"suara bebek kan memang seperti itu", kataku menimpali
"suara bebek tidak seperti itu kak!" Sami ngotot tak mau kalah
"kalau begitu menurut Sami suara bebek itu bagaimana?"
"kakak dengarkan Sami baik-baik ya"
Aku pun hanya bisa diam dan menganggukkan kepala memperhatikan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Nah sudah mirip baris-baris teks proklamasi. Aku kembali fokus memperhatikan Sami yang mulai mempresentasikan temuannya.
"sini kak, dengarkan Sami! Suara bebek itu seperti ini..."
Ada-ada saja anak ini membuat kakaknya penasaran. Bukankah suara bebek memang wek wek wek seperti stiker whatsapp yang digunakan orang-orang untuk mengekspresikan tawa. Oke, kita dengarkan lagi kira-kira Sami mau bilang apa.
"suara bebek itu oek, oek, oek"
Sontak aku langsung tertawa mendengarkan suara bebek Sami. Hahaha
"kakak nggak boleh tertawa, kalau Sami bicara nggak boleh diketawain"
Hampir saja Sami ngambek dan marah. Perlahan tawaku mulai mereda saat aku mengingat kembali bahwa 'bebek' dalam bahasa Turki itu memiliki makna 'bayi'. Akhirnya aku paham kenapa Sami mengoreksi suara bebek yang aku buat dalam dongeng.