-Chapter 1-
Ketika seseorang telah terbiasa hidup denganmu namun kini kau pergi dari hidupnya untuk mengejar impianmu. Yah sangat menyesakkan, apalagi jika dia adalah orang yang sangat berharga untukmu.
Seperti sekarang. Sudah 4 tahun semenjak kita berpisah di musim dingin kala itu. Dan saat ini pun juga sedang musim dingin. Kau tau apa artinya?Â
Seperti janjimu waktu itu. Kita akan bertemu di penghujung winter tahun ini. Ah, bahagia? Yahhh lebih dari sekedar bahagia. Aku sangat sangat bahagia saat melihat kalender pagi ini.
Besok adalah hari kau kembali kesini. Sempat terpikir apa yang harus kulakukan saat bertemu denganmu. Bagaimana ekspresi yang harus kutunjukkan padamu.
Bagaimana perasaanku? Ah, aku sangat-sangat bahagia bisa bertemu denganmu lagi. Apakah kau juga merasakan hal yang sama? Semoga saja perasaanmu tidak berubah. Masih sama seperti kita berpisah 4 tahun lalu.
Entah karna bahagia atau bagaimana tak terasa hari mulai gelap. Aku bergegas pulang kerumah. Tak terasa jam menunjukkan pukul 01 dini hari. Aku tak bisa tidur sama sekali hingga sebuah pesan yang kau kirimkan. Entah kenapa membuat mataku berat.
Tak terasa alarm kamarku berdering keras. Aku kembali dari alam bawah sadarku. Melakukan hal yang biasa dilakukan setiap pagi. Hanya saja dengan wajah yang lebih bahagia dari hari sebelumnya.
Ah, pagi ini kau akan sampai disini. Aku tak akan terlambat. Aku akan menjadi orang pertama yang menjemputmu dan merentangkan tangan untuk memelukmu.
Namun apa yang terjadi seolah menghancurkan tubuhku seakan aku terbang tinggi diangkasa lalu tiba-tiba terjatuh kebumi dengan keras. Sebuah kecelakaan pesawat terjadi pagi ini. Dikonfirmasi tak ada satupun penumpang yang selamat.
"Bohong kan! Itu bohong! Tidak mungkin! Bangunkan aku jika itu hanya mimpi kumohon!" teriakku saat melihat berita itu.
Air mataku sudah tak bisa terbendung lagi. Aku meraung sekeras mungkin berharap bisa terbangun dari mimpi buruk ini.
Sakit, iya sangat. Berharap dia datang dan memelukku pertama kali setelah 4 tahun. Melepas kerinduan satu sama lain. Namun apa? Nyatanya itu yang terjadi.
Ibuku yang mendengar teriakan itu langsung berlari dan memelukku berusaha menenangkan diriku. Namun tak berhasil.
Rasanya duniaku saat itu hancur tiba-tiba. Hampa, hilang semuanya. Bahkan suara panggilan dari orangtuaku tak terdengar lagi. Aku hanya bisa berteriak dan meraung hingga semua terasa gelap.
Semilir angin terasa membelai wajahku. Aku membuka mata perlahan dan kembali mengingat kejadian tadi pagi. Ingin kembali berteriak tapi sesuatu menyadarkanku.
Aku dimana? Ini bukan tempat yang familiar bagiku. Sebuah hamparan bunga yang sangat luas.Â
Sebuah tepukan dibahu menyadarkanku. Saat aku menoleh aku menjumpai seseorang yang sangat familiar.Â
"Sela" ucapku, air mata sudah tak bisa lagi terbendung saat mengingat insiden tadi pagi.
"Sshhhhhhh, aku menunggumu di taman kita berpisah Rou. Aku mencintaimu" sahut gadis itu seraya menghilang.
Semuanya menjadi gelap lagi dan aku terasa terhisap ke dimensi lain. Aku berteriak sekeras mungkin dan mataku kembali terbuka lebar. Disana ada kedua orangtuaku yang menatapku khawatir.
Dengan nafas tersengal aku segera bangkit dari tempat tidur, mengambil mantel dan berlari keluar rumah menuju taman yang dikatakan Sela.
Disana, aku melihat seorang gadis bermandikan cahaya bulan yang temaram, duduk diantara bunga-bunga yang bermekaran. Aku menghambur kearahnya seraya menangis.
"A-aku pikir ka-kau pergi meninggalkanku" ucapku terisak.
"Rou, dengarkan aku. Ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita setelah berpisah 4 tahun. Maafkan aku, aku tak bisa menepati janjiku. Aku mencintaimu Rou" ucap gadis itu.
-bersambung-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H