Mohon tunggu...
Cerpen

Mustika

31 Mei 2018   22:28 Diperbarui: 31 Mei 2018   22:29 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Besok aku akan ke sini lagi," sambungku sebelum melangkah pergi darinya. Sementara ia hanya mengangguk tanpa membalas percakapanku sekalipun.

***

Dua bulan berlalu, kau tetap tak bergeming. Kau hanya diam, tidak nafsu makan dan sering melamun dengan pandangan kosong. Wajahmu pucat, matamu sayu karena ia kurang makan dan minum beberapa bulan ini. Tersirat bahwa kau saat ini sedang mengalami depresi mendalam. Ibu dan bapakmu pun kebingungan menghadapi kondisi anaknya yang sekarang. 

Mulut tetangga pun berkoar memuncratkan berbagai macam gosip bahwa kau telah gila karena ditinggal mati suamimu. Parahnya lagi mereka memberinya julukan 'janda kembang gila'. Ingin kurobek selebar mungkin mulut orang-orang tak berperasaan itu. mereka hanya berhipotesis tanpa mencari tahu fakta sesungguhnya, tanpa mencari tahu bagaimana perasaanmu saat ini.

"Mus...makanlah bubur ini. Enak lho."

Aku berusaha menyodorkan sesuap bubur di mulutnya. Namun ia hanya menggelengkan kepala tanda menolak.

"Kalau begitu, minumlah teh hangat ini," sambungku lagi sambil menyodorkan teh hangat kepadanya.

"Prangggg........." suara pecahan geas kaca pecah menggema.

Aku tahu mungkin aku terlalu naf hingga kau menolak teh hangat yang kusodorkan kepada dan membanting gelasnya hingga pecah. Ya, kau mungkin sudah muak padaku yang selalu memaksamu untuk makan dan minum. Suara gelas pecah itu mengundang ibumu untuk keluar dari warung dan mengahmpiri kita berdua yang duduk di teras warung. Ibumu tampak kesal dan uring-uringan.

"Oalah...nduk.

"Plakkkk...." suara tamparan keras terdengar di gendang telingaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun