Seragam pramuka yang disetrika oleh ibu sudah disiapkan di kamarku dan kakak. Usai mandi seragam itu lekas kupakai dan segera kumasukkan buku-buku pelajaran yang akan kugunakan hari ini. Anehnya hari ini MasAnwar sudah bersiap berangkat sekolah lebih pagi. Biasanya ia berangkat sekolah tepat pukul 06.30. Anehnya hari ini ia berangkat lebih awal pukul 06.00 pagi.Â
Aku penasaran, mengapa ia berangkat lebih pagi? Ditengah kebingunganku itu tiba-tiba Mbah Kakung menghampiriku dan langsung bertanya nomor wahidnya.
"Berapa le?"
"19xxxxx Mbah."
"Matur nuwun ya le."
Sejenak Mbah Kakung mencari Paimin setelah ia mendapatkan informasi nomor wahid dariku. Namun tiba-tiba ia berteriak lantang memekakkan gendang telinga semua orang di rumah.
"Paimin hilang...Paimin hilang..."
Aku sangat terkejut mendengar kambing buluk itu telah hilang. Entah kemana tidak ada yang tahu. Sungguh aneh sekali kambing itu tiba-tiba hilang. Mbah Kakung langsung menyalahkan Bapak dan Ibu. Ia marah-marah, membanting perabot rumah, merusak tanaman di pekarangan dan sempat memaki tetangga sebelah rumah.Â
Sebenarnya aku kasihan melihat Bapak dan Ibu menjadi sasaran amukan Mbah Kakung. Namun saat itu Ibu langsung menyuruhku berangkat Sekolah. Mungkin Ibu tak mau melihat anak kecil sepertiku menjadi korban psikologi keluarga yang sedang dilanda pertengkaran hebat. Tanpa pikir panjang aku pergi ke Sekolah. Aku tak mau berurusan dengan kambing buluk yang hilang itu. Aku benci dengan semua masalah yang disebabkan oleh Paimin si kambing buluk.
***
Siangnya ketika aku pulang Sekolah dan sampai di rumah, aku sangat kaget melihat Paimin yang sudah kembali. Terlihat wajah Mbah Kakungcerah mendapati kambing kesayangannya telah kembali.Â