Mohon tunggu...
Cerpen

Kambing Mbah Kakung

3 Januari 2018   10:03 Diperbarui: 3 Januari 2018   10:15 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepatnya setelah Mbah Kakung selesai melalakukan ritual keramatnya. Dalam mimpiku itu aku melihat deretan angka bercahaya merah menyala terukir di dahi kambing bernama Paimin itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Entah itu suatu keajaiban atau apa yang jelas aku sangat membenci hal itu terjadi padaku. Mengapa harus aku yang bermimpi tentang angka keberuntungan MbahKakung? 

Mengapa bukan bapak, ibu atau kakakku saja? Mengapa harus aku? Yang jelas aku tak ingin menjadi manusia terkutuk hanya karena tindak kriminal perjudian yang dilakukan Mbah Kakung. Dan yang paling kubenci MbahKakung sangat menyanyangi Paimin melebihi keluarganya sendiri.

***

Siang yang begitu terik, tenggorokanku terasa ngilu karena terlalu kering setelah berjalan jauh dari sekolah ke rumah. Sesampainya di rumah segera kulepas sepatuku. Kulihat MbahKakungjuga baru saja datang. Ia pun menduduki kursi goyangnya di depan televisi sambil menyantap sebungkus nasi pecel. Aku berjalan menuju kamar, tetapi langkahku terhenti ketika kulihat ibu menangis di kamarnya. Tatapan mata ibu tampak sayu dipenuhi rasa kekecewaan mendalam. Kumasuki kamar ibu perlahan, lalu aku duduk tepat di sampingnya.

 "Apa yang terjadi bu?" Tanyaku.

"Ibu sudah muak dengan kelakuan MbahKakungle, para tetangga bilang kalau MbahKakung memperdayai suami mereka untuk ikut berjudi. Mereka bilang MbahKakungadalah propokator perjudian di desa ini le.

Kupeluk tubuh ibu erat-erat. Aku tak tega ibu sedih karena ulah Mbah Kakung. Karena itulah aku tak menceritakan kejadian aneh yang menimpaku. Aku selalu diam tak pernah membeberkan mimpi aneh itu kepada siapa pun karena Mbah Kakungsudah mengancamku secara halus. 

Aku sendiri pun sebenarnya sudah muak dengan kelakuannya. Semakin lama Mbah Kakung semakin aneh. Aku sangat benci apabila keluargaku mendapat caci maki tetangga gara-gara Mbah Kakung yang hobi berjudi.

Ingin rasanya kuhilangkan si kambing buluk itu agar kehidupan kami kembali seperti semula. Sebelum kambing itu datang Mbah Kakungtak pernah menyentuh judi. Mbah kakungtidak pernah melakukan ritual aneh dan keluarga kami tidak pernah menjadi sorotan gosip para tetangga. 

Namun, keinginan untuk menyingkirkan kambing itu selalu sirna tatkala teringat ancaman yang dilontarkan Mbah Kakung kepadaku. Ia mengancam jika kambing itu kusingkirkan atau aku menceritakan mimpi aneh itu, maka sebaliknya ia akan menyingkirkanku. Ancaman itu cukup membuat bulu kudukku merinding. Aku hanya anak SD yang tidak punya daya melawan orang dewasa.

Selama ini aku penasaran darimana Mbah Kakung mendapatkan kambing buluk itu. Dulu ketika kambing itu datang, ia hanya bilang kalau kambing itu adalah kambing keberuntungannya. Kambing bernama Paimin itu bukan kambing biasa. Hanya itu yang dikatakannya. Selebihnya darimana asal kambing itu tidak pernah ia katakan. Aku pun selalu berhipotesis macam-macam mengenai kambing aneh itu. Aku sangat membenci kambing buluk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun