Sebagai kelanjutan tulisan beberapa hari yang lalu tentang "Tahapan-tahapan dalam Produksi film", mari kita lanjutkan obrolan tentang produksi film berikutnya.
Jika kemarin kita fokus pada Tahap A. Pra-Produksi (Pre-Production), sekarang kita konsentrasi pada tahap B. Produksi (Production).
B. Produksi (Production)
Tahap ini fokus pada pengambilan gambar/visual (shooting) beserta audio dari sebuah film. Biasanya disebut shooting day.
Catatan penting sebelum Tahap Produksi adalah: bahwa Tahap Pra-Produksi harus sudah fixed! Tahap mana, semua hal yang kita bicarakan dalam tahap Pra-Produksi telah selesai dan fixed (tetap). Diusahakan tidak ada perubahan yang signifikan jika sudah masuk dalam wilayah Produksi. Karena wilayah ini adalah ruang eksekusi sebuah keputusan karya kolektif.
Di samping itu, jika belum siap dari satu atau beberapa divisi, sangat beresiko adanya hambatan, dan ini beresiko akan terjadi perpanjangan waktu dari estimasi yang telah dikalkulasi secara baik oleh Pimpro dan Kru yang lain. Jika terjadi perpanjangan waktu, maka akan terjadi pembengkakan pada biaya. Dan otomatis akan menggeser kalkulasi Produser pada nilai ekonomis film yang kita garap.
Dari kalangan top level produksi film; mulai Produser, Sutradara, Pimpinan Produksi, sampai pada kru lapisan selanjutnya; Director of Photography (DOP), Art Director & Artistic, Sound Designer, Sound Director, Â Unit Manager, Location Manager, Wardrobe, Make-up, Talent Coordinator, bahkan sampai PU (Pelaksana Umum) dan Runner, semua harus sudah sepakat pada pekerjaannya masing-masing. Tahap ini saya ibaratkan sebagai sebuah jalan yang terbuka dan kita tinggal melangkah.
Untuk menyatakan fixed tidaknya sebuah persiapan Produksi, maka perlu Final Checking pada semua divisi. Dan ini akan lebih baik jika dilakukan dengan sebuah Rapat Pleno Final Checking persiapan produksi.
Di sini peran Pimpinan Produksi sangat penting, dan didampingi oleh Sutradara dalam memeriksa satu demi satu persiapan Produksi.
Dalam Rapat Pleno Final Checking lebih baik Pimpro (Pimpinan Produksi) membuat check-list untuk panduan dalam menge-check persiapan yang dilakukan.
Check-list yang perlu disiapkan diantaranya:
1. Pemain, Kru Film dan Skedul Produksi
Apakah semua pemain dan kru film telah siap dan sepakat dengan jadwal produksi, termasuk kontrak kerja yang telah ditentukan? Ini yang kadang-kadang acap kali menjadi hambatan. Karena skedul mereka berbeda-beda aktifitas dan job kerjanya.
Biasanya sebagai acuan yang utama adalah skedul pemain. Apalagi memakai pemain artis ibukota. Dan biasanya Tim Produksi akan menyesuaikan.
Kemudian, apakah pemain/talent telah menguasai naskah? Ini catatan juga untuk Sutradara supaya menyiapkan talent agar siap dan harus menguasai naskah.
Dianjurkan dalam masa Pra-Produksi diadakan Workshop untuk talent, baik pemain utama, supporting talent, maupun ekstras (figuran). Ini idealnya, yang penting adalah pemain utama dan supporting talent. Sedangkan figuran bisa on the spot dilatih secara singkat, asal figuran mampu melakukan improvisasi secara baik.
Untuk lebih efektif waktu dan biaya, workshop sebaiknya mengacu dan fokus pada naskah yang akan diperankan. Sehingga talent bisa menguasai naskah secara baik dan tinggal menyesuaikan dengan lokasi di lapangan.
Di sinilah pentingnya Casting untuk para pemain. Peran Casting Director sangat menentukan pada pilihan pemain. Baik peran utama, peran pendukung atau figuran.
Pertimbangan yang utama dalam pemilihan pemain adalah kesesuainnya dengan naskah (scrypt). Baik dari karakter tokoh, usia dan kompetensi calon pemain. Tapi kadang-kadang ada pertimbangan tambahan untuk hal ini, yaitu budget produksi. ;)
Saya pernah, ketika di Jakarta dimintai pertimbangan seorang teman (asisten sutradara) tentang dua calon pemain utama sebuah Film TV (FTV). Waktu itu dia agak bingung menentukan satu di antara dua calon pemain utama.
Tokoh utama dalam naskah itu mempunyai karakter seorang perempuan sederhana, secara visual kurus, lugu, kulit hitam manis, dan rambut lurus dan panjang.
Pilihan pertama adalah seorang artis (inisial HS) dengan budget "x" dan yang kedua non-artis dengan budget "y" (dibawah nominal calon pertama). Sebuah pilihan yang cukup sulit. Waktu itu saya memberi pilihan yang pertama. Pertimbangan saya, dengan memakai pilihan artis yang cukup populer, akan mempunyai nilai tambah film ini.Â
Teman saya waktu itu mempunyai pertimbangan kedua, karena pertimbangan budget. Kebetulan produsernya juga seorang artis (inisial DM), dan mungkin mempunyai pertimbangan pada nilai tambah dalam film ini, maka waktu itu diputuskan pada pilihan pertama (artis). Meskipun agak mahal, tapi akan memberikan nilai lebih.
Kesiapan Pemain (talent) dalam konteks ini juga diiringi dengan kesiapan Talent Coordinator untuk siap mengkoordinasikan semua talent sesuai dengan skedul produksi.
2. Kesiapan Lokasi
Apakah semua lokasi telah clear dan disepakati? Jika sudah, apakah semua lokasi telah mendapatkan ijin dari pemiliknya? Ini penting, dan jangan sampai waktu produksi telah siap, ternyata bubar gara-gara perijinan belum diurus. Dan jangan lupa kesepakatan-kesepakatan dengan pihak pemilik lokasi terkait kebersihan, atau biaya-biaya yang harus dibayarkan, jika dikenakan biaya.
Jangan lupa juga Tim Produksi menyiapkan lokasi-lokasi pendukung. Misalnya Ruang Transit Pemain, ruang Make-up, lahan parkir, tempat Genset, tempat Konsumsi (PU), termasuk MCK, dan lain-lain yang mendukung operasional produksi. Sepertinya ini sepele, tapi sangat penting. Apalagi jika melibatkan banyak pemain dan kru film.
Bagaimana jika lokasi di alam terbuka dan jauh dengan rumah penduduk? Tentu tim produksi harus menyiapkan ruang buatan, bisa dengan tenda.
3. Kesiapan alat (equipment)
Apakah alat yang dibutuhkan telah dipesan? Dan apakah alat yang dipesan sudah sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan? Ini wilayah DOP (Director Of Photography) dan Sound Director yang harus berkoordinasi dengan Pimpinan Produksi.
Tim Produksi juga harus pinter-pinter memilih alat yang akan disewa. Dengan pertimbangan budget, kita bisa memilih alat yang sama dengan harga yang lebih murah. Tentu prinsip ekonomi perlu diterapkan.
Disamping itu, dalam skedul yang ditetapkan perlu dikalkulasi alat-alat mana yang digunakan hanya pada scene-scene tertentu. Misalnya estimasi shooting day ada 10 hari, penggunaan lensa tertentu hanya butuh 4 hari. Kan tidak perlu sewa selama 10 hari? Kalkulasi-kalkulasi seperti ini juga bisa diterapkan untuk alat-alat atau property-property lain, agar biaya produksi bisa hemat. Di samping itu sewa dengan durasi lama, biasanya bisa kita minta discount pada pemilik persewaan. ;)
4. Kesiapan setting & Property
Dalam bedah naskah biasanya dibahas masalah setting & property, tapi kadang-kadang Art Director & Kru Property kesulitan menemukan property yang diinginkan sutradara. Maka pilihannya bisa membuat setting property sendiri. Ini perlu di-check, apakah setting property sudah siap?
Kesiapan setting dan property bisa meliputi barang-barang yang disewa dan barang-barang yang harus dibuat sendiri. Sebaiknya sebelum shooting day dimulai, property sudah ready. Karena jika disiapkan sambil jalan (dalam masa produksi) pekerjaan akan terasa terburu-buru dan berakibat hasil yang kurang maksimal.
5. Kesiapan Talent Coordinator
Seorang Talent Coordinator dituntut untuk melayani kebutuhan seluruh talent, baik pemain utama, pemain pendukung atau ekstras (figuran). Berkoordinasi dengan Unit Manager untuk melayani transportasi (jika mungkin harus antar jemput), konsumsi, tempat transit (istirahat), ruang wardrobe dan make-up.
Dalam kasus-kasus tertentu, jika pemainnya anak-anak, kadang-kadang talent coordinator memang harus sabar. Karena talent anak-anak kadang suka rewel, minta jajan dll. Sehingga jika tidak terpenuhi, akan mempengaruhi mood-nya dalam shooting. Termasuk melayani jika terjadi gangguan kesehatan atau membutuhkan obat tertentu atau kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Catatan untuk Tim Produksi, sebaiknya disediakan tim khusus untuk mengurus kesehatan. Mungkin bisa dari PMI atau tim medis yang lain. Ini untuk mengantisipasi hal-hal di luar dugaan yang terkait dengan kesehatan, baik pemain maupun kru produksi.
6. Kesiapan Wardrobe dan Make-Up
Kesiapan bagian Wardrobe dan Make-up pemain relatif sama dengan kebutuhan bagian Property.
Yang perlu di-check adalah kesiapan seluruh kostum dan peralatan make-up semua artis pada semua scene yang dibutuhkan naskah.
Apakah semua kostum telah tersedia? Dengan cukup menyewa atau harus bikin sendiri? Jika memungkinkan, untuk savety budget, jika kostum telah dimiliki oleh pemain sendiri akan lebih membantu penghematan biaya produksi. Jika tidak, maka perlu membuat sendiri atau membeli barang jadi. Jika harus bikin sendiri, otomatis diupayakan berbahan yang tidak harus mahal.
Make-up pun perlu disiapkan alat atau bahan mana yang dibutuhkan untuk semua adegan dalam film. Apakah semua bahan telah siap? Ini termasuk bahan-bahan untuk efek luka atau efek tua, misalnya. Atau dalam film horor biasanya membutuhkan bahan-bahan untuk efek menyeramkan. Jangan sampai ada bahan yang membahayakan untuk kesehatan pemain. Misalnya menggunakan kopi untuk efek kulit agar tampak agak coklat kehitaman. Atau efek-efek lain dengan menggunakan bahan yang tidak membahayakan bagi kulit pemain.
7. Kesiapan Konsumsi
Dalam konteks kebutuhan konsumsi, Unit Manager harus mengkalkulasi day by day kebutuhan konsumsi, baik untuk pemain maupun kru.
Skedul kerja orang film biasanya full day, kadang tak ada batasnya. Ini semata-mata untuk mengejar target penyelesaian scene sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Disamping itu, setiap hari kadang berbeda kebutuhan konsumsinya, karena scene-scene dalam hari-hari tertentu tidak semua pemain datang di lokasi.
Maka perlu diperhitungkan estimasi jumlah pemain dan kru produksi pada tiap hari dalam skedule produksi. Ini yang akan menentukan budget konsumsi dalam shooting day. Jangan sampai dipukul rata, jumlah pemain sekian, jumlah kru sekian, maka tiap hari konsumsi berjumlah sekian. Ini tidak efektif dan potensi pada pemborosan yang sia-sia (mubadzir). Mau bertmen dengan setan? ;)
8. Kesiapan Transportasi
Unit manager perlu menghitung secara detail kebutuhan transportasi. Baik untuk pemain, maupun Kru Produksi, dan dikalkulasi day by day.
Apakah setiap divisi membutuhkan transportasi khusus? Ini tergantung kebutuhan. Jika satu divisi melibatkan banyak orang, dan membawa banyak alat, perlu disediakan armada khusus. Artistik & Property misalnya. Atau DOP dengan perangkat kamera dan lightingnya, misalnya. Atau mungkin divisi-divisi yang lain.
Biasanya bagian-bagian yang membutuhkan transportasi khusus dikelompokkan agar lebih enak koordinasinya. Diantaranya adalah: (a) Armada untuk Sutadara & Astrada, Pimpro, Unit Manager,
(b) Armada untuk DOP, kru lighting,
(c) Armada untuk alat Kamera, lighting dll.
(d) Armada Art Director & Kru Property,
(e) Armada untuk alat dan bahan property,
(f) Armada untuk PU, Runner beserta Kru-nya,
(g) Armada Divisi Wardrobe &Make-up beserta bahan dan alat-alatnya
(g) Armada untuk Genset
(h) Armada untuk antar-jemput pemain, Â dan Armada-armada lain sesuai dengan kebutuhan.
Pada intinya pada Pleno Final Checking persiapan adalah finalisasi kesiapan seluruh bagian dalam produksi sebuah film. Mengapa ini harus disiapkan secara matang? Karena kesalahan estimasi atau kepincangan dalam masa Pra-Produksi bisa mempunyai resiko besar dalam hal pembiayaan. Produser bisa 'nangis' jika ini terjadi! ;)
Kembali pada Manajemen adalah Seni, maka semua yang saya deskripsikan bukanlah harga mati. Dan sangat memungkinkan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
Jika semua telah siap dan Clear! Semua pemain dan Kru film bisa memencet tombol "START" !
Sampai jumpa di bagian tulisan selanjutnya; C. Post-Produksi.
Semoga bermanfaat. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H