Di rumah pribadinya di Kolongan ini, Pak Olly senang berkebun. Salah satunya adalah kebun semangka yang dalam sekali panen bisa berton-ton beratnya. Hasil panen itu lalu dijual di bawah harga pasar ke masyarakat atau diberikan kepada para kerabat atau tamu yang menginginkannya.
Rencana wawancara Pak Olly harus tertunda karena beliau harus menghadiri acara dengan para pendeta di daerah pesisir Pantai Mangatasik.Â
"Nanti sore saja (wawancaranya), ya di Mangatasik atau besok jam 6 pagi di kebun sembari ngupas Kopra," kata Pak Olly.
"Wah, boleh Pak sembari jalan-jalan di kebun," jawab saya.
Mas Osdar pun menawarkan untuk ikut Pak Olly ke Mangatasik untuk melihat keindahan pantai dan pemandangan alam di sana.
"Siap, Mas Os," angguk saya.
Sesampainya di Mangatasik, saya sempatkan berkeliling kawasan pantai dan resort yang dimiliki oleh keluarga Pak Olly.
Kawasan pantai Mangatasik ini digadang-gadang memiliki taman bawah laut yang tidak kalah dengan pesona wisata Bunaken yang sudah lebih dulu populer dan dikenal luas secara nasional maupun mancanegara.
Kembali ke rencana wawancara, saya mendesak Mas Osdar untuk bilang ke Pak Olly agar wawancara dapat dilakukan sore ini setelah acara dengan para pendeta selesai.Â
Sebelumnya, Mas Osdar menyarankan untuk mewawancarai Pak Olly esok harinya saja di Kolongan sembari berkeliling kebun. Tapi, pikir saya waktu itu, daripada menunggu agenda besok pagi yang berpotensi kembali gagal, saya mendesak agar Pak Olly mau meluangkan waktunya sekitar 10-15 menit saja sore hari itu.
Alhamdulillah, Pak Olly manut-manut saja. Hehehe....