengenai kado terindah yang diberikan Ibunda untuk saya. Link lengkap postingan itu, bisa Anda baca di sini. (Suami Terbaik, Hadiah dari Ibu)
Ada kakak kelas saya yang berkomentar, "Ibunya Nurul meninggal kena kanker paru juga?" Lalu, kami saling berbalas lewat DM (Direct message).Â
Terkuaklah, bahwa senior saya yang cantik dan amat sangat sukses dalam karirnya itu, saat ini tengah mendapat "hadiah" ujian yang cukup berat. Suaminya, usia 44 tahun didiagnosa kanker paru.Â
"Padahal suamiku tidak merokok dan dia family man banget..." tulisnya dalam japri.Â
Kemudian, mbak A itu berkisah bahwa sekarang suaminya mulai menjalani kemoterapi di salah satu RS yang terkenal mihil bingits di kota kami.
"Tiap kemo habisnya 37 juta."
"Pakai asuransi kan Mbak?"
"Yang ditanggung asuransi cuma separuh."
Duh. Mewek saya ketika chatting dengan mbak A. Terbayang bagaimana ia harus jumpalitas menjaga cash flow rumah tangga, demi tetap bisa memberikan terapi buat suami, sekaligus jadi breadwinner untuk keluarga dan sang buah hati.Â
"Ini kayak 'hadiah beruntun', Nurul. Sejak setahun lalu, suamiku merasa tidak tenang dengan kerjaan dia, karena tidak sesuai dengan  prinsip yang ia anut. Kemudian, dia memutuskan resign kerja, meskipun belum tahu mau kerja apa. Di tengah proses usaha itu, dia batuk, sekitar sebulan setengah nggak sembuh-sembuh.  Aku bawa ke salah satu RS. Dibilang  batuk biasa. Dua minggu nggak sembuh, aku bawa ke RS lainnya, and the rest is history. Bagian terberat dari ini adalah membayangkan dia ada di fase kesakitan itu. Nggak tega aku. Apalagi baca tulisan Nurul tadi."
Ya Allah..., semoga Allah memberi kemudahan untuk mbak A dan suaminya.Â