"tahu nggak di mana maskerku?
"entahlah, yang aku lihat hanya kalung unik nan elegan yang bergelantungan di lehermu, hahaha"
"astaga, dari tadi maskernya aku kalungin ternyata, hahaha"
Begitulah perjalanan masker yang menjelma jadi topeng, bando, dan kalung. Semoga si masker tetap mengingat jati dirinya, yaitu menjadi wasilah penyaring udara yang akan dihirup penggunanya. Jika udara dari luar saja harus disaring agar kita dapat menikmati udara bersih, lantas bagaimana dengan ucapan dan kata-kata yang keluar dari mulut kita? Sudahkah ia disaring agar angin sejuk yang berupa pendapat dan nasihat dapat menyejukkan hati pendengarnya? Semoga masker yang melekat erat menutup mulut dan hidung kita dapat menjadi wasilah bagi kita untuk menyaring dan menghias tutur kata yang sejuk dan meneduhkan.
Sekian kisah lucu yang menyimpan misteri kelucuan. Mari kita tertawakan diri kita sendiri atas kelucuan yang tidak disadari maupun ketidak lucuan yang ditertawai. Karena sejatinya di setiap detak jantung dan hembus nafas kita selalu dipenuhi kelucuan. Lucunya diri yang tak menyadari kesalahan, lucunya diri yang enggan berbenah, dan lucunya diri yang tak mengakui kefanaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H