Mohon tunggu...
Nurul Hikmah
Nurul Hikmah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan

Penulis pemula yang ingin memperdalam ilmunya tentang bidang kepenulisan. Sangat menyukai cerita-cerita fiksi dan fantasi, menyukai karya-karya yang didalamnya ada literasi dan ingin memperbanyak ilmu tentang kepenulisan dengan membuat akun ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

You!

28 Desember 2019   04:58 Diperbarui: 28 Desember 2019   05:17 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Air mataku sudah tak bisa terbendung lagi. Aku meraung sekeras mungkin berharap bisa terbangun dari mimpi buruk ini.

Sakit, iya sangat. Berharap dia datang dan memelukku pertama kali setelah 4 tahun. Melepas kerinduan satu sama lain. Namun apa? Nyatanya itu yang terjadi.

Ibuku yang mendengar teriakan itu langsung berlari dan memelukku berusaha menenangkan diriku. Namun tak berhasil.

Rasanya duniaku saat itu hancur tiba-tiba. Hampa, hilang semuanya. Bahkan suara panggilan dari orangtuaku tak terdengar lagi. Aku hanya bisa berteriak dan meraung hingga semua terasa gelap.

Semilir angin terasa membelai wajahku. Aku membuka mata perlahan dan kembali mengingat kejadian tadi pagi. Ingin kembali berteriak tapi sesuatu menyadarkanku.

Aku dimana? Ini bukan tempat yang familiar bagiku. Sebuah hamparan bunga yang sangat luas. 

Sebuah tepukan dibahu menyadarkanku. Saat aku menoleh aku menjumpai seseorang yang sangat familiar. 

"Sela" ucapku, air mata sudah tak bisa lagi terbendung saat mengingat insiden tadi pagi.

"Sshhhhhhh, aku menunggumu di taman kita berpisah Rou. Aku mencintaimu" sahut gadis itu seraya menghilang.

Semuanya menjadi gelap lagi dan aku terasa terhisap ke dimensi lain. Aku berteriak sekeras mungkin dan mataku kembali terbuka lebar. Disana ada kedua orangtuaku yang menatapku khawatir.

Dengan nafas tersengal aku segera bangkit dari tempat tidur, mengambil mantel dan berlari keluar rumah menuju taman yang dikatakan Sela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun