Dalam mempertahankan pertumbuhan penggunanya, Kompasiana pernah lengah. Tidak sedikit anggota yang potensial hengkang dan memilih platform lain atau balik ke rumah pribadi yaitu persoal blog.
Padahal, Kompasiana dahulunya dikenal sebagai "Personal blog killer".
Hal tersebut mengindikasikan bahwa tantangan di tahun-tahun mendatang tidaklah mudah. Terlebih, begitu banyak content creator yang mengunggah cerita kesuksesan mereka lantaran berhasil memonetasi konten yang dibuat hingga menghasilkan rupiah yang berlimpah.
Menyoal persaingan pun begitu. Jika media arus utama seperti Kompas.com menyandingkan produknya dengan sesama media arus utama; detik.com, merdeka.com, dan lainnya, tetapi rasanya itu tidak berlaku bagi Kompasiana.
Sebagai platform berbagi konten, Kompasiana tidak hanya dihadapkan pada platform yang berbasis UGC. Para publisher atau media arus utama pun turut mempengaruhi performa Kompasiana karena sama-sama menyajikan konten sebagai "dagangannya" dan tidak sedikit media arus utama yang mulai mencicipi manisnya kue bisnis dari monetasi komunitas.
Satu, lagi! Secara tidak langsung Kompasiana juga berkompetisi dengan raksasa-raksasa media sosial seperi Facebook, Twitter dan Instagram!
Untuk itu, momentum satu dekade Kompasiana ini dijadikan titik balik untuk akselerasi.
Tidak hanya dari sisi bagaimana meraup keuntungan yang besar. Lebih dari itu!
Kompasiana harus terus menjaga konsistensi sebagai platform yang dapat mengakomodasi segala jenis konten positif, bermanfaat dan bernilai serta menjadi playground bagi komunitas.
Juga, memberikan nilai tambah bagi anggotanya dan menjadi mitra bagi pihak pengiklan dengan memberikan solusi yang tepat sasaran.
Tuntutan untuk tumbuh tidak selamanya hanya diukur dari seberapa besar jumlah anggota atau konten yang telah ditayangkan.