Mohon tunggu...
Nurul Nikmah
Nurul Nikmah Mohon Tunggu... Makeup Artist - Nurul Nikmah

Tulungagung, 30 Oktober 1998

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Usia Dini

12 November 2019   21:57 Diperbarui: 12 November 2019   21:54 5274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI

Nurul Nikmah

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung

Jl. Mayor Sujadi Timur Nomor 46 Tulungagung -- Jawa Timur 66221

E-mail : nurulnikmah92@gmail.com

 

Abstrak

Karakter bangsa Indonesia telah banyak menyimpang dari norma-norma, baik norma hukum, norma sosial, bahkan norma agama. Orang-orang pada masa kini sedang mengalami sebuah krisis yang begitu hebat pengaruhnya bagi peradaban, yaitu krisis karakter. Melihat kenyataan itulah, pendidikan karakter perlu diberlakukan untuk di negeri ini. Pendidikan karakter dipilih sebagai suatu upaya perwujudan pembentukan karakter peserta didik ataupun generasi bangsa yang berakhlak mulia. Periode usia dini merupakan masa yang mendasari kehidupan manusia selanjutnya. Masa ini biasa disebut the golden age yaitu masa-masa keemasan anak. Atas dasar inilah, sangat penting kiranya dilakukan pendidikan karakter pada anak usia dini, dalam memaksimalkan kemampuan dan potensi anak. Kita harus bisa memanfaatkan masa golden age ini sebagai masa pembinaan, pengarahan, pembimbingan, dan pembentukkan karakter anak usia dini. Pendidikan karakter bagi anak usia dini dimaksudkan atau bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan supaya dapat menjadi kebiasaan ketika kelak dewasa atau pada jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan karakter memang sangat perlu diberikan untuk bangsa Indonesia sejak dini.  Hal ini karenakan membentuk suatu paradigma dan karakteristik agar menjadi bangsa yang maju dan sejahtera serta didukung dengan moral yang baik. Pengembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai sejak dini. Hal ini terkait dengan kepercayaan bahwa "Jika kita gagal menjadi orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah atau orang yang kurang beruntung dan beban bagi orang lainnya."

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Anak Usia Dini dan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini

A. PENDAHULUAN

Pendidikan karakter bagi anak usia dini dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan supaya dapat menjadi kebiasaan ketika kelak dewasa atau pada jenjang pendidikan selanjutnya. Menurut pakar psikologi,anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan. Sebab, pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh yang negative yang banyak dari luar atau lingkungannya sehingga orang tua maupun pendidik akan jauh lebih mudah dalam mengarahkan dan membimbing anak -anaknya terutama dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter.

Mulyasa (2012) berpendapat bahwa pendidikan karakter bagi anak usia dini mempunyai makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang berbagai perilaku yang baik dalam kehidupan sehingga anak memiliki kesadaran dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupn sehari-hari. Seorang anak yang sejak kecil dikenalkan dan ditanamkan pendidikan karakter ,diharapkan ketika dewasa karakter-karakter yang diperolehnya akan menjadi kebiasaan bagi dirinya.Oleh karena itu ,peran aktif orang tua , pendidik serta masyarakat untuk bersama-sama menggalakkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam setiap kesempatan, khususnya kepada anak-anak usia dini baik di dalam keluarga maupun masyarakat yang ada di lingkungannya. [1]

Pada era modern sekarang ini, kemajuan semakin kompleks dengan berbagai macam kemudahan yang diakibatkan oleh kecanggihan teknologi. Seiring dengan kecanggihan teknologi, kini semakin kompleks pula permasalahan-permasalahan yang menyangkut persoalan karakter bangsa. Fenomena degradasi moral yang terjadi ditengah -- tengah masyarakat maupun dilingkungan pemerintah menjadi tontonan setiap hari. Telah banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan yang menjadi bukti bahwa telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia. Ketimpanganketimpangan tersebut berupa meningkatnya tawuran antar-pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota-kota besar, pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap junior, fenomena suporter sepakbola, penggunaan narkoba, dan lain-lain.

Terpuruknya bangsa Indonesia sekarang ini disebabkan oleh terpuruknya dunia pendidikan. Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini dinilai sarat dengan muatan-muatan pengetahuan dan tuntutan arus global yang mana mengesampingkan nilai-nilai moral budaya dan budi pekerti dalam membentuk karakter siswa, sehingga menghasilkan siswa yang pintar tetapi tidak bermoral. Fenomena ini sesungguhnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia, dimana pendidikan itu seharusnya mampu menjadi suatu wadah untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa.

Untuk itu diperlukan suatu sistem pendidikan yang menyentuh seluruh jalur dan jenjang yaitu pendidikan karakter. Pendidikan karakter dipilih sebagai suatu upaya perwujudan pembentukan karakter peserta didik ataupun generasi bangsa yang berakhlak mulia sebagaimana yang diungkapkan oleh Frye dalam Darmiyati bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang disengaja untuk membantu seseorang memahami, menjaga, dan berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter mulia. Pendidikan karakter yang dimulai dari usia dini, diharapkan mampu membentuk para generasi penerus bangsa yang memiliki karakter yang kuat yang mana karakternya tersebut mencerminkan karakter dari bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu mengingat penanaman karakter di usia dini merupakan masa persiapan untuk sekolah pada tingkatan selanjutnya maka penanaman karakter baik pada usia dini merupakan hal yang sangat penting dilakukan.[2]

B. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter terdiri dari dua kata kata yaitu pendidikan dan karakter. Kedua kata ini masing-masing mempunyai makna tersendiri. Pendidikan karakter lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan karakter lebih pada sifatnya. Melalui proses pendidikan tersebut dapat dihasilkan sebuah karakter yang baik.

Pendidikan merupakan terjemahan dari education, yang kata dasarnya educate atau bahasa latinya educo. Educo berarti mengembangkan dari dalam; mendidik; melaksanakan hukum kegunaan.Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran, pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik. Jadi pendidikan dapat diartikan sebagai proses pengembangan diri seseorang melalui upaya pengajaran, bimbingan dan pelatihan sehingga menjadikan sesorang menjadi lebih dewasa. Dewasa disini bukan diartikan dari segi fisik, melainkan lebih pada sikap dan tingkah laku. Sedangkan kata karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein yang berarti Memahat. Dalam kamus Poerwadaminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia11 karakter diartikan sebagai watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengajarkan tentang kepribadian, tabiat, sikap maupun akhlak sehingga dapat terbentuk suatu individu seperti apa yang diharapkan. Suatu lembaga pendidikan harus mengedepankan penanaman dan pengembangan nilai-nilai karakter pada peserta didik dalam proses pembelajaran yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.[3]

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Secara umum fungsi pendidikan karakter sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter ditujukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Zubaedi ada beberapa fungsi diadakannya pendidikan karakter, yaitu:

a. Pembentukan dan Pengembangan Potensi

Pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar peserta didik dapat berpikiran baik, berhati baik dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b. Perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter berfungsi untuk memperbaiki karakter peserta didik yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara menuju bangsa yang maju, mandiri, berkarakter dan sejahtera.

c. Penyaring

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif agar menjadi manusia yang berkarakter serta bangsa yang bermartabat.

 Dalam dunia pendidikan Indonesia, tujuan pendidikan karakter adalah:

 1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius

3. Menanamkan rasa tanggung jawab serta jiwa kepemimpinan peserta didik sebagai generasi penerus bangsa

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang kreatif, mandiri dan berwawasan kebangsaan

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, bersahabat, penuh kreativitas dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi serta penuh kekuatan[4]

3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Nilai-nilai pendidikan karakter yang wajib diterapkan dan ditanamkan pada anak usia dini sebagai berikut:

a. Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu bisa dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaannya.

c. Toleransi, sikap tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang ada.

e. Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhmdalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

f. Kreatif, kegiatan berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilikinya.

g. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dilakukan.

h. Demokratis, cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya maupun orang lain.

i. Rasa ingin tahu, sikap  dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam serta meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat , dan didengarnya.

j. Semangat kebangsaan, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan, yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara, di atas kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.

k. Menghargai pretasi, sikap, dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilaan orang lain.

l. Bersahabat atau komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja, sama dengan orang lain.

m. Cinta damai, sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

n. Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

o. Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

p. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

q. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban nya,yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.[5]

4. Dampak Pendidikan Karakter

Dr Mavin Berkowitz dan University Of Missouri dalam bulletin Character Educator, menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah yang meraih prestasi akademik pada sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, kelas-kelas yang secara komprehensip terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Dengan diberikannya pendidikan karakter seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal yamg terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depannya, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan yang dihadapi, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.menurut Joseph Zins, et .al.2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positip kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan ada sederet faktor -- faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu, percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati dan kemampuan berkomunikasi. Demikian pula pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang dimasyarakat ternyata 80 % dipengaruhi oleh kecerdasan emosi anak, dan hanya 20 % ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak- anak yang bermasalah dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan belajar, bergaul tidak dapat mengontrol emosinya . Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra sekolah. Dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosinya tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran narkoba, mitras, perilaku seks bebas dan sebagainya.[6]

C. KONSEP ANAK USIA DINI

1. Pengertian Anak Usia Dini

Dalam pandangan agama Islam, anak merupakan amanah (titipan) Allah SWT yang harus dijaga, dirawat, dipelihara dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang tua. Sejak lahir anak telah diberikan berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai penunjangnya di masa depan. Apabila potensi tersebut tidak diperhatikan makan akan menjadi hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya kelak.

Berdasarkan keunikan dan perkembangannya, anak usia dini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu masa bayi lahir 12 bulan, masa batita (toddler) usia 1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun, dan masa kelas awal 6-8 tahun. Dengan demikian, anak usia dini adalah anak yang berkisar 0-6 atau 0-8 tahun yang memiliki perkembangan dan keunikan tersendiri.[7]

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan banyak cara dan berbeda. Oleh karena itu, kita perlu mengerti dan memahami berbagai karakter dasar anak usia dini. Sebab karakter-karakter itulah yang anak dikembangkan dan diarahkan menjadi karakter yang positif. Pendidik perlu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran agar dapat memahami karakteristik anak. Berikut ini beberapa karakter dasar yang dimiliki oleh anak usia dini:

a. Bekal kebaikan, Allah SWT membekali kebaikan pada setiap anak yang lahir dan selanjutnya lingkunganlah yang berperan aktif dalam mengarahkan dan mengembangkan bekal kebaikan tersebut.

b. Suka meniru, Anak suka menirukan gerakan serta perilaku dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Apa yang dilihat oleh anak senantiasa diikutinya.

c. Suka bermain, Bermain merupakan kegiatan yang paling disukai oleh anak usia dini. Sebagian besar waktu anak banyak dihabiskan untuk bermain.

d. Rasa ingin tahu, Anak usia dini pada dasarnya memiliki karakter rasa ingin tahu yang tinggi, hal tersebut ditandai dengan anak selalu bertanya kepada siapa saja yang ia temui.[8]

D. DESKRIPSI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI

1. Pentingnya Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini

Sue Bredekamp dalam Ratna Megawangi menyatakan banyaknya praktek-praktek pendidikan yang salah dilakukan pada anak usia dini, sehingga mereka gagal menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan. Paradigma pendidikan bagi anak sejak dini hingga kini masih terbatas pada keberhasilan membangun manusia yang memiliki otak yang cerdas atau sering dikatakan pendidikan lebih bersifat mengajar daripada hakekat mendidik itu sendiri. Kandungan materi pelajaran yang berhubungan dengan kepekaan sosial, kejujuran, kerjasama, perasaan memiliki belum sepenuhnya dapat ditanamkan pada diri anak, padahal hal tersebut sangat berperan dalam kehidupan anak kelak di masyarakat.

Periode usia dini merupakan masa yang mendasari kehidupan manusia selanjutnya. Masa ini biasa disebut the golden age yaitu masa-masa keemasan anak. Menurut Gardner (1998) sebagaimana dikutip Mulyasa, menyebutkan bahwa anak usia dini memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang sangat pesat, yaitu mencapai 80%. Ketika dilahirkan ke dunia, anak manusia telah mencapai perkembangan otak 25%, sampai usia 4 tahun perkembanganya mencapai 50%, dan sampai 80 tahun mencapai 80%, selebihnya berkembang sampai usia 18 tahun.

Atas dasar inilah, sangat penting dilakukan pendidikan karakter pada anak usia dini, dalam memaksimalkan kemampuan dan potensi anak. Kita harus memanfaatkan masa golden age ini sebagai masa pembinaan, pengarahan, pembimbingan, dan pembentukkan karakter anak usia dini. Apabila pada masa ini sudah memperoleh kualitas pendidikan dan pengajaran yang kurang baik maka setelah dewasa nantinya juga akan menghasilkan manusia yang tingkat produktivitasnya rendah, kepekaan sosialnya kurang dan moral yang rendah pula.

Pendidikan karakter bagi anak usia dini dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan agar dapat menjadi kebiasaan ketika kelak dewasa atau pada jenjang pendidikan selanjutnya. Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan karakter karena anak belum memiliki pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkunganya. Mulyasa berpendapat bahwa pendidikan karakter bagi anak usia dini mempunyai makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang berbagai perilaku yang baik dalam kehidupan sehingga anak memiliki kesadaran dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.[9]

2. Tujuan Pendidikan Karakter Usia Dini

Menurut Sri Lestari dalam Tuhana, karakter anak yang dikembangkan dalam Pendidikan Anak Usia Dini adalah anak usia dini yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia. Pelaksanaan pendidikan karakter pada anak usia dini yang sekarang ini banyak digencarkan oleh berbagai pihak tentunya memiliki tujuan tersendiri. Tujuan pendidikan karakter anak usia dini menurut Tuhana yaitu mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Jika anak-anak telah memiliki karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar. Anak-anak tentunya nanti akan memiliki tujuan hidup yang jelas.

Pendidikan karakter pada anak usia dini dinyatakan berhasil apabila anak sudah mampu menunjukkan perilaku serta kebiasaan yang baik. Selain itu tujuan lain dari pendidikan karakter terhadap anak yaitu agar anak menjadi terbiasa untuk melakukan perilaku yang baik sehingga ia menjadi terbiasa, dan akan merasa bersalah kalau tidak melakukannya. Dengan kata lain, kebiasaan baik menjadi naluri, dan otomatis akan membuat seorang anak merasa bersalah bila tidak melakukan kebiasaan baik tersebut. Tujuan dari pendidikan karakter pada anak usia dini adalah membentuk jiwa anak agar memiliki jiwa kebangsaan, membentengi anak dari pengaruh yang negatif, mewujudkan anak yang bangga dengan bangsa dan negara, serta mewujudkan anak yang mencintai tanah air.[10]

3. Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan, prosedur dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilakukan. Metode pembelajaran merupakan suatu prosedur atau proses yang teratur.

Ada beberapa metode pembelajaran yang akan diterapkan oleh pendidik yang disesuaikan dengan perkembangan anak serta memperkenalkan pendidikan karakter sejak dini pada anak. Metode tersebut antara lain:

a. Metode Keteladanan

Metode keteladanan adalah metode yang dirasa paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial anak. Ada beberapa hal yang dapat digunakan dalam menerapkan metode keteladanan di sekolah, yaitu:

1. Memberikan keteladanan dengan cara yang dapat dilihat oleh anak

2. Dalam proses pembelajaran di kelas bisa dilakukan metode keteladanan melalui cerita

3. Metode keteladanan juga dapat dilakukan pendidik dengan memberikan contoh pada anak, caranya yaitu dengan merespon orang-orang di sekitar yang membutuhkan bantuan

b. Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran agama. Metode ini sangat praktis dalam pembinaan pembentukan karakter anak usia dini untuk meningkatkan pembiasaan dalam melaksanakan suatu kegiatan di sekolah. Pembiasaan merupakan penanaman kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu agar cara-cara yang tepat dapat dikuasai oleh anak.

c. Metode Bercerita

Cerita adalah suatu metode atau cara untuk menarik perhatian anak. Metode bercerita ialah cara menyampaikan materi pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian peserta didik. Manfaat metode bercerita ini adalah dapat membangun kontak batin anak dengan orangtua atau pendidiknya, media penyampaian pesan pada anak, pendidikan imajinatif atau fantasi anak, dapat melatih emosi serta perasaan anak, membantu proses identifikasi diri, memperkaya pengalaman batin, dapat sebagai hiburan, dan dapat membentuk karakter anak.

d. Metode Karyawisata

Karyawisata adalah metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengamati. Dengan cara tersebut anak mendengar, merasakan, melihat dan melakukan. Melalui karyawisata semua indera dapat diaktifkan, selain itu juga dapat menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu. Dapat melatih anak untuk disiplin, mengenal dan menghargai alam, menghargai teman, membangun sikap positif terhadap lingkungannya dan bekerja sama. Melalui karyawisata juga dapat mendorong kreativitas dan aktivitas belajar anak.[11]

4. Strategi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Penanaman karakter dapat diberikan melalui keteladanan, pembiasaan, dan pengulangan dalam kehidupan sehari-hari. Suasana lingkungan yang aman dan nyaman perlu diciptakan dalam proses penanaman nilai-nilai karakter. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pendidikan karakter menurut Heritage Foundation dalam Tuhana adalah sebagai berikut:

a. Menerapkan model belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid yaitu metode dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pembelajaran yang kongkret, bermakna serta relevan.

b. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat.

c. Memberikan pendidikan karakter pada anak usia dini secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan beberapa aspek, yaitu knowing the good, loving the good, dan acting the good.

d. Metode pembelajaran yang memperlihatkan keunikan masing-masing anak yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan kesembilan aspek kecerdasaan manusia.

e. Menerapkan prinsip-prinsip developmentally appropriate practices.

f. Membangun hubungan yang supportiv dan penuh perhatian di kelas dan seluruh lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang terpenting harus berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat, dan perhatian pada kesejahteraan lainnya.

g. Model perilaku positif.

h. Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk dalam kehidupan di kelas dan sekolah.

i. Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial.

j. Melibatkan siswa dalam wacana moral. Isu moral adalah esensi pendidikan anak untuk menjadi potensial, moral manusia.

k. Membuat tugas pembelajaran penuh makna dan relevan.

l. Tidak ada yang terabaikan. Mewujudkan seluruh potensi anak didik dengan membantu mengembangkan karakter bakat khusus dan kemampuan mereka dan dengan membangkitkan pertumbuhan inteltual, etika, dan emosi mereka.

Pendidikan karakter yang diperlukan anak usia dini bukan hanya pendidikan yang hanya dalam taraf pengetahuan dan doktrinasi belaka melainkan yang mampu menjangkau wilayah emosi anak.[12]

 

KESIMPULAN DAN SARAN 

Pendidikan karakter anak usia dini merupakan pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur untuk dipraktikkan dalam kehidupannya dalam berkeluarga, bermasyarakat dan warga negara. Pendidikan karakter bertujuan untuk menyelenggaraankan pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter, pengembangan nilai-nilai karakter bangsa dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Diperlukan suatu penilaian pendidikan karakter untuk mengetahui keberhasilan pendidikan karakter kepada anak usia dini atau peserta didik. Oleh sebab itu merupakan kewajiban bagi para pendidik untuk dapat memiliki karakter untuk menjalankan tugasnya serta berinteraksi dengan peserta didik, rekan sejawat, orangtua, serta lingkungan masyarakat yang dapat mendukung proses belajar.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Cahyaningrum, Eka Sapti, dkk. 2017. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan Dan Keteladanan. Vol. 6 (Edisi 2), dalam https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/viewfile/17707/10181, diakses pada hari Senin, tanggal 11 November 2019 pukul 16.42 WIB

 

Iswantiningtyas, Veny dan Widi Wulandari. 2018. Pentingnya Penilaian Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Proceeding of The ICECRS, Vol. 1 (No 3), dalam https://www.google.co.id/search?q=pentingnya+penilaian+pendidikan+karakter+anak+usia+dini&oq=pentingnya+penilaian+pendidikan+karakter+anak+usia+dini&aqs=chrome..69i57j69i60.25885j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8#, diakses pada hari Senin, tanggal 11 November 2019 pukul 16.47 WIB

 

Zubaida. 2016. Implementasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Madaniyah, Vol. 1 (Edisi X), dalam https://media.neliti.com/media/publications/195098-ID-implementasi-pendidikan-karakter-anak-us.pdf, diakses pada hari Senin, tanggal 11 November 2019 pukul 16.50 WIB

 

Hadisi, La. 2015. Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini. Al-Ta'dib, Vol. 8 (No. 2), dalam https://media.neliti.com/media/publications/235796-pendidikan-karakter-pada-anak-usia-dini-9a0f6ea6.pdf, diakses pada hari Senin, tanggal 11 November 2019 pukul 16.57 WIB

 

Rustini, Tin. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, dalam https://media.neliti.com/media/publications/240598-pendidikan-karakter-anak-usia-dini-4ba56c4e.pdf, diakses pada hari Senin, tanggal 11 November 2019 pukul 16.51 WIB

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun