Mohon tunggu...
Nurul Hanifah
Nurul Hanifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Menulis adalah pelarian. Pelarian yang membuatku terlalu nyaman dengannya dan tak ingin beranjak darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Empty

27 Agustus 2023   19:46 Diperbarui: 27 Agustus 2023   19:48 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan Afi, tapi Mba Lia, orang yang lebih aku pilih untuk meminta saran menghadapi orang-orang di lapangan. Mba Lia, orang yang pertama kali Afi kenalkan padaku. Orangnya baik, meski aku pernah dibentak sekali olehnya karena mungkin saat itu situasi sedang repot dan datanglah aku menambahkan kerepotannya.

" Ngga diangkat i," jawabku.

Terkadang sesuatu terjadi sesuai apa yang diharapkan atau bahkan yang tidak pernah terbayangkan sama sekali. I got the problem, batinku. Telepon lain muncul di layar handphone-ku. Nama yang tak asing. Dan nama yang tidak aku harapkan. Atasanku. Pikiranku sudah lelah dan tidak ada perasaan lain yang muncul selain hanya pasrah.

Aku kira aku dipanggil ke ruangannya, ternyata bukan. Di lapangan (bukan lapangan sepakbola loh ya). 

" Sudah bisa supply berapa? Ini sudah kosong loh ya. Sudah dari pagi ini. Sia-sia kalo begini. Kamu tahu semua orang menunggu supply ini. Kamu tau?"

" Iya bu, saya lagi mencoba men-follow up untuk blanket ini bu,"

" Dari pagi? Belum dapat? Hari kemarin sudah tidak bisa ngasih."

" Takcoba mintain dari mba Fitri, bu,"

" Satu jam lagi harus dapat. Kalo tau kaya gini, mending takaturin buat style lain,"

Tatapan marah sekaligus geram terlukis jelas di wajahnya. Aku hanya menunduk. Tiada kata yang bisa keluar dari mulutku. Bukan malu yang aku rasakan. Aku tak peduli tatapan-tatapan orang di tempat itu. Bukan hanya satu atau dua orang, puluhan orang. Rasanya ini pertama kalinya aku diperlakukan seperti ini. Seperti orang 'yang tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar'. Aku hanya merasa berat karena tak bisa cepat memikirkan solusi akan masalah yang aku hadapi.

Aku kembali mencoba menghubungi Mba Fitri, mencoba men-follow up kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun