Mohon tunggu...
Nurul Fatikah Kusuma Handayani
Nurul Fatikah Kusuma Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Yogyakarta

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Program Studi Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaafkan dan Mengungkapkan Maaf dalam Hubungan dengan Orangtua

20 Juni 2022   19:50 Diperbarui: 20 Juni 2022   20:33 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam beberapa konflik orang tua sering mengalah kepada anak mereka dan mulai bersikap seperti biasa kembali. Namun Ketika kita mengalami konflik dengan orang tua seringkali kita merasa bahwa kita ingin di pahami oleh orang tua dan mengingkan adanya permaafan yang di ungkapkan secara langsung. 

Seringkali juga kita merasa bahwa kita yang bersalah, namun ketika ingin mengungkapkan permohonan maaf rasanya sangat sulit sekali dan merasa canggung. 

Memaafkan dan melupakan sering sekali dilakukan dalam hubungan ini, namun beberapa inidvidu juga membutuhkan adanya pengungkapan maaf. Kita juga sering merasa sulit sekali untuk memaafkan diri kita sendiri ketika kita berkonflik dengan orang tua, kita mengalami rasa penyesalan dan cenderung menyalahkan diri sendiri.

Memaafkan diri sendiri dapat membantu individu untuk mengurangi emosi negatif yang dialaminya. Emosi negatif ini dapat berupa rasa malu, bersalah, marah, menyesal atau perasaan kecewa. Hal tersebut berkaitan dengan masalah kesehatan fisik dan mental inidvidu. 

Emosi adalah salah satu mekanisme hubungan kesehatan. Seringkali inidvidu mengalami emosi terhadap orang lain dan menyebabkan sebuah konflik yang terjadi. 

Dalam studi metaanalitik yang dilakukan oleh terkait memaafkan diri sendiri dan kesehatan fisik dan mental, mendapatkan hasil bahwa memaafkan diri sendiri berkorelasi positif dengan kesejahteraan psikologis dan hal ini juga memberikan efek yang positif kepada diri inidvidu. 

Memaafkan dianggap sebagai media proses disposisional dimana seseorang bergerak dari perasaan marah dan keinginan untuk membalas menjadi termotivasi untuk menanggulangi konflik dengan baik hati. 

Memaafkan dikonseptualisasikan sebagai proses interpersonal yang berasal dari tindakan komunikatif konstruktif yang berlalu dari waktu ke waktu. Hal ini memungkinan individu untuk merespons secara positif mengenai kondisi yang menyakitkan. 

Memaafkan juga diartikan sebagai sebuah pilihan untuk melepaskan kebencian dan kepahitan terhadap kondisi yang berkonflik, hal ini juga membantu inidvidu untuk menghindari perilaku dendam dan membantu untuk perilaku damai. 

Peluang untuk memaafkan dapat berasal dari berbagai keadaan yang secara luas disebut sebagai keadaan yang menyakitkan. Peristiwa menyakitkan ini dapat berupa sebuah tindakan atau kata-kata yang melanggar aturan relasional yang menyebabkan rasa sakit emosional dalam sebuah hubungan. 

Dalam hubungan keluarga pelanggaran ini dapat berupa perilaku orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya kepada sang anak, berperilaku tidak dewasa serta perilaku yang melanggar kepercayaan antara anak dengan orang tua.

Proses Memaafkan yang berlangsung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun