Pada kalimat hadist di atas ini
مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ “yang bermakna siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik” sedangkan dalam makna lain “ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟” yang ber makna
“siapakah orang yang paling berhak aku hormati
3. PERKATAAN ULAMA
Dalam kutipan yang di kutip dari (https://m.republika.co.id/amp/qnyggn320)
Said bin Sufyan Ats-Tsauri selalu tanggap saat dipanggil oleh sang ayah dan langsung menemuinya. Dia mengatakan:
ما جفوت أبي قط، وإذا دعاني وأنا أصلي في صلاة غير مكتوبة قطعتها وأجبته "Jika ayahku memanggil, dan aku sedang sholat, maka aku potong sholatku, untuk menjawab panggilan ayahku”
ANALISIS
Para ulama berbeda pandangan. Wafa binti Abdul Aziz
as-Suwailim dalam Fikih Ibu Kumpulan Hukum Islam Khas Umahat mengatakan, ada dua pendapat terkait masalah ini.
Pendapat pertama dikemukakan ulama Mazhab Hanafi, Mazhab Syafii, dan Hanbali. Menurut mereka, ketika ibu memanggil anaknya sementara dia tengah shalat, maka anak tidak diharuskan menghentikan shalat ketika yang dikerjakan itu shalat fardhu. Namun, jika anak itu mengerjakan adalah shalat nafilah atau shalat sunah, maka dia harus menghentikan shalat dan memenuhi panggilan ibunya.
Pendapat kedua sebagian Mazhab Syafi’i sebagaimana dituturkan ar-Rauyani. Shalat harus dihentikan secara mutlak untuk memenuhi panggilan ibu, baik itu shalat fardhu ataupun shalat sunat.
Terimakasih
semoga bermanfaat